"ASTAGA TAEYA!" suara yang membuatku langsung membuka mata, itu suara mama.
"Hmmmm." Aku menjawabnya dan bergerak mencari posisi nyaman di bantalku.
"Dasar bocah! Udah jam berapa ini? Bangun di tunggu Doyoung."
Sontak aku langsung membuka mataku , astaga jam berapa ini?
"MAMA! INI JAM BERAPA?" Teriakku dan langsung berlari menuju kamar mandi.
Aku tidak mandi seperti biasa, aku langsung menyikat gigi, mencuci muka. Setelahnya aku langsung memngambil beberapa alat make upku dan ku masukkan dalam tas.
Sudah hampir pukul 8, benar-benar terlambat aku.
Aku langsung berlari tanpa sarapan dan keluar rumah. Benar kak Doyoung sudah berada di depan rumah. Tatapan galaknya itu membuatku takut, sungguh.
aku menunduk dan berjalan mendekat, baru saja akan membuka kata kak Doyoung sudah berjalan dan masuk ke mobil.
Diperjalan benar-benar sunyi.
"Kak ma-"
"Tidur jam berapa?"
"Emm aku lupa. Hehe, maaf kak."
Kak Doyoung menghela nafas, kemudian menatapku saat lampu lalu lintas berubah menjadi merah.
"Kalo tidur ponsel nggak usah sok di silent."
"Iya kak."
"Kalo alarm bunyi bangun, jangan balik tidur lagi."
"Iya kak."
"Udah telat, nggak mandi. Mau jadi mahasiswa apa?"
aku hanya menunduk.
Dan ya, kak Doyoung memang selalu seperti itu. Aku sudah biasa jadi sudah kebal.
Ponselku berbunyi, itu kontak Lucas muncul dia menelponku. Aku menggeser tanda hijau itu.
"Halo."
" Lu dimana kerdil? Kagak masuk?"
"Iya ijinin ya Cas."
"Kok bisa kagak masuk hey?"
"Hehe. Kesiangan."
"Bego! Yaudah gue ijinin."
"Oke makasih."
Aku menutup ponselku lalu menatap kak Doyoung lagi sebentar. Tatapannya masih sama, masih galak dan akan selalu galak.
Hari ini kan hari selasa, kak Doyoung tidak ada kuliah pagi. Kenapa dia marah, kan yang kuliah pagi aku.
"Kak Doyoung masih marah?" Tanyaku sedikit takut. Dia menoleh lalu melepas sabuk pengamannya tanpa menjawab pertanyaanku.
"Maaf kak, Taeya tau Taeya salah. Maaf."
"Bukan karena gue yang rugi waktu gue buat nunggu lo. Ya walaupun emang iya sih. Tapi gue cuma nggak mau aja lo rugi, kalo lo telat dan ijin gini. Lo rugi satu pertemuan kuliah." Jelasnya aku tertegun.
"Cuma satu mata kuliah kok kak."
"Cuma satu kalau perlajarannya itu penting dan susah di pahami, lo rugi besar."
"Iya." Jawabku masih menunduk.
Aku merasakan sabuk pengamanku mengendur, ternyata kak Doyoung sudah melepaskan pengaitnya. Aku menatapnya, kenapa malah nangis sih?
Kak Doyoung senyum terus elus pucuk kepalaku. Aku malah sesenggukan.
"Udah sana, kuliah yang bener. Kalo dikasih tahu tidur ya tidur." Katanya lalu menghapus air mataku di pipi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fierce Bunny (KIM DOYOUNG) -END-
FanfictionKisah kebucinanku dengan kakak Tingkat jurusan Kimia yang galak, tapi lucu seperti kelinci.