"Enak kencan sama Jaehyun?"
" Kakak kok disini?" Tanyaku membuatnya mengernyit.
"Kok nanya gitu?"
Aku menggaruk tengkukku yang benar-benat gatal.
"Maksud Taeya kakak nggak tidur?"
"Gimana mau tidur? Kamu nggak ada kabar, mama cemas. Di chat cuma centang satu. Di telfon nggak diangkat."
Aku menepuk dahiku.
"Hpku mati kak dari siang tadi."
"Untung Jaehyun chat kakak, jadi tenang." "Sana masuk."
Perintah kak Taeyong tadi ku sanggupi, aku juga lelah.
"Ikut gue."
Beberapa detik yang lalu aku terkejut, setelah berjalan kelantai dua. Di dekat tangga kak Doyoung dengan tampang galaknya yang mengintimidasi itu berada. Berdiri tegak dengan aura marah.
Satu lagi aku lupa mengabari kak Doyoung.
Dan disini aku sekarang, di pinggir jalan dekat dengan jembatan. Semoga aku bisa terus hidup.
Kak Doyoung menarikku tadi lalu tanpa apapun memasukkanku kedalam mobilnya dan membawaku kesini. Aku juga tidak sadar jika mobil kak Doyoung terparkir di depan rumahku.
Aku mendengar helaan nafas berat dari rongga pernapasannya, membuatku semakin kuat memanjatkan doa. Aku memang pacar kak Doyoung, tapi kalau tiba-tiba dia nekat dan membunuhku lalu membuangku ke sungai gimana?
"Darimana?" Tanyanya.
Aku gugup menjawab.
"Ru-rumah sakit." Jawabku.
"Sini hpmu." Dia mengulurkan tangannya, aku memberikan ponselku padanya.
Aku menelan ludahku dengan susah payah, saat dia membuka tutup ponselku itu dan menarik baterai lalu mengambil sim-card, memory-card di dalamnya. Lalu yang terjadi setelahnya adalah, Kak Doyoung membuang ponselku ke sungai. Karena dia keluar dari mobil dan membuang ponsel itu dengan kuat hingga mungkin terjun bebas ke dalam air.
Aku takut, aku tidak marah. Gimana kalau benar kak Doyoung itu PSikopat?
Beberapa detik kemudian dia masuk kemobil lagi.
"Kak." Panggilku takut.
"Gue bukan psikopat." Jawabnya aku terkejut tapi tetap takut.
"Nih." Katanya sambil memberikan ponselku tadi.
Tunggu kalau ponselku tidak dibuang lalu?
"Tadi bungkus coklat yang mau gue kasih ke lo yang gue buang."
Aku bernafas lega, ternyata hanya bungkus coklat yang mau di kasih ke aku.
Eh tunggu.
"Ma-maksud kakak?"
"Nih, susun balik." Katanya memberikan pretelan ponselku tadi.
Aku masih fokus menyusun kembali pretelan tadi. Hingga kami berhenti di jalan yang sepi, sangat sepi.
Aku deg-degan lagi.
"Jelasin!" Ucapnya, dan aku mulai menjelaskan kronologinya tadi.
"Emm apa kakak cemburu?" Tanyaku, kak Doyoung hanya diam.
"Kak!" Panggilku lagi. Tapi dia tetap diam.
Yasudah aku menyandarkan lagi ke sandaran jok. Lalu menatap lampu jalanan yang seperti bergerak berbalik dari mobil yang ku naiki ini.
Hingga kami berhenti di sebuah rumah, ruamhku istanaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fierce Bunny (KIM DOYOUNG) -END-
FanficKisah kebucinanku dengan kakak Tingkat jurusan Kimia yang galak, tapi lucu seperti kelinci.