⚠️WARNING 18+⚠️
.
Serendipity, kalian gak bakal asing sama kata ini. Ini lagi memang terkenalnya kata ini.
Buat kalian yang belum kenal, baiklah aku kasih tahu. Serendipity itu hal-hal atau sesuatu yang tidak di sengaja namun hal yang indah. Menurutku sih gitu.
.
Tapi untuk hari ini, bukan serendipity ku. Karena aku disini sendiri, hujan deras di bawah naungan genteng pertokoan tutup dan tidak memakai jaket. Pandai sekali bukan.
.
Kak Taeyong yang sudah bilang akan menjemputku, sampai sekarang terhitung 1 jam tak kunjung datang. Apa mungkin kak Taeyong sengaja?
.
Dingin, anginnya lumayan kencang. Padahal aku sudah memeluk tubuh bersama tas ranselku, namun tetap saja dingin.Aku berharap kak Doyoung datang dengan payung lalu ada backsound seperti di goblin.
Hahaha, hayalan yang bagus saat keadaan seburuk ini.
Untung tempat ini tidak sepi, ada dua pasang kekasih di sebelahku. Ya biasa mereka memanfaatkan keadaan ini untuk saling menguarkan kencintaan mereka satu sama lain. Nggak aneh-aneh kok, hanya saling memegang tangan, mengusapnya agar hangat.
Ya begitu, malas jika aku terus menatapnya.Lalu, tak lama sebuah ojek online yang buru-buru agar terhindar dari jatuhnya air hujan itu berlari setelah meninggalkan motornya. Padahal badannya sendiri sudah basah.
"Maaf mbak, hujannya kira-kira kapan selesai?" Tanya si mas mas ojek online.
Aku menoleh lalu sedikit tersenyum.
"Tau tidak mas, kalau saya tau kapan hujannya selesai bakal saya selesaiin sekarang." Jawabku. Si masnya ngangguk-ngangguk.
"Mbak ini, daerah mana sih? Buat ke kantor pemerintah daerah masih jauh nggak?" Tanyanya lagi.
"Nggak. Itu di depan sana kantor pemerintah Daerah." Jawabku sambil menunjuk tulisan besar 'pemerintah daerah'.
Masnya ngangguk lagi.
"Yaudah mbak, saya nunggu hujan aja reda."
Aku hanya membalas dengan deheman.
"Mbak, namanya siapa?"
Lah modus nih.
"Taeya, Lee Taeya."
"Oh, Taeya. Kenalin saya Jeno, Lee Jeno. Wah marga kita sama ya."
"Oh iya ya."
"SMP Kelas berapa?"
"Ha? Saya udah kuliah."
"Ha? Masa? Aduh maaf mbak saya kira masih smp."
"Iya nggak papa."
Setelah itu hening, Jeno -ojek online tadi hanya memainkan ponselnya.
"Maaf nih, kamu kelas berapa?"
"Baru lulus SMA saya."
"Yang bener? Kok udah jadi ojek online?"
"Daripada gabut mbak, saya pengen beli motor sendiri pakai uang sendiri."
Aduh, hebat banget ini anak. Udah usaha buat beli motor sendiri.
"Lah itu motor siapa?"
"Motor bapak saya mbak."
Sebentar, aku merasakan hawa dingin dan agak takut. Aku mencoba menggerakkan kepalaku.
Benar saja, kak Doyoung sudah di depanku, di dalam mobil. Menatapku dengan tajam.
Kenapa nggak mau turun, bawa payung gitu? Apa iya harus aku yang lari kesana nerjang hujan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Fierce Bunny (KIM DOYOUNG) -END-
FanfictionKisah kebucinanku dengan kakak Tingkat jurusan Kimia yang galak, tapi lucu seperti kelinci.