Kesempurnaan, apa itu?
Kesempurnaan setiap manusia memiliki arti berbeda. Terkadang kesempurnaan adalah hal sederhana, tapi juga kesempurnaan adalah hal yang sangat membingungkan. Tak perlu berdebat, karena dari awal kesempurnaan hanyalah sudut pandang masing-masing.Oh ya, kalian masih ingat aku? Harusnya masih.
Aku sekarang sedang duduk di meja riasku, sambil melamun juga. Aku merasakan hal berbeda setiap hariku. Ya seperti hari ini, misalnya hal pertama yang kulakukan adalah aku harus belajar memasak dengan mama.
"TAEYA CEPAT TURUN! KATANYA MAU BELAJAR!" Teriakan dia lagi, seseorang paling cerewet yang pernah ada.
Aku segera turun dari kamar, lalu berlari ke dapur.
"Mama mana?" Tanyaku,
"Gak kesini. Udah masak sama aku. Sana kamu potong bawangnya." Perintahnya, akupun mengangguk.
Aku memotong bawang, aku sudah ahli memotong bawang loh. Buktinya aku nggak nangis lagi saat harus memotong bawang. Sebenarnya aku bisa masak tapi cuma beberapa makanan sederhana aja.
"Aw!" Teriaknya aku langsung meletakkan pisauku lalu meraih tangannya.
"Siniin tangannya." Ucapku, dia menyembunyikan tangannya setelah menariknya dariku.
"Mas, siniin tangannya bahaya kalo nan-"
Cup.
Keningku tersentuh bibirnya, hmm modus pagi-pagi.
"Modus mulu! Siniin tangannya mas Doy."
"Aku bercanda sayang, nih liat gak luka sama sekali nih."
Aku cemberut lalu menarik keras pipinya yang sedikit lebih gembil. Iya dong dia lebih banyak makan.
Dia mengaduh, tapi tetap ku tarik pipinya lalu kulepas dan kuberikan kecupan untuknya.
"Aww sakit tau." Ngambeknya sambil mengusap pipinya.
"Abis ngegemesin banget sih." Tambahku.
Setelah selesai memasak, aku menyiapkan makanan tadi. Menatanya di meja makan.
Kemudian masih ada satu makanan, di dekat kulkas. Aku mencicipinya sedikit. Aaa kurang lada ini. Jadi ku tambah sedikit lada.Tapi sialnya, lada itu tumpah sebelum ku beri ke makanan. Dan aku tidak kuat lada lalu aku bersin. Lada itu beterbangan dan beberapa masuk ke mataku setelah aku membuka mata.
"Aaaa perih. Mas Doy perih mata aku." Kataku, dengan cepat mas Doy langsung manarikku membuka paksa mataku dan meniupnya.
Aku menangis, ya perih banget. Terlalu hebat jika aku tidak menangis.
"He-hey kok nangis?" Tanyanya
Aku memeluk tubuhnya, lalu menangis di dadanya.
"Sakit. Perih." Jawabku.
Dia menarik kembali kepalaku agar menghadap keatas ke wajahnya. Lalu,
Cup
CupDia mencium kedua mataku, lalu ku beri senyum.
"Wah, kak Doy mata aku udah nggak perih." Ucapku lalu kami tertawa.
"PAPA! MAMA!" Teriakan bocah kecil yang kemudian duduk di meja makan.
"Bangunnya kesiangan sih, jadinya makanannya udah mau habis." Ledekku, membuat bocah itu cemberut dan akan menangis.
"Lain kali malam itu tidur jangan ngajak main basket." Tambahku, akhirnya tangis bocah itu pecah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fierce Bunny (KIM DOYOUNG) -END-
FanfictionKisah kebucinanku dengan kakak Tingkat jurusan Kimia yang galak, tapi lucu seperti kelinci.