Saat itu memang susana sedang kacau kalang kabut dan aku benar-benar merasa aku harus bisa memilih hal benar yang tidak akan menyakiti orang-orang di sekitar. Tapi itu kulakukan tanpa memikirkan bagaimana perasaan Taeya saat aku mengatakan bahwa aku akan melindungi dan selalu ada buat Sejeong. Sebenarnya aku hanya ingin menghiburnya, tidak lebih. Tapi menurut Taeya berbeda, menganggap serius dan berakibat ia sakit hati.
"Sejeong. Taeya mana?" Tanyaku saat aku menyadari bahwa Taeya sudah tidak ada di depanku lagi.
Namun tak ada jawaban, Sejeong hanya menggeleng tidak tahu.
"Gue cari dia dulu." Kataku pada Sejeong lalu aku bangkit dan segera mengendarai mobilku.
Aku fikir, jika dia naik bus akan sesuai dengan rute dan pasti ia berhenti di halte dekat blok rumahnya.
Akupun memutar stir belok ke kanan untuk menuju halte bus itu. Benar saja, disana aku sudah melihat Taaeya bersama Haechan. Tak berfikir lagi aku langsung mendekati mereka.
Aku tahu, Taeya menyuruh Haechan untuk pulang terlebih dahulu. Ku tatap tajam dia kemudian mengatakan agar dia segera masuk ke dalam mobil.
Taeya menggeleng. Lalu duduk di bangku halte.
"Ada masalah apa? Kenapa pergi, pulang nggak bilang? Tau nggak gue nyariin? Gue kira lo ke kamar mandi atau ke dapur." Tanyaku, memang aku sudah khawatir.
"Nggak ada masalah kak, Taeya pengen cepet balik udah capek."
"Kenapa? Karena Sejeong? Lo harusnya respect sama semua orang."
"Aku juga respect sama kak Sejeong. Aku emang lagi capek kak."
"Apa sih susahnya ngomong ke gue apa yang lo ingin?"
"Kak!" Dia memanggilku lalu mengambil nafas sangat dalam.
"Kita sampai sini aja, kita udahan aja ya." Ucapnya.
"Ma- mak-"
"Udahan."
"Apa alasannya? Beri gue alasan yang masuk akal."
Taeya menggeleng, lalu menggenggam tanganku, "kita sampai sini aja, kita udah selesai." Lalu dia lepas genggaman tadi pelan.
"Taeya pamit."
Dia melambaikan tangannya sambil berjalan menjauh dariku.
Kalap. Benar-benar kalap. Aku kecewa pada diriku sendiri. Aku kecewa pada perkataanku yang membuat orang yang aku cintai sakit hati dan pergi.
Aku mengendarai mobilku, pikiranku seperti hilang begitu saja. Bahkan aku tak memperhitungkan berapa kecepatan mobil yang kuambil. Sampai-sampai di pertengahan ada seekor kucing yang terduduk. Membuatku menahan rem dengan kuat. Dan sialnya kepalaku terpantuk setir mobil. Sial memang.
Aku keluar dari mobil, menggendong kucing berwarna orange itu. Jadi ingat Taeya saat bertemu kucing. Pasti langsung diberi nama. Kucing ini seperti memelukku saat ku gendong di bahu kanan. Aku tersenyum, tentu saja ingat pada Taeya. Lalu aku letakkan di jalan kembali dan mengambil foto kucing itu. Dan secara otomatis langsung ku kirimkan pada Taeya.
Tak ada balasan pastinya, tidak mungkin membalas mungkin dia.
Kubuang nafas kasarku.
Hingga ponselku berbunyi, dan itu sekilas membuatku tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fierce Bunny (KIM DOYOUNG) -END-
FanficKisah kebucinanku dengan kakak Tingkat jurusan Kimia yang galak, tapi lucu seperti kelinci.