2. Prolog

3.1K 325 37
                                    

Seungwan

Sebentar-sebentar. Di hari pertama magang, yang penting adalah penampilan. Terbiasa dengan gaya ke kampus, aku harus pintar-pintar merias diri. Tapi jangan sampai kelewatan menor. Cukup dengan CC cream, sedikit blush dan lisptik warna peach.

Yup. Siap.

Aku bisa lihat penampilanku di depan cermin dengan balutan kemeja hitam dan celana bahan bewarna... apa ya warnanya. Merah muda? Atau peach? Atau rosegold? Pokoknya seperti itu.

Masuk ke semester tujuh, aku semakin antusias karena inilah dimana mahasiswa memiliki jam kuliah sedikit. Bekerja di lapangan. Bertemu dengan orang baru. Dan untung-untung kalau perusahaan tempat magang beri tunjangan uang makan. Dapat pemasukan tambahan diluar yang Mama berikan. Meskipun sama sekali aku nggak merasa kekurangan. Soalnya, kalau kelaparan aku bisa minta Yoongi teraktir makan.

Kantor tempatku magang itu, nggak terlalu besar. Sengaja sih, karena aku merasa kayaknya harus belajar dari yang mulai kecil-kecil dulu. Contohnya perusahaan startup yang rata-rata pegawainya adalah freshgraduate. Jadi selisih ilmu yang aku punya sama pegawainya nggak beda jauh.

Letak kantornya juga ada di sekitar kampus. Kira-kira 10 menit untuk menggunakan bus. Jadi aku nggak perlu khawatir terlambat. Pokoknya, hari pertama kerjaku ini, semuanya sudah kusiapkan. Termasuk stamina dan wangi tubuh yang aku bubuhi parfum pemberian Yoongi.

Karena perusahaan ini baru saja didirikan, kantornya menyewa satu lantai di sebuah gedung besar. Jumlah pegawainya juga tidak sampai 80 orang. Tapi, karena setiap jangka waktu tertentu mereka memiliki pembaharuan sistem sehingga selalu ada inovasi baru. Saat ini, mereka mulai dilirik beberapa investor asing.

Well, selama tiga bulan ke depan, aku akan bekerja sebagai salah satu pegawai magang di divisi perencanaan. Kebetulan, aku punya sedikit kelebihan untuk membaca situasi pasar. Yang sepertinya dibutuhkan oleh perusahaan ini.

Selama seratus hari ke depan aku akan menghabiskan banyak waktu di tempat ini. Aku harap, aku bisa betah. Nyaman dan bisa bergaul dengan teman-teman yang ada di sana. Termasuk pak bos yang katanya susah banget nerima pegawai perempuan.

Aku cuma mau membuktikan, kalau perempuan punya kemampuan di bidang ini.

×××

Chanyeol

Ada yang lebih memuakkan dari menunggu. Misalnya, mendengar omelan Mama pagi hari. Anehnya yang dia bicarakan itu-itu saja. Iya, kapan aku punya pacar ? karena sudah tiga tahun aku tidak terlihat menjalin hubungan dengan siapapun. Padahal mana sempat.

Selain tidak sempat, aku juga masih trauma dengan rasa sakit yang nampaknya belum sembuh. Ditinggal menikah padahal kami masih berpacaran itu seperti, membangun rumah pasir yang sudah hampir jadi. Tapi sayang ombak tidak tahu diri datang.

Bingung juga, kenapa Krystal bisa diam-diam jalin hubungan sama Jongin yang sebenarnya adalah teman dekatku. Kapan mereka bertemu. Kapan mereka menjalin hubungan. Dan kapan mereka memutuskan menikah hingga akhirnya aku terkejut dengan pemberitaan di koran soal pernikahan termewah di tahun itu.

Aku merasa menjadi laki-laki paling bodoh saat itu. Sehingga sampai sekarang aku selalu menertawakan diriku sendiri. Memang sebaiknya aku harus lebih peka dengan keadaan sekitarku.

Sejak itu aku enggan berurusan dengan cinta. Well aku tidak membencinya. Justru cenderung menghargai. Karena tiap kali aku memergoki seorang perempuan tertarik padaku, aku akan memberikannya sedikit service. Misalnya, one night stand yang tidak terlupakan.

Thats why everyone call me player. Padahal tujuanku bukan itu. Aku hanya ingin mereka mendapatkan kebahagiaan dari mencintai seseorang. Service itu merupakan ucapan terimakasihku kepada mereka karena sudah menyukaiku.

"Loh ini Chayeong ambil cuti. Kita belum ada gantinya?" Jadi beberapa bulan lalu, Sekertarisku Chayeong mengajukan cuti hamil. Dan entah bagaimana, bagian HRD tidak memberitahuku soal ini. Saat aku tiba, aku heran karena tidak ada Chayeong di kursinya. Lalu tiba-tiba Jaemin bilang kalau perempuan itu sudah menikmati cuti yang aku acc.

Itu bukan masalah besar sebenarnya. Kalau saja aku sudah memiliki pengganti lain. Tapi karena ada beberapa proyek yang harus aku tangani belakangan ini, aku lupa. Dan hari ini aku bahkan tidak tahu apa saja jadwal dan deadline yang harus aku lakukan.

"Jae, coba calling Chayeong. Jadwal hari ini apa aja. Terus kamu handle sementara. Aku mikir siapa yang gantikan Chayeong ya."

Belum Jaemin jawab permintaanku, Jisung dengan langkah seribu masuk ke dalam kubikelnya, "Kak Jae, itu mahasiwa magang baru datang. Mau langsung aku suruh masuk aja apa nggak?"

Eh? Ada mahasiwa magang baru. Jaemin pamit tanpa menjawab permintaanku. "Jae, kalau nggak itu anak gantikan Chayeong aja deh," kataku yang cuma ditanggapi dengan angkatan jempolnya.

Waktunya pas, 100 hari Chayeong cuti. 100 hari mahasiswa ini magang.

×××

Aku nggak tahu apakah ini bisa kalian sukai apa nggak. Tapi aku menikmati menulis dan tantangan.

Aku nggak mau nulis angst bukan berarti bosan. Sama sekali nggak. Tapi aku ingin menantang diriku sendiri. Bisa nggak aku nulis genre lain.

Di prolog ini menurut kalian gimana ?
Aku sejujurnya kurang PD karena merasa ini bukan aku banget.

Tapi aku juga bikin tulisan2ku hidup.

Apakah perlu diteruskan?

Btw prolog ini aku tulis biar kalian ngerti jalan ceritanya.

Soalnya di bab 1 aku mau langsung ke inti cerita biar ga ngalor ngidul.

And I am so sorry karena terlambat banget nulisnya. Karena aku barusan banget selesai beresin rak buku dan rak piring. Hahaha.

Kalau komentar dan vote nya banyak insya allah akan segera aku tulis lanjutannya.

Terimakasih teman2 !!

100 Days Of Internship ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang