41. EPILOG

1.7K 236 34
                                    


"Seungwan, aku udah sering mengalah loh. Masa kaya gini kamu lagi yang ngatur. Aku juga mau kali," Chanyeol bersungut. Sekarang, mereka di ruang tamu rumah Seungwan, menjelang hari pernikahannya, sedang bertengkar. Masalahnya, hanya karena font undangan yang tidak sesuai dengan seleranya.

Chanyeol jengah, laki-laki itu sudah sering memaklumi keinginan Seungwan. Mulai dari tema pernikahan yang sangat mirip dengan fairiytale. Kemudian venue yang terletak di pinggiran Seoul hanya karena menghindari kemacetan. Belum lagi, bulan madu yang tidak akan dilakukan sampai Seungwan lulus. Semua persyaratan yang diberikan gadis itu sudah dia penuhi. Chanyeol tidak menyentuh sedikitpun kebutuhan pernikahan. Hanya karena Seungwan ingin melakukannya sendiri.

Sebagai gantinya, Seungwan mengizinkan Chanyeol mendesain undangan yang akan disebar. Tapi kenyataannya, sekarang Seungwan yang sedang berusaha mengambil alih pilihan desain undangan. Membuat Chanyeol bersungut-sungut memohon kepada Seungwan agar dia menyepakati pilihannya.

Chanyeol hanya akan menikah sekali. Jadi dia ingin merasakan bagaimana menyiapkan pernikahan sekali seumur hidupnya itu. Dia iri melihat Seungwan yang sebentar-sebentar mengangkat telepon dari vendor. Atau dari teman-teman yang menambah daftar list undangan. Sementara Chanyeol hanya direngeki Seungwan soal administrasi.

"Ya Bapak pilih desain yang benar dong. Masa warnanya hitam, jenis fontnya juta times new roman. Bapak pikir ini tugas akhir apa? Mana kertas dasarnya putih. Orang pasti akan salah kira kalau ini proposal judul. Bukan undangan pernikahan," Seungwan tidak mau kalah. Di matanya apapun yang disiapkan oleh Chanyeol adalah salah. Mulai dari tema pernikahan yang minimalis. Ini kan bukan zaman 90-an. Semua harus dirayakan. Karena Seungwan juga ingin hari pernikahannya ini menjadi hari yang bersejarah. Tidak terlupakan.

Chanyeol meremas rambutnya. Dia mau menanggapi omelan Seungwan yang maha benar itu. Tapi, Seungwan pasti akan mengancam yaudah nggak usah jadi menikah saja. Batalin aja semuanya. Sekali lagi Chanyeol mendengar kalimat itu, mungki pernikahan itu benar-benar tidak akan terjadi. Karena Seungwan sudah cukup sering mengancamnya demikian.

Pernikahan mereka memang masih tiga bulan lagi. Tapi semenjak Seungwan bertemu dengan orang tuanya dua bulan lalu, hubungan mereka semakin jelas. Chanyeol dan Seungwan punya visi dan misi yang sama. Jadi apa lagi yang harus mereka tunggu?

Chanyeol tidak seperti Yoongi. Laki-laki itu tidak membutuhkan Seungwan yang bergelar. Dia hanya butuh Seungwan sebagai sosok gadis yang bisa mengerti pekerjaannya. Dia akan mempersilakan Seungwan melakukan apapun. Bahkan hanya tidur sekalipun. Karena yang terpenting bagi Chanyeol adalah keinginan Seungwan menghabiskan sisa waktunya dengan Chanyeol.

"Pak," Seungwan menyenggol ujung kaki Chanyeol yang berada di luar sofa. Karena masih kesal dengan Seungwan laki-laki itu bukannya menoleh, justru membalikkan tubuh dengan membelakangi Seungwan. Membuat gadis itu mendengus kesal. "Yaudah deh, kita nggak.."

Kan benar. Chanyeol segera bangkit dan menengok sebal ke arah Seungwan. Gadis itu kini memperlihatkan senyuman simpulnya. Duh yang seperti ini, mana bisa Chanyeol tolak. Jadi, bagaimana caranya Chanyeol bisa marah lama kalau musuhnya adalah bidadari syurga yang tersasar di bumi ini. "Kamu kalau kesal bisa nggak sih nggak ngomong gitu. Nanti kalau beneran kejadian kamu repot," kata Chanyeol.

Seungwan yang tadinya duduk di atas karpet kini bangkit dan duduk dia atas sofa yang sama dengan Chanyeol. Gadis itu merangkul lengan Chanyeol yang berotot. Lalu kepalanya sengaja ia sandarkan di bahu yang sama. Jemarinya mencari jemari besar Chanyeol. "Ya Bapak juga tuh jangan sedikit-sedikit marah, sedikit-sedikit ngambek. Nggak capek apa aku ancam terus?" Seungwan mengeratkan genggaman tangannya terhada Chanyeol. Seolah udara pun bisa memisahkan mereka.

100 Days Of Internship ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang