17. Tidak Nyaman

1.2K 271 62
                                    

Seungwan merasa tidak nyaman. Setelah Chanyeol mengatakan kalimat itu, mereka berakhir pada diam. Dia kehilangan nafsu makan. Meskipun sebelumnya dia juga tidak punya keinginan untuk makan. Berdua. Bersama Chanyeol.

"Besok saya jemput. Kamu tetap bekerja."

Benar-benar keras kepala. Tapi Seungwan tidak peduli. Dia mau keiinginannya kali ini terwujud. Tidak bisa terus menerus patuh. Dia harus punya pertahanan. Karena itu pagi ini dia masih leha-leha. Mematikan ponselnya. Dan menikmati matahari pagi di musim semi.

Tapi, selama itu Seungwan merasa ada yang ganjil. Tidak enak. Membuatnya frustasi. Mengganjal. Dia takut kalau Chanyeol nekat untuk menunggunya. Dia takut kalau laki-laki itu benar-benar ada di basemen apartemennya. Menunggunya. Seperti apa yang dia janjikan.

Ah sialan. Seungwan jadi merasa tidak nyaman. Sekarang dia, justru menyalakan ponselnya. Melihat siapa saja yang menghubunginya. Benar saja. Chanyeol mendominasi panggilan tak terjawab, chat dan pesan singkat. Benar-benar keras kepala.

Secepatnya Seungwan membalas pesan tersebut.

Untuk : Bapak Bos
Saya nggak mau kerja lagi pak. Lebih baik bapak pergi. Karena saya nggak akan mau ketemu bapak.

Terkirim.

Son Seungwan meletakkan lagi ponselnya di atas meja. Tidak lama. Karena sekitar beberapa detik kemudian, Chanyeol membalasnya. Balasan yang kembali membuat Seungwan tidak nyaman. Ini menjengkelkan.

Dari : Bapak Bos
Nggak masalah. Saya hari ini kosong. Jadi bisa menunggu kamu sampai malam. Saya nggak mau nyerah.

Seungwan mau berteriak. Hatinya kacau sekarang. Tidak dia balas oesan Chanyeol. Justru yang dia lakukan adalah mencari nomor Yoongi. Hanya untuk menenangkan hatinya. Mencari sebuah titik balik sehingga sia bisa menemukan solusi lain terhadap masalah ini. Tapi percuma, laki-laki itu semalam pamit. Karena akan terbang ke luar negeri. Seungwan tidak bisa menghubunginya.

Sementara di basemen, Chanyeol tersenyum menatap pesan singkat yang dikirim Seungwan. Manis dan lucu. Tidak ada satupun yang memperlihatkan Seungwan menyeramkan meskipun pesan itu terasa dingin. Hanya ada kekeras kepalaan yang juga sedang dia lakukan kepada Seungwan.

"Mari, kita lihat. Siapa yang lebih keras. Aku atau kamu." Gumam Chanyeol lalu tersenyum. Disadarinya isi mobil saat ini terasa penuh. Satu buket bunga dengan 100 tangkai mawar ada di kursi bagian belakang.

Chanyeol sengaja meletakkannya disana. Selain ingin terlihat punya usaha, dia juga ingin memaksa Seungwan untuk duduk di sampingnya. Sudah tiga jam menunggu, dengan AC mobil menyala. Chanyeol tidak berpikir untuk menyerah. Dia justru optimis kalau akhirnya Seungwan yang akan kalah. Tidak ada yang boleh kalah dari Chanyeol. Apalagi untuk memenangkan hati Seungwan. Nope.

Benar saja, kini dengan senyum yang super lebar, hampir memperlihatkan deretan giginya, Chanyeol bisa melihat Seungwan berjalan kasar. Raut wajahnya menggemaskan. Pipi yang naik ke atas karena menampilkan wajah jengkel. Rambut yang diikat dengan asal. Dan pajama bewarna biru yang terlihat transparan. Duh, Chanyeol takut khilaf.

Gadis itu menghadang Chanyeol tepat di depan kap mobil. Dengan bersedekap tangan. Kemudian mendengus berkali-kali. Kalau saja Chanyeol tidak pintar mengendalikan diri, dia mungkin tidak peduli sekarang dimana, mencium Seungwan sampai kehabisan nafas.

Chanyeol mendorong tubuhnya untuk membuka pintu mobil di samping kursi yang dia siapkan untuk Seungwan. Memerintah perempuan itu masuk ke dalamnya. Bertemu dengannya. Berada di frekuensi yang sama. Seperti keinginannya.

Sumpah, Seungwan jadi menyesal turun ke basemen dan bertemu bos gilanya itu. Sekarang, sudah kepalang tanggung. Kalah yang mengalah saja. Saking ingin segera mengakhiri drama sinting itu, Seungwan akan menyerah. Dia akan merendahkan egonya. Mungkin menuruti apa yang dikatakan Chanyeol. Tapi tidak untuk membalas perasaan laki-laki itu. Tidak akan.

100 Days Of Internship ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang