6. Resign

1.3K 303 75
                                    

Chanyeol melihat jam dinding di dalam ruangannya. Kemudian bergantian menatap Seungwan dengan wajah pucat, keringat yang merembes dan nafas yang terengah-engah. Perempuan itu terlambat. Dia siap dimarahi oleh Chanyeol yang kesal sampai ke puncak kepalanya.

"Saya pikir kamu sudah resign," kata Chanyeol sakartis.

Seungwan cuma menunduk. Dia tahu kesalahannya apa. Terlambat adalah bukti dari ketidakdisiplinannya sebagai pegawai. Tapi dia benar-benar lelah semalam karena menghabiskan waktu dengan movie marathon bersama Yoongi. Dia juga ingat kalau dia baru bisa tidur pukul empat pagi.

Seungwan sudah berupaya agar dia bisa datang tepat waktu. Tapi karena ada kecelakaan di ruas jalan Apgujong, perjalanannya terhambat. Membuat dia terpaksa menitipkan mobil di salah satu parkiran Hi-Mart. Kemudian mencari taksi uber setelah melewati titik kemacetan dengan berlari.

Sayangnya, karena memang sejak awal dia terlambat bangun, ketika tiba di kantorpun dia harus menerima kenyataan. Kalau dia mungkin tidak akan selamat hari ini. Ada dua kemungkinan. Jika Pak Bos sedang baik hati, dia akan menerima segudang pekerjaan atau hukuman. Tapi kalau Pak Bos sedang dalam mode berapi-api. Seungwan ingin mengucapkan selama tinggal secara baik-baik dengan mata kuliah magang. Dan kembali mengulang di tahun depan. Bersama mahasiswa di semester bawah. Seungwan tidak mau. Tapi dia tidak punya pilihan selain pasrah.

"Kamu sadar salah kamu apa sekarang?" Chanyeol masih menahan amarahnya. Dia kebingungan pagi ini harus memenuhi schedule apa. Sementara Seungwan datang sangat terlambat. Lupakan rasa tertariknya yang muncul kemarin sore. Ini sudah keterlaluan. Son Seungwan harus diberi pelajaran.

Seungwan tidak menjawab. Dia sedang menggigit bagian dalam mulutnya. Dia sadar kesalahannya apa. Karena itu dia ketakutan. Sedikit saja dia membuka mulutnya, pasti air mata akan berurai. Dia sedang sekuat tenaga menahan tangisnya. Tapi sepertinya Pak Bos tidak mau memahami situasi yang sedang terjadi.

Chanyeol yang semakin kesal, tidak mendapatkan jawaban dari sekretarisnya itu. Dia membanting vas bunga yang ada di atas meja. Membuat Seungwan berjengit terkejut. Biasanya dia hanya akan menerima omelan dari Chanyeol. Sementara sekarang laki-laki itu berusaha mengeluarkan amarahnya melalui kekerasan visual.

Seungwan akhirnya sesegukkan. Dia tidak bisa menahan air mata dan tangisannya. Dia terduduk seperti sedang bersimpuh di hadapan Chanyeol. Ingin meminta maaf tapi suaranya tercekat. Tidak bisakah Chanyeol memahaminya. Soal dia yang sudah merasa sangat bersalah.

Chanyeol sama sekali tidak merasa kasihan dengan Seungwan. Perempuan ini sudah banyak melakukan kesalahan yang sedikit banyak merugikan perusahaan. Sebagai seorang tenaga kerja, Seungwan tidak lolos secara kualifikasi. Meskipun perusahaannya baru, Chanyeol tidak pernah memaklumi kesalahan yang membuat perusahaan rugi berkali-kali. Dan itu berlaku untuk Seungwan. Tidak ada pengecualian bagi siapapun.

"Kamu renungi kesalahan kamu. Kalau kamu masih belum bisa menyesuaikan diri dengan dunia kerja, saya persilakan kamu melamar di semester yang akan datang."

Chanyeol muak terus menerus mendengar Seungwan yang terisak. Dia butuh sesuatu sebagai pelampiasan. Tapi sebelum itu dia menatap Seungwan yang kini sedang mengelap wajahnya yang pucat ketakutan. Saat itu dia mengingat satu kemungkinan yang membuat Seungwan sangat terlambat.

"Seungwan ini peringatan. Kalau kamu maunya bersenang-senang, kamu bisa mengorbankan satu mata kuliah ini. Saya tahu, mungkin waktu kamu tidur dengan pacar kamu lebih menyenangkan dari pada masuk ke kantor," blam Chanyeol meninggalkan Seungwan yang masih terpana dengan kalimat kotor Pak Bosnya.

Chanyeol muak sekarang, sebelum Seungwan datang dia meminta Jisung untuk memeriksa jadwalnya hari ini. Untungnya tidak ada agenda penting selain rapat proyeksi. Sementara dia yang sedang tidak karuan itu rasanya tidak bisa memimpin rapat apapun. Dia butuh pelampiasan. Nikotin misalnya. Jadi dia keluar untuk pergi ke rooftop. Sebelumnya, dia meminta Jaemin untuk membuatkannya secangkir mopi dengan tiga sendok gula jagung.

×××

Seungwan membereskan isi mejanya. Dia tahu diri jika dia selalu melakukan kesalahan di minggu pertamanya bekerja. Dia rela menunda kelulusan daripada terus merasa tertekan berada di kantor. Bahkan di hari terakhirnya bekerja ini, dia masih belum tahu apa yang seharusnya dia kerjakan. Sayang sekali, harapannya untuk belajar di dunia kerja tidak bisa benar-benar dia rasakan.

Kalimat terkahir Pak Bos kembali terngiang. Tidur. Seungwan tidak mengerti apa yang dikatakan Chanyeol kepadanya. Tidur seperti apa yang dimaksud. Tapi di usianya yang hampir 22 tahun, Seungwan tahu apa yang dimaksud Chanyeol. Tiba-tiba saja dia merasa geram. Kesal.

Seungwan sehat. Dia dan Yoongi memiliki hubungan yang sangat sehat. Mereka punya komitmen saling menjaga. Termasuk menjaga keperawanannya. Jadi dia merasa marah sekarang. Sialan. Tahu apa bosnya soal hubungannya dengan Yoongi. Apa semua yang dia lihat selalu bisa dinilai buruk seperti itu?

Seungwan yang sedang menahan kesal, itu kini mengerang. Membuat Jaemin yang baru selesai menyeduh kopi instan untuk Chanyeol menatapnya terkejut. Hampir saja menjatuhkan cangkir yang ada di dalam genggamannya. Untung dia cekatan.

"Kenapa sih?" Tanya Jaemin setelah meletakkan cangkir di meja tepat di depan pintu masuk ruangan Pak Bos.

"Pak Bos kemana sih?" Bukannya menjawab, Seungwan justru bertanya dengan nada sinis.

Jaemin menautkan alisnya, memberikan gestur merokok. "Di atas kayaknya," kata dia.

Seungwan yang langsung paham, lalu berjalan dengan emosional yang meletup-letup. Langkahnya kini lebih lebar. Nafasnya memburu. Bahkan dia berkali-kali menekan tombol lift karena tidak kunjung terbuka. Dia sudah mau mengomel di hadapan calon mantan bosnya. Tidak peduli apapun lagi. Lagipula hari ini dia akan mengundurkan diri. Dia tidak akan lagi memiliki urusan apapun dengan bos temperamentalnya itu.

Energi Seungwan yang berapi-api itu semakin besar ketika lift membawanya ke lantai paling atas. Tangannya sudah mengepal. Siap meninju bagian tubuh mana saja milik bosnya. Tidak sama sekali berkurang. Dia bahkan kini melangkah lebih lebar ketika pintu lift sudah terbuka.

Seungwan bisa melihat Chanyeol yang kini sedang bersandar di sebua tembok. Di bawahnya puntung rokok berserakan. Son Seungwan jadi ragu. Tapi dia ingin setidaknya satu kali saja, bisa mengatakan kekesalannya, ketakutannya pada Chanyeol. Dia mau, kepergiannya menyadarkan Chanyeol kalau ada banyak orang yang butuh bimbingan dalam pekerjaan apapun. Terlebih jika itu bukan keahliannya. Seperti yang dirasakan Seungwan sekarang.

"Kenapa? Sudah sadar kalau tidur sama pacar lebih enak dibandingkan kerja?" kata Chanyeol yang tahu jika kini ada Seungwan di sekitarnya.

Seolah menjadi alaram, Seungwan yang tadi ciut kembali berapi-api. Dia berjalan hingga tepat beradak hadapan Chanyeol. Dia menatap garang bosnya.

"Pak, saya mundur." Kata Seungwan dengan lantang. Tak terdengar sedikitpun keraguan.

Chanyeol mengangkat wajahnya, menatap Seungwan yang masih terlihat pucat. "Oke. Kamu menyerah, dan mengakui tidur deng.."

Belum selesai Chanyeol mengatakan kalimatnya, Seungwan terlanjur menampar pipi Chanyeol. Dia muak. Semudah itu Chanyeol mengatakan kalimat kotor terhadapnya. Sebodoh apapun dia, Chanyeol tidak punya wewenang menilai sesuatu yang buruk terhadapnya. Mereka tidak saling mengenal.

Chanyeol kaget, ini pertama kali dia ditampar oleh seorang perempuan. Tidak sakit. Tapi merasa terhina. Apa salahnya. Dia menatap marah Seungwan yang tidak kalah marahnya. Dia melangkahkan kaki untuk lebih dekat kepada Seungwan. Berusaha membuat gentar gadis itu. Tapi sayang gadis itu justru lebih terlihat marah.

"Asal bapak tahu, saya bukan perempuan yang sering bapak tiduri. Jangan mentang-mentang saya bawahan bapak, bapak mengandalkan kesalahan saya untuk merendahnkan saya. Saya nggak masalah ngulang mata kuliah magang, asal bisa berhenti bekerja dengan bapak. Saya harap bapak bisa belajar dari kasus ini. Kalau nggak semua orang bisa ditangani dengan sikap dan prilaku yang sama, terimakasih."

Chanyeol ingin membalas, tapi Seungwan lebih dulu pergi. Membuatnya mengerti. Kalau Seungwan sekarang jauh terlihat sangat menarik.

×××

Siapa yang penasaran apa yang bakal dilakukan pak bos setelah kepergian Seungwan?
Sama.
Saya juga penasaran xixi.

Udah kerja dulu. Bye.

Tong hilap dikomentarkan.

100 Days Of Internship ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang