13. Cantik

1.3K 278 51
                                    

Paginya Seungwan mengirim pesan kepada Chanyeol jika dia sudah ada di restoran untuk sarapan. Baru saja dia menginjakkan kaki di resepsionis, Seungwan melihat Chanyeol dan seorag perempuan bertubuh langsing dan tinggi di sudut restoran.

Seungwan ingat tempo hari, usai pertemuan dengan Kim Jihyo, dia mendengar sesuatu yang seharusnya tidak dia dengar. Karena itu dia memilih keluar dan mengeluarkan ponsel untuk mencari tempat sarapan terdekat dari hotel. Daripada dia kembali mendengar atau melihat sesuatu yang tidak pantas.

Sementara Chanyeol yang tengah berbincang dengan Sooyoung sambil mengaduk cream soup itu mengangguk-ngangguk. Padahal dia tidak terlalu paham dengan apa yang diceritakan Sooyoung padanya. Sejak awal, dia hanya ingin memenuhi undangan adik perempuannya itu untuk sarapan.

"Kemarin Kak Soekjin bilang, Kakak bawa perempuan pingsan ke rumah sakit, benar?" Sooyoung hampir mati penasaran ketika semalam saat dia sedang ada di klub bersama Yerin, mendapatkan pesan dari Seokjin. Dia terkejut ketika Chanyeol akhirnya peduli pada seorang perempuan. Selain dia, Yerin sang sepupu dan Krystal.

Sooyoung yakin, ada yang terjadi antara Chanyeol dan perempuan itu. Kakaknya bukan lelaki peka dengan keadaan di sekitarnya, dia juga tidak mudah peduli. Chanyeol bukan tipe orang yang akan membuang waktunya hanya untuk memedulikan suatu hal yang tidak berguna. Kalau dia masih waras, dalam artian dia masih seperti Chanyeol yang biasa, Seungwan mungkin masih ada di dalam kamar rawat. Membiarkan Seokjin mengurus penyembuhannya. Tapi perempuan itu di sini. Di hotel yang sama sepertinya. Suatu hal yang hampir tidak akan pernah dilakukan Chanyeol.

Sementara lelaki itu tetap berusaha terlihat tenang. Sudah cukup dia kesulitan tidur hanya karena bingung dengan apa yang perlu dia lakukan ketika berhadapan dengan Seungwan. Padahal, dia hanya perlu menjadi Park Chanyeol seperti biasa.

"Dia anak magang yang kebetulan pingsan di dalam mobil," kata Chanyeol, lalu mengunyah telur setengah matang pesanannya. Berusaha mengacuhkan pandangan penuh selidik Sooyoung.

"Dalam keadaan yang biasa-biasa saja, Kakak akan bersikap tidak peduli dengan keadaan seseorang. Meninggalkannya setelah memanggil Seokjin," Sooyoung sedang memancing sampai Chanyeol tidak mengelak dugaannya. Karena Sooyoung yakin, ada yang terjadi di antara mereka. Selain hubungan pekerjaan. Atau jika memang tidak ada yang terjadi, Sooyoung merasa bahwa Chanyeol menyimpan perasaan yang lebih pada mahasiswa magang tersebut.

Chanyeol masih berusaha bersikap biasa-biasa saja. "Tidak ada waktu mengeluarkan Seungwan dalam mobil dan menunggu Seokjin ke restoran. Aku harus berangkat kesini, kamu tahu itu."

Jelas Sooyoung tahu, makanya dia merasa aneh. Tapi melihat bersikukuhan Chanyeol, dia merasa harus berhenti. Dia hanya mengangguk untuk membiarkan Chanyeol menang hari ini. Tidak nanti.

"Tapi, dimana anak magang itu sekarang? Satu hotel kan?"

Mendapati pertanyaan itu, Chanyeol jadi tersadar jika Seungwan belum turun dan sarapan. Mengingat kejadian kemarin, Chanyeol berinisiatif untuk memanggil Seungwan sarapan bersama. Saat melihat ponsel dia mengetahui jika Seungwan sudah mengiriminya pesan dua kali.

Dari : Seungwan
07.35
Bapak waktunya sarapan. Saya sedang menuju restoran.

Dari : Seungwan
07.40
Saya sarapan di luar saja pak. Mungkin bapak butuh waktu pribadi.

Menyadari garis wajah Chanyeol yang berubah, Sooyoung berinisiatif melihat pesan yang ada di layar ponsel itu. Mengangguk-ngangguk setelah mengetahui jika perempuan itu tidak bisa bergabung dengan mereka. Sekaligus merasa lucu karena mungkin Seungwan tahu peringai Chanyeol yang seorang pemain. Dan terlihat menghabiskan waktu bersama sekarang.

"See, she cant join with us," kata Chanyeol tanpa membasal pesan itu. Memasukkannya kembali ke dalam saku.

Sementara Sooyoung tersenyum sambil mengangguk, "yeah and you look so bad.".

×××

"Acaranya semi formal. Tapi saya pakai Kiton edisi tahun lalu. Jadi upayakan kamu nggak terlalu terlihat mencolok."

Seungwan ingat pesan dari Chanyeol sore tadi. Tapi sekarang yang dia lihat di dalam kopernya adalah setelan yang tidak bisa dia kenakan malam ini. Dia jadi heran siapa yang ditemui Jaemin di apartemennya kemarin.

Jika Mama, tentu saja tidak mungkin. Karena Mamanya akan melakukan research singkat mengenai acara dan tamu undangan. Dia menduga, Jaemin mungkin menghubungi Papa atau adiknya Sungjoon. Karena hanya dua orang itu yang bisa dihubungi perusahaan, dan tahu password apartemennya.

Meskipun ada banyak potongan baju yang ada di dalam koper tersebut, tidak ada satupun baju formal tidak mencolok yang bisa dia kenakan. Warnanya ada biru muda, merah muda dan yang terakhir adalah hitam dengan motif bunga kecil di seluruh permukaannya. Sementara sudah tidak ada waktu untuk mengunjungi salah satu mall dan membeli sepotong pakaian.

Tidak ada pilihan lain. Seungwan memilih pakaian yang menurutnya bisa dimaklumi. Kemeja rumbai hitam dengan motif bunga. Dengan harapan besar Chanyeol tidak memandangnya sinis karena memilih pakaian tersebut.

Seungwan pernah bertanya, apa yang paling menarik dari wajahnya kepada orang-orang. Dan mereka bilang jika dia sangat menarik jika tidak menggunakan make up yang berat. Lipstick natural serta riasan mata yang tidak mencolok akan terlihat memukau di wajahnya. Karena itu, jika pakaian Seungwan sudah cukup mencolok, maka dia memerlukan sesuatu yang simpel tapi mampu menarik perhatian agar orang-orang tidak fokus dengan hal lain.

Seungwan sangat ahli dalam berias. Dulu ketika melakukan uji tes masuk kuliah, dia sempat berpikir untuk menjadi make up artist jika tidak lolos. Setelah menjadi mahasiswa pun beberapa kali dia berpartisipasi dalam berbagai event kampus sebagai perias. Karena itu bukan hal yang sulit bagi dia untuk bermake-up untuk tidak terlihat sudah berias. No make up make up look.

Sekitar setengah jam sebelum waktu yang dikatakan Chanyeol, Seungwan sudah duduk di lobi. Dia melihat beberapa berkas yang akan mereka bawa dan kenalkan sekaligus kepada beberapa tamu kompeten. Dia juga mencari tahu banyak hal mengenai award tersebut. Siapa saja tamu yang akan hadir dan siapa saja yang dinominasikan didalamnya.

Sementara, Chanyeol mengenakan jas bewarna abu-abu. Dia juga mengenakan dasi kupu-kupu yang dibentuk dari scraf keluaran Gucci. Penata riasnya sudah menyiapkan ini sejak lama. Dan Chanyeol harus tampil memukau ketika mendapatkan pengahargaan malam ini.

Dia keluar sepuluh menit sebelum waktu yang ditentukan. Lalu langkahnya berhenti ketika dia melewati pintu kamar Seungwan yang memang berada di lantai yang sama. Dia jadi penasaran, pakaian apa yang digunakan gadis itu. Riasan seperti apa yang dioles di wajahnya. Mengingat Seungwan yang dia lihat dikantor hanya mengenakan setelan kerja dan BB cream tipis.

Saat sampai di lobi, Chanyeol berjalan untuk menunggu Seungwan yang mungkin belum turun. Tapi dugaannya salah. Dia justru melihat Seungwan yang kini sudah berdiri dengan setelan manis. Tapi tidak pernah semanis yang dia lihat dari wajahnya yang cantik.

Seungwan terlihat memukau dengan setelan sederhananya. Tangannya yang terbuka memperlihatkan kulit yang bercahaya. Kakinya yang tidak terlalu panjang tapi tetap terlihat jenjang itu juga sangat berkilau. Seungwan seperti porselen tak tersentuh. Membuat Chanyeol merasa sedang berhadapan dengan patung.

"Sudah siap pak? Kita bisa jalan sekarang," kata Seungwan, lembut.

Detik itu berhenti. Chanyeol tidak tahu kenapa semuanya seperti tak bergerak. Hanya dia dan Seungwan. Seperti apapun yang mereka lakukan, tidak akan pernah bisa dilihat oleh siapapun.

Saat Seungwan melangkah mendekati Chanyeol, lelaki itu juga ikut melangkah. Tepat ketika hanya setengah meter mereka saling berhadapan, Chanyeol menarik lengan Seungwan. Menundukkan tubuhnya. Menyamakan jarak wajahnya. Dia. Mencium Seungwan.

×××

Maafkan typonya yaaaa. Aku mau editnya capek duluan eh. Tapi tar kalai dah sampe kosan aku baca ulang wkwkwk.

Hari Jumat nih, yang muslim jangan lupa, Al Kahfian heeeeee.

100 Days Of Internship ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang