14. Ciuman

1.6K 291 39
                                    

"Pak? Kita bisa jalan sekarang?" Sekali lagi Seungwan memanggil atasannya yang kini terlihat tidak fokus. Dia berjalan ke arah Chanyeol lalu menepuk bahunya.

Chanyeol sudah gila. Bagaimana bisa dia berfantasi untuk mencium Seungwan hanya karena gadis itu terlihat berbeda malam ini. Dia benar-benar harus memeriksakan keadaan psikisnya sekarang. Belum pernah dia berfantasi mengenai perempuan manapun. Terlebih itu Seungwan. Dan anehnya fantasi itu terasa sangat nyata. Ya Chanyeol tidak sengaja berfantasi berciuman dengan Seungwan.

Chanyeol kini berjalan mengikuti Seungwan yang tahu dimana mobil mereka diparkirkan. Memandang perempuan itu dari belakang. Bertanya-tanya apa yang membuat Seungwan masuk ke dalam alam bawah sadarnya. Mencari jawaban atas keberadaan Seungwan dalam khayalannya.

Tidak ada satupun alasan kuat. Ini bukan soal permainan yang dia idam-idamkan. Dia tidak ingin membuat perempuan itu menangis karena dirinya. Ini berberda, jauh berbeda dari perempuan manapun. Dia tidak nyaman dengan keadaan Seungwan yang lemah beberapa waktu lalu. Dia merasa terbebani ketika melihat Seungwan menjadi sorotan orang-orang dengan penampilannya. Dia selalu ingin ada Seungwan di sekitarnya.

"Seungwan?" Chanyeol menggumamkan nama Seungwan. Dia tidak terlalu berniat untuk meneruskan kalimat yang mungkin akan membuatnya menyesal. Tapi, dia ingin melakukannya. Entahlah, hati dan pikirannya kini terlibat dalam pertikaian.

Seungwan menoleh, rambutnya yang bergelombang berkibas. Ya Tuhan selamatkan jantung Chanyeol. Seungwan benar-benar cantik. Chanyeol bahkan bisa tahu meskipun mungkin dia sekarang ada di selat Singapura. Atau bahkan ketika Chanyeol berada di dalam kamarnya, di Korea. Karena kecantikan Seungwan bukan sekadar visual. Bukan hanya karena malam ini saja. Sebab, kecantikan Seungwan, ada di dalam pikiran Chanyeol. Dan lelaki itu mulai menyadari sesuatu yang bahkan dia tidak percaya lagi.

Chanyeol melemparkan jas ke arah pangkuan Seungwan yang ada di sampingnya. "Rok kamu terlalu minim. Kalau kamu mau memperlihatkan kaki kamu, bukan di acara ini," kata dia ketus. Membuat Seungwan menunduk dalam dan menutupi kakinya yang terbuka dengan dokumen yang dia bawa. Sementara jas mahal bosnya itu dikembalikan.

"Maaf pak, saya juga nggak tahu kalau baju yang disiapkan keluarga saya seperti ini. Kedepannya saya tidak akan melakukannya lagi," kata Seungwan pelan, "Bapak pakai jasnya saja lagi."

Chanyeol diam saja, dia hanya menatap ke arah jalan raya yang nampak ramai malam itu. Dia kembali mengingat apapun yang dikatakan Sehun. Selalu seperti itu. Ketika dia merasakan kehadiran Seungwan di sekitarnya. Rasa hangat namun membakar. Sesuatu yang aneh tapi dia sukai.

"Pak, besok kita take off pukul sebelas siang. Bapak mau saya bantu packing?" Seungwan melihat lagi tiket online yang dikirim Jaemin sore tadi. Lalu menoleh ke arah Chanyeol.

Seungwan hanya berinisiatif. Dia tidak suka menyentuh barang pribadi milik Chanyeol. Tapi, menurut Jisung, Chayeong rutin mengurusi berbagai kebutuhan pribadi Chanyeol. Jadi, demi mencegah situasi kampus terulang, dia melakukan apapun yang pernah dilakukan sekretaris lama Chanyeol selama ini. Meskipun, Seungwan adalah orang berbeda dari Chayeong.

Chanyeol menatap Seungwan, "tolong kamu reschedule jadwalnya. Saya mau istirahat. Kalau nggak salah, Korean Air ada jadwalnya yang jam sepuluh malam, kamu ambil itu aja."

Seungwan yang bertugas memastikan jadwal Chanyeol tidak berantakan lantas melihat apa saja yang terjadi jika Chanyeol terlambat pulang. Dia melihat ke arah tab yang menamoilkan jadwal harian Chanyeol. "Tapi pak, jam delapan malam, bapak ada jadwal bertemu dengan Kim Jisoo. Untuk fiksasi kegiatan charity nanti," Seungwan kembali menggulir tampilan layar tab tersebut, "Bapak juga ada jadwal bulanan dengan keluarga besar. Ini dibold oleh Bu Chayeong," kata Seungwan lagi.

100 Days Of Internship ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang