18. Nebeng

1.1K 266 32
                                    

"Selamat pagi Seungwan.."

Seungwan menautkan alisnya. Sepagi ini. Padahal sudah diingatkan, tapi Chanyeol tetap ada di basemennya. Parahnya sekarang dia sedang bersandar di samping dinding dengan segelas kopi hangat di tangan kanannya. Dan jangan lupa, laki-laki itu menatapnya dengan sumringah sekarang.

"Kok Bapak ada di sini? Kan kemarin saya bilang nggak usah jemput saya lagi."

Pagi itu banyak orang berlalu lalan di sekitar mereka. Membuat Seungwan harus mengecilkan suaranya. Tanpa sedikitpun merendahkan tekanan pada tiap kata yang mengandung kekesalannya. Benar-benar sia-sia omelannya kemarin. Seungwan akhirnya tahu sekeras ala kepala Chanyeol. Lelaki itu tidak sedikitpun takut dengan ancamannya.

"Saya nggak jemput kamu kok," kata Chanyeol.

"Terus?! Sekarang disini ngapain?" Habis sudah kesabarang Seungwan.

"Saya kan sejak semalam pindah kesini. Di lantai... sebentar," Chanyeol melihat alamat yang diberikan agen penyewa rumah, "lantai 18." Kata dia.

Ya ampun, Seungwan sudah tidak bisa berpikir. Dia harus menemukan solusi bagaimana cara menghadapi bosnya yang kekanakkan itu. Kalau tahu akhirnya akan seperti ini, Seungwan memilih untuk menjadi sekretaris normal. Yang akan dimarahi ketika salah. Tidak lebih dari menjadi orang lain di dalam hidup pribadi Chanyeol. Dia ingin tenang. Sebentar saja.

Seharusnya dia tidak berharap apa-apa. Semisal persetujuan yang diberikan Chanyeol padanya. Lelaki itu punya kuasa. Materi yang berlimpah. Bisa melakukan apa saja. Termasuk membeli sebuah kondonium di gedung apartemennya. Tidak sulit bagi Chanyeol untuk ada di sekitarnya. Tapi mau bagaimana sekarang? Dia tidak punya kewenangan untuk mengusirnya daei gedung ini. Yang dia bisa lakukan hanya mendengus kesal.

Seungwan enggan mengomel pagi ini. Dia berjalan menghindari Chanyeol ke arah mobilnya. Dia tekan alarm yang digantung bersama kunci lainnya. Seketika, Chanyeol berjalan membalap Seungwan. Menghampiri lebih dulu mobil bewarna merah itu. Jangan bilang dia mau numpang.

Tepat. Lelaki itu masuk ke dalam ruang kemudi. Lagi-lagi membukan pintu penumpang dari dalam. Seperti yang selalu Chanyeol lakukan. Kemudian dia memberikan gestur agar segera masuk. Tidak. Tidak. Seungwan tidak mau kalah hari ini.

"Bapak apaan sih. Mau curi mobil saya?" Katanya jengkel.

Chanyeol menggeleng, lalu mengusak rambut Seungwan yang berdiri di luar mobil. Sementara dirinya sudah duduk di dalam dan bersiap mengendarai city car tersebut. Membiarkan Seungwan tambah jengkel.

"Hush. Jangan ngomong sembarangan. Ayo masuk. Saya yang bawa mobilnya. Kebetulan mobil saya semalam dibawa Jaemin," Chanyeol menunjuk-nunjuk kursi di sampingnya. Membuat Seungwan mendengus. Dia tidak mau semobil dengan Chanyeol.

Tapi kalau dia pakai kendaraan umum, sudah pasti akan terlambat. Kenapa sih dia punya bos seaneh Chanyeol. Bukan cuma menyusahkannya di kantor. Sekarang justru membuat susah hidup pribadinya.

Untung Yoongi masih di Beijing. Coba kalau sudah kembali, alasan apa yang akan Seungwan sampaikan kalau sehari penuh Chanyeol memintanya menemani. Omong-omong sekarang Seungwan terlihat sedang berselingkuh. Dia tidak pernah marah lagi jika Chanyeol mengecup keningnya. Bahkan ciuman panas kemarin, ya Ampun, Seungwan menikmati itu. Dia membalas ciuman Chanyeol. Gila.

"Seungwan. Masuk ayo. Kamu semalam ingatin saya kalau jam sembilan harus bertemu dengan Jumyeon soal rapat investor. Sorenya kamu juga bilang saya ada agenda bertemu Jisoo untuk memastikan konfirmasi akhir artis yang ikut charity, malamnya..."

Seungwan tidak tahan. Belum selesai Chanyeol bicara dia sudah berjalan memutar kap mobil ke arah pintu penumpang. Paling tidak dia sudah berusaha. Dan agak membuahkan hasil. Tidak ada buket ratusan tangkai bungan mawar pagi ini.

Dalam perjalanan dia berharap, Chanyeol bisa melupakan perasaannya. Sebentar saja. Agar dia bisa hidup tenang.

×××

Park Sooyoung tertawa ketika mendengar cerita Chanyeol soal Seungwan. Dia tidak menyangka bahwa ada makhluk cantik seperti Seungwan di muka bumi ini. Perempuan polos, yang tenang ketika dijahili, dan akhir-akhir ini terasa pasrah atas sikap dan prilaku Chanyeol kepadanya.

Sejujurnya, Chanyeol banyak berubah. Dia belajar banyak hal atas kepergian Krystal. Chanyeol yang dulu adalah sosok dingin, optimis dan cuek. Rasa optimistis yang besar itu membuatnya tidak tahu kalau Krystal punya affair dengan Jongin. Cueknya pun membuatnya selalu memaklumi kebersamaan Jongin dan Krystal dalam berbagai kesempatan.

Kali ini Chanyeol lahir menjadi jiwa yang baru. Laki-laki itu seolah ingin selalu ada di jarak pandang yang gadis itu sukai. Memperlihatkan dirinya ada dan sedang tidak main-main. Atas hal itu, Sooyoung menyadari kalau Chanyeol sudah jatuh dalam pesona Seungwan sedalam-dalamnya.

Tapi ada satu kekhawatiran yang dia rasakan ketika Chanyeol memberitahunya soal rencana pernikahan antara Seungwan dan kekasihnya. Dia takut kalau pada akhirnya sang kakak harus mengalami nasib yang sama. Ditinggal menikah. Dia takut kalau kakaknya kembali berperangai sebagai cassanova.

Karena itu acap kali dia mengingatkan Chanyeol untuk tidak melangkah terlalu jauh. Memantapkan hati akan kemungkinan yang paling buruk. Karena Seungwan memang belum tentu berjodoh dengan Yoongi. Begitu pula dengan Chanyeol. Yang bisa dia lakukan hanya berdoa. Agar semua yang bisa membuat Chanyeol bahagia, bisa dia dapatkan.

Setelah menutup teleponnya dengan Chanyeol, Sooyoung menatap laki-laki yang sedang fokus dengan laptopnya. Kacamata tersampir di atas hidung mancungnya. Kemudian dia tersenyum, mengetahui selalu ada satu orang yang bersedia menemani kesendiriannya seperti ini. Yook Sungjae. Kepala kompartemen perusahaan Ayahnya di bidang properti. Pekerjaannya memastikan kalau nilai saham perusahaan tetap naik. Memberikan keuntungan kepada penanam modal.

"Udah?" Tanya Sungjae yang tetap tidak melepaskan pandangannya dari layar laptop. Jadi dia tidak melihat Sooyoung menganggukkan kepalanya kemudian menyesap mojitonya.

Sungjae yang tidak mendengar jawaban Sooyoung segera menutup laptopnya untuk memberikan atensi penuh kepada Sooyoung. "Jadi gimana sama Kak Chanyeol? Kira-kira berhasil nggak?"

Sungjae dan Sooyoung memang mendedikasikan waktu untuk mencari pasangan yang pas untuk Chanyeol. Karena itu Sungjae antusias dengan hubungan Chanyeol dan perempuan baru yang kata Sooyoung punya kepribadian berbeda. Mereka punya dasar. Salah satunya adalah memantapkan hubungan yang sedang dijalin.

Sooyoung tahu jam terbang Chanyeol. Dari kelab ke kelab. Dari diskotek ke diskotek. Dari hotel ke hotel. Sooyoung tidak mau jadi korban karma sang kakak. Karena itu dia sepakat dengan Sungjae menunda peresmian hubungan mereka sampai Chanyeol menemukan perempuan yang cocok.

"Kayaknya butuh waktu agak lama deh. Ini perempuan beda banget. Ya galak, ya judes. Belakangan aku tahu kalau dia punya pacar. Duh aku harus rajin-rajin ke gereja biar dia bisa putus deh," kata Sooyoung yang membuat Sungjae tertawa.

Sooyoung merasa bahagia ketika tahu dia tidak sendiri dalam menghadapi sikap kakaknya. Dia juga bersyukur karena Sungjae mau mengerti keadaannya. Karena itu Sooyoung ingin segera membalas ketersediaan Sungjae dengan upayanya mendukung Chanyeol bersama perempuan itu. Meskipun semakin kesini dia semakin tidak yakin. Apalagi kalau ingat, Seungwan punya pacar yang mungkin lebih tampan dibandingkan kakaknya. "Eum, gatau deh. Kalai menurut kamu, ini berhasil nggak ya?" Sooyoung berbalik bertanya.

Sungjae lalu berdiri menghampiri Sooyoung, duduk di sofa yang sama. Lalu menggenggam tangannya. "Ya kalau ga berhasil kita cari yang lain, bantu Kak Chanyeol sampai bisa bertemu dengan orang yang pas," kata Sungjae.

Sooyoung sebenarnya lelah. Dia ingin kakaknya bisa segera menyusul Krystal. Supaya dia tidak dibayang-bayangi karma. Makanya dia berharap. Agar Seungwan bisa segera jatuh hati kepada Chanyeol. Dan semuanya akan berakhir bahagia.

Tapi tentu cerita yang dia jalani tidak akan semudah itu.

×××

Have a nice dream.

100 Days Of Internship ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang