23. Penasaran

1.1K 269 34
                                    

*ps. Mark the typos.

Sungjin tidak pernah mengarahkan anak-anaknya untuk menjadi seorang pebisnis atau sesuatu yang ia mau. Sama seperti orang tuanya, dia hanya akan mendorong apapun yang anaknya inginkan. Sejak awal, Chanyeol memang tertarik di dunia bisnis. Ketika sekolah dasar, teman sebayanya akan mengumpulkan banyak stiker, sementara Chanyeol sudah sibuk dengan majalah Forbes langganan keluarga.

Sementara Sooyoung, dia memang lahir sebagai tuan putri. Dari lima keturunan keluarga Park, baru dari Sunjinlah mereka punya keturunan perempuan. Karena itu Sooyoung selalu menjadi permata di setiap acara keluarga. Tidak ada yang melarang ketika Sooyoung memilih sekolah menari di Amerika lalu putus begitu saja hanya karena bosan. Bahkan tidak ada satupun yang berani membentaknya ketika Sooyoung kedapatan tak minum obat sesuai yang dianjurkan.

Hanya saja, Sungjin selalu berpesan, apapun yang mereka tekuni nantinya harus dilakukan secara totalitas. Sungjin paling tidak suka memaklumi kekalahan. Dia juga orang yang seportif. Dia ingin anak-anaknya mengerti bahwa hidup itu penuh tinju, tendang, tarik, sikut, dorong, geser bahkan tikam. Dia ingin mereka mempelajari sesuatu sebelum benar-benar memiliki beberapa hak yang sudah dia persiapkan. Karena menjadi mampu, tidak pernah mudah.

Selain itu, setelah dewasa, Sungjin mulai memberitahu wejangan lain. Soal pernikahan. Lagi-lagi dia tidak memaksa mereka menikah dengan koleganya. Meskipun beberapa kali, untuk sekadar mempertahankan reputasi bisnis mereka, Sungjin menerima banyak penawaran menikahkan perawan dan bujang mereka kepada anak-anaknya. Dia menolak. Tentu saja. Dia bukan orang kolot yang mudah tergiurl dengan sebuah pernikahan antar kolega bisa mempertahankan kekayaan atau bahkan menambah aset. Dia tidak sebejat orang matrealistis yang rela menggadai kebebasan anaknya untuk sekadar reputasi bisnis. Karena itu lagi-lagi dia membebaskan Sooyoung dan Chanyeol memilih. Dengan syarat, bibit berkualitas.

Bukan artinya calon pasangan mereka harus berada di kasta yang sama. Sungjin membenci fakta tersebut. Dia hanya ingin bahwa rahim yang akan dihuni cucunya itu berkulitas. Paling tidak, dia harus memiliki wawasan yang luas. Selain itu, punya prestasi original. Kemudian, mampu menjaga komitmen sebagai pasangan.

Sampai saat ini, Sungjae, lelaki yang dipilih Sooyoung memiliki kriteria yang baik. Anak laki-laki berkacamata itu punya selera yang bagus soal beberapa hal. Contohnya, pengetahuannya tentang pasar terbesar di Asia. Atau, pola politik yang digunakan Trump. Yang terakhir, bagaimana cara Moon Jae In bernegosiasi dengan Kim Jong Un dalam proses perdamaian yang menggemparkan dunia. Sooyoung punya selera yang bagus. Sungjin tidak pernah bertanya apapun lagi selain wawasan yang dimiliki Sungjae. Bahkan belakangan dia tahu bahwa Sungjae tidak pernah lulus dari bangku kuliah. Dia tidak peduli.

Sementara Chanyeol. Anak sulungnya itu sempat membuatnya khawatir. Dia takut jika suatu hari, akan ada waktunya seorang perempuan entah dari kelab yang mana mengaku tengah mengandung anak dari Chanyeol. Jauh sebelum kekhawatiran tersebut, Sungjin pernah khawatir bahwa cucu-cucunya memiliki gen yang tidak sesuai keinginannya jika Chanyeol tetap pada pendiriannya akan menikah dengan Krystal. Tapi kekhawatiran itu sirna ketika informan yang dia miliki mengatakan bahwa Chanyeol sedang dekat dengan perempuan selain sekretarisnya. Sungjin sempat mengelak, karena dia tahu bahwa perempuan itu mungkin seseorang yang menggantikan Chanyeong. Tapi sang informan menguatkan argumennya dengan sebuah foto berlatar basemen parkir, di dalam sebuah mobil, anak laki-lakinya sedang memaksa mencium seorang perempuan. Memaksa. Bukan seorang Park Chanyeol yang dia tahu.

Tapi beruntungnya, kali ini perempuan yang dipaksa itu terlihat sangat memenuhi kriteria sebagai calon ibu dari cucu-cucunya. Jauh sebelum Chanyeol memberitahu siapa nama dari perempuan itu. Maka Sungjin sudah sepuluh langkah lebih awal. Bahkan laki-laki paruh baya itu sudah tahu, siapa orang tua Seungwan, nomor sepatu, minus mata, ukuran baju, sampai dengan keluarga sang kekasih.

"Lagi pikirin Chanyeol lagi Pa?" Sooyoung membawa kudapan berisi kue kering, secangkir teh herbal dan coklat hangat. Dia meletakkannya di atas meja, bersamaan dengan beberapa buku yang sedang Sungjin baca.

Sooyoung tertarik dengan buku-buku tersebut. Dia mencoba melihat sinopsis bagian belakangnya. Sooyoung tidak seperti Chanyeol yang bisa membaca buku tebal tersebut dengan tenang. Makanya tiap kali ada kesempatan seperti ini, Sooyoung hanya akan melihat beberapa halaman yang biasanya ditandai Sungjin sebagai cerita terbaik. Dari empat buku yang Sooyoung baca, semuanya berkisah tentang kehangatan keluarga. Cinta. Dan kasih sayang. Sesuatu yang jarang sekali Sungjin baca.

"Menurut kamu, Seungwan seperti apa Soo?" Tanya Sungjin tiba-tiba. Meskipun sudah banyak informasi yang dia peroleh dari sang informan, dia masih penasaran seperti apa perempuan cantik itu.

Sooyoung sebenarnya tidak ingin menceritakan soal Seungwan. Ada sebuah mitos, jika mereka membicarakan Seungwan yang diharapkan menjadi bagian dari keluarga mereka, nantinya, Seungwan tidak akan pernah menjadi bagian dari keluarga mereka sendiri.

"Ini tahun 2019 Soo. Kalau kamu masih percaya sama mitos, pindah sana ke Bulan," ujar Sungjin kesal. Kadang Sungjin heran, darimana Sooyoung dapatkan sifatnya yang super unik itu. Percaya pada mitos. Kolot.

×××

"Aku berenti kuliah aja apa ya?" Saat ini Seungwan sedang duduk di hadapan Yoongi di sebuah restoran cepat saji. Menyempatkan waktu istirahat mereka yang sangat sedikit. Dengan wajah yang lesu dan ditekuk Seungwan terlihat sangat lelah.

Yoongi yang tahu alasan kenapa Seungwan bersikap seperti ini cuma bisa tersenyum. Semenjak dia bertemu dengan Chanyeol, ada keputusan sepihak dimana Yoongi lebih ingin membiarkan Seungwan memilih mereka dalam diam. Yoongi hanya bertindak sebagaimana Yoongi pada biasanya. Kalaupun ada yang berubah, itu asalnya dari Seungwan.

Saat kedatangan Yoongi, dimana ada Chanyeol di dalamnya, Seungwan sudah sadar. Dia tahu kalau di luar kamar duduk dua orang laki-laki yang sedang mengibarkan bendera perangnya. Di terlalu takut untuk keluar dan mengusir salah satunya. Dia takut pada saat itu dia diminta langsung memilih sementara sekarang dia gamang dengan pikiran hatinya yang tidak sinkron.

Dia sayang Yoongi. Tiga tahun bukan waktu yang sebentar. Mereka memutuskan segera menikah. Artinya, mereka memang seserius itu menjalani hubungan. Dan Seungwan sangat menghargai hubungan yang dibangun di atas kepercayaan yang besar.

Sementara Chanyeol. Saat itu, satu-satunya alasan dia tidak bisa mengusir Chanyeol adalah, karena lelaki itu adalah atasannya. Dia masih punya sopan santun untuk menyapa dan memberikan jamuan sebagai pemilik rumah. Tapi, semenjak kembali masuk empat hari lalu, Chanyeol menghilangkan pekerjaan beratnya. Dia kerap membawa Jaemin dan Jisung dalam rapat yang biasanya hanya dihadiri mereka berdua. Chanyeol bahkan secara rutin memeriksa asupan nutrisi yang dibutuhkan Seungwan. Dan, jangan lupa, dia kini seolah terbiasa dengan ciuman ringan yang akan diberikan Chanyeol ketika akan pergi dan baru bertemu. Seolah hal tersebut sudah biasa.

"Hey kok nangis?" Kata Yoongi lalu menyeka air mata Seungwan begitu saja. Hal tersebut justru membuat gadis cantik itu semakin terisak. "Sayang.. cerita sama aku kenapa?"

Seungwan mengangkat kepalanya, menatap Yoongi. Dan kini rasa bersalahnya sangat besar. Dia akan benar-benar menyesal jika membuang Yoongi dari sampingnya. "Aku nggak suka sama kantor. Kebanyakan laki-laki mereka suka godain aku.."

"Ya terus, kan di kampus juga banyak yang godain kamu," Yoongi mengusak rambut Seungwan. Ingin sekali Yoongi bilang kalau Chanyeol pasti penyebab rengekan Seungwan sekarang. Tapi dia tidak mau merusak acara makan siang hanya karena membicarakan bos Seungwan itu. Tidak mau.

"Seungwan. Dengerin aku ya, aku percaya kamu. Kamu juga harus percaya sama aku. We keep each other. We make the perfect. Kamu nggak boleh takut. Karena aku percaya kamu. Lagian gantengan aku kemana-mana sih," kata Yoongi sambil tertawa kecil. Sementar Seungwan mengulum senyum tipis.

Dalam hati Seungwan sebuah suara berbisik. Aku yang nggak percaya diri Gi.. aku harus gimana?

×××

Unedit. Ngantuk bosque.
Have a nice dream luvies.
Good night.

Btw kalian yang baca cerita2 disini, itu EXO-L atau Reveluv ? Wkwkwk. Aku kan reveluv ya. Uhuy gadungan seh. Makanya cover semua naskah pake wajahnya si cantik.

100 Days Of Internship ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang