4. Sekretaris Baru

1.4K 294 37
                                    

"Ngeliatin saya biasa saja. Bola mata kamu kaya mau keluar dari tadi," Chanyeol sedang membuka tab-nya saat dia mengatakan kalimat itu kepada Seungwan. Memeriksa apa saja dokumen yang mungkin dia butuhkan untuk laporan bulanan. Dia tahu kalau dari tadi, Seungwan melihatnya melalui sepion tengah.

Sementara Seungwan jadi kikuk. Dia tertangkap basah sedang menatap Bosnya itu. Dia masih risih, ternyata gosip soal Bapak Bos yang suka main perempuan itu benar. Selama ini, sekretaris lama pasti tahu kebiasaan bosnya.

Seungwan menunduk setelah Chanyeol memergoki tatapannya. Tidak lama, dia mendengar bosnya itu menarik nafas yang kasar. Membuat Seungwan terperangah. Bepikir, salah apalagi dia, sehingga Chanyeol terlihat gusar sekarang.

"Wan, tadi kan saya suruh kamu masuk mobil duluan. Kenapa yang sampai duluan saya?"

Seungwan sudah merutuki dirinya sendiri dari tadi. Kaget melihat Bapak Bos sibuk bercumbu membuatnya bingung. Sekarang beliau justru bertanya kemana dia menghilang. Masalah lain, dia tidak bisa berkata jujur sekarang. Jadi serba salah. Mau jujur takut diberi hukuman karena lancang melihat urusan pribadi Bapak Bos. Kalau bohong, dia tidak tahu harus berkata apa.

Sebuah ide terpintas di kepalanya. Daripada menjawab pertanyaan Chanyeol, Seungwan justru sibuk dengan ponselnya. Melihat pesan dari kepala divisi aset yang tadi sempat menghubungi. Kemudian diserahkan ponsel itu kepada Chanyeol.

Dari: Aset - Kim Minseok
Wan, bilang Pak Bos, kalau komputer divisi keuangan rusak. Laporan harus ditunda.

Chanyeol melihat pesan tersebut sambil berdesis. "Heran, masalah gini saja harus nunda laporan bulanan. Nggak profesional," lelaki itu menyerahkan ponsel kepada Seungwan. "Bilang saja, tidak ada yang harus ditunda. Besok tetap laporan bulanan. Memangnya komputer cuma satu?"

Seungwan langsung mengetikkan pesan balasan kepada Minseok sesuai dengan arahan Chanyeol. Lalu di sisa perjalanan yang masih cukup panjang ditambah dengan macet, Seungwan menghela nafas berat sekaligus pelan. Takut-takut Chanyeol mendengarnya.

Dalam diam Seungwan berpikir, kenapa Pak Bos bisa bersikap seperti itu kepada perempuan yang menaruh hati padanya. Padahal, kalau Pak Bos mau, perempuan yang belakangan dia ingat bernama Kim Jihyo itu nggak terlalu buruk. Pintar, cantik, ideal dan terlihat berwawasan.

Tapi Seungwan berusaha menghilangkan pikiran soal Chanyeol. Dia harus berenti mengurusi kehidupan pribadi bosnya itu. Lebih baik dia memikirkan hubungannya dengan Min Yoongi yang mulai masuk tahap serius. Meskipun dia juga masih belum yakin apa keputusannya menikah setelah diwisuda itu tepat atau tidak.

Seungwan kuliah selama empat tahun. Beberapa perusahaan membutuhkan freshgraduate yang belum menikah. Kalau Seungwan setuju dengan lamaran Yoongi, karir yang dia impikan terancam kandas. Dia mau balas budi ke orang tua. Dia juga mau punya pendapatan sendiri dan membeli beberapa barang yang dulu dia inginkan.

Selalu saja seperti itu. Berhenti memikirkan masalah lain, sekarang justru terjebak dalam pikiran yang lebih rumit. Dia jadi iri dengan teman-temannya, Seulgi misalnya. Walaupun dia punya pacar, dia tidak pernah terjebak dalam keputusan hidup yang sulit seperti ini.

"Seungwan. Kamu kebiasaan melamun. Kita sudah sampai. Kamu mau tetap di dalam?" Suara Chanyeol membuat dia sadar dari pikiran yang mengenggelamkan. Dia lihat bosnya sudah hampir keluar mobil. Disusul dengan Baekhyun yang baru saja menarik kunci mobil. Seungwan harus kembali ke kenyataan yang lebih menakutkan.

×××

"Sekretaris baru Chan?" Sehun meletakkan kopi hitamnya di atas meja. Menyambut kedatangan Chanyeol dengan tatapan dalam. Sementara sahabatnya hanya mengangkat bahunya acuh. Tidak merasa penting untuk menjawab pertanyaan Sehun.

Sementara Seungwan yang ikut masuk meletakkan tas, dokumen dan jas Chanyeol di sofa terpisah. Dia membungkuk hormat ke arah Sehun yang memandangnya tertarik. Perempuan itu berdiri tegak setelahnya. Menunggu interupsi dari Pak Bos.

"Kamu pelajari proposal yang dibuat Jaemin. Kalau bisa kembangkan. Lusa harus khatam. Saya nggak mau kamu nggak fokus kaya tadi. Jangan sampai saya ngomel lagi. Sudah keluar sana!"

Seungwan senang karena akhirnya dia bisa bernafas lebih lega di ruang terpisah dengan Chanyeol. Aura Pak Bos terlalu kuat. Dia tidak tahan untuk tidak merasa takut. Tiap lima meter terdekat, dia merasa ingin menjerit, menangis dan lari begitu saja. Seolah tiap langkah Seungwan mendekat, sebuah kesalahan terus muncul. Membuat Chanyeol memarahinya. Muak berada di sekitarnya.

Sehun tetap melihat Seungwan yang pergi dengan langkah-langkah kecil keluar dari ruangan Chanyeol. Lalu tersenyum. Benar-benar menarik. Keberadaan Seungwan tentu menjadi angin segar. Terlebih mengetahui jika kantor Chanyeol dipenuhi pegawai laki-laki yang sama sekali tidak menarik hatinya.

"Boleh juga sekretaris baru kamu Chan," kata Sehun yang kembali menyeruput kopi pahit. Tapi Sehun tahu setelah bertemu dengan Seungwan, rasanya justru berunah menjadi sangat manis.

Chanyeol lagi-lagi diam. Tidak ada manfaatnya menanggapi kalimat Sehun yang jam terbang bermainnya lebih tinggi. Dia justru membuka jendela dan mematikan AC. Dikeluarkan sebatang rokok dari sakunya. Hari ini tenaganya terkuras. Hanya karena memarahi Seungwan habis-habisan. Dia jadi kesal lagi sekarang. Menyadari kepayahan Seungwan yang benar-benar tidak bisa ditangani. Sepertinya besok dia harus bertemu HRD untuk mencari sekretaris baru yang benar-benar siap dan paham pekerjaannya.

"Bapak Bos, dari tadi saya bicara bapak diam saja!" Sehun menarik pemantik api di dalam genggaman Chanyeol. Menyalakan puntung rokoknya dan berdiri di samping Chanyeol. Melihat hamparan kota Seoul yang diawani mendung.

"Soal apa?"

Sehun mendengus. Dia hampir saja memukul kepala Chanyeol untuk menyadarkan lelaki itu soal sekretaris cantiknya yang baru. Sayangnya itu tidak terjadi. Karena kini Sehun menatap Chanyeol dengan tatapan tidak percaya.

"Sekretaris baru Chan. Ya Tuhan," ujar Sehun setengah kesal. Dia meremas jemarinya sendiri.

"Seungwan? Kenapa?"

Kesabaran Sehun habis. Dia menarik bahu sahabatnya itu, untuk menatap matanya, mengambil fokusnya. "Bro, perempuan cantik gitu dibiarin saja?" Kata Sehun.

Chanyeol jengah, dia berusaha melepaskan genggaman Sehun. Setelahnya dibereskan bekas remasan jemari Sehun. "Cantikan juga Irene. Seungwan menang polos saja," ujar Chanyeol ringan.

Sehun tidak habis pikir kenapa Chanyeol bisa sangat buta dengan pesona Seungwan yang manis itu. "Ini cantiknya beda, Chan. Irene cantik, tapi lebih mature. Nah kalau Sekretaris baru itu, lebih pure. Natural saja, jadi penasaran," Sehun tersenyum dilihat lagi punggung Seungwan yang duduk di kubikelnya melalu dinding kaca yang transparan.

"Penasaran apa?"

Bukan Oh Sehun kalau dia tidak suka tantanga. "Gimana rasanya main sama anak polos kaya dia."

Tiba-tiba saja Chanyeol berdiri menghampiri Sehun, ikut menatap punggung Seungwan. "Jangan lah, Seungwan itu mahasiswa. Jangan main-main sama anak bawang. Lagian, jatuh banget main sama pelajar," kata Chanyeol yang langsung menutup dinding tersebut dengan tirai.

Sehun hanya mendengus, "Sini, supaya Pak Bos mengerti," dia menarik Chanyeol mendekat, "Dari sekali lihat, Seungwan sudah pasti menarik. Mahasiswa atau bukan, nggak bikin kita jatuh seperti apa yang Bapak Bos bilang." Sehun melepaskan rangkulannya dari Chanyeol, "Kalau bapak nggak mau, ya buat saya saja. Saya mau kenalan dulu dengan Seungwan," Sehun pergi begitu saja. Meninggalkan Chanyeol yang kini mengekori Sehun dengan tatapannya.

Apa menariknya Seungwan sih.

×××

Oke. Oke. Kalian menang. Aku akan berusaha enjoy dengan naskah ini.

Kalian bilang menarik.
Coba jelaskan dimana bagian menariknya?

Ingat.
Ini bukan komedi.
Meskipun aku pengen ada komedinya. Huhu.

100 Days Of Internship ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang