Pagi hari ini sedikit berbeda. Entahlah, aku masih sama dengan hari sebelum nya. Pikiran ku masih belum sepenuh nya merasa tenang. Justru dengan mengingat kejadian malam tadi, pikiran dan hati ku jauh semakin resah.
Mungkin hari ini hidup ku akan lebih sulit. Tanpa seseorang yang biasanya akan selalu hadir tiba-tiba hanya untuk membuat ku tersenyum. Aku tau ini hanya beberapa hari tanpa kehadirannya. Tapi aku merasa seperti ia meninggalkan ku untuk waktu yang lama.
Sedikit berlebihan memang. Bahkan sebelum nya hampir 7 bulan aku tak bertemu sedikit pun dengannya. Ya Tuhan, sungguh aku merindukan senyum nya yang hanya ia berikan pada ku.
Tak ada satupun niat ku untuk menyentuk berkas yang saat ini menumpuk di meja kerja ku. Mata ku hanya berkali-kali meperhatikan ponsel dan pintu ruangan ku.
"Bodoh, lusa ia akan kembali". Hanya itu yang mampu ku katakan pada diri ku sendiri dalam hati.
***
Hingga siang hari ini aku masih saja enggan melakukan apapun di kantor. Bahkan untuk sekedar berbicara beberapa kata pun aku malas. Mark, aku merindukan mu.
Beberapa kali aku berencana menghubungi nya. Tapi entah mengapa ada keraguan dalam pikiran ku. Pikiran ku terbagi akibat beberapa kabar yang ku terima hari ini.
Flashback on
"Jinna, aku dengar Mark tak akan kembali ? Benarkah ?" . Aku hanya yang mendengar pertanyaan itu hanya mengerutkan alis.
"Hei, apa Mark tak memberi tau mu apapun ? Apa benar ia tak akan kembali ?".
"Dimana Tuan Lee ? Jadi benar ia tak akan kembali ke perusahaan ini ?"
"Jinna, kau tak apa ? Aku tak percaya jika Mark tak akan kembali"
"Nona Huang, apa benar kekasih anda tak akan kembali lagi ? Sebenarnya apa yang terjadi ?"
Pagi ini. Semua pertanyaan itu ku terima tepat ketika aku tiba di kantor. Aku mampu mendengar pertanyaan mereka, tapi aku tak mampu menjawabnya. Aku tak tau harus jawaban seperti apa yang ku berikan pada mereka. Mark tak mengatakan apapun pada ku. Ia hanya mengatakn lusa akan kembali. Lalu mengapa ...
" Jinna, maaf membuat mu berpikir tentang ini. Apa kau tetap melanjutkan pekerjaan mu di sini jika Mark Lee sudah tak memiliki hak di perusahaan ini ?".
Tubuh ku seolah tak memiliki kemampuan untuk bertahan. Pertanyaan macam itu. Bahkan aku tak mempercayai atasan ku sendiri.
Flashback off
Ku rasa hari ini bukan hari yang baik untuk ku. Tak satupun panggilan dari ku yang diterima Mark. Aku hanya berharap sedikit penjelasan dari semua pertanyaan orang-orang pagi ini. Masih ku acuhkan pikiran ku yang saling bertarung dengan spekulasi yang saling bermunculan.
Mark, i need u.
Mata ku terasa panas saat ini. Mungkin sebulir air mata ku mulai jatuh bebas dari salah satu mata ku. Aku takut. Cukup 3 tahun aku tak bertemu dengannya sedikit pun. Tidak lagi untuk sekarang.
Mark, where r u ?
Cukup panjang segala kesulitan yang kami lewati dalam hubungan ini. Hingga kami kembali bertemu tetap dengan status sepasang kekasih. Sepasang kekasih yang dipisahkan oleh tujuan hidup masing-masing. Mark dan aku tetap berusaha mempertahankan hubungan ini meski hanya ponsel dan media sosial yang menjadi obat terbaik ketika kami saling merindukan.
Sungguh, aku membenci hari ini. Apa yang ia sembunyikan dari ku. Apa ini penyebabnya ia menghubungi ku larut malam kemarin. Bahkan aku membenci semua orang yang memberi ku pertanyaan tanpa menjelas kan pada ku apa yang terjadi.
Aku hanya mampu menghela nafas melihat terdapat 23 panggilan keluar pada kontak yang kuberi nama "Markli". Aku memutuskan untuk pergi menuju ruangan boss ku.
"Selamat siang bos, maaf saya ingin meminta izin pulang terlebih dahulu. Besok saya akan mengambil jadwal lembur". Dan dibalas dengan anggukan. Hanya satu yang ku tangkap, raut wajah boss ku berubah seperti .... prihatin ?.
***
Gadis itu memilih untuk tidak pulang menuju apartment nya. Kini ia terduduk sendiri di sebuah cafe yang letak nya cukup jauh dari tempat tinggal nya. Pikirannya masih belum berubah, Mark. Ia lelah jika harus kembali menangis. Selama perjalanan dadi kantor menuju ke tempat ini, ia hanya menangis dalam diam di mobil. Bahkan ia hanya mampu memesan kopi dengan menunjuk pada buku menu.
Jinna mengkhawatir kan Mark. Segala pikiran nya hari ini hanya terfokus pada Mark. Gadis itu kini meraih ponsel nya di tas kerja nya dan terlihat mengirim pesan pada seseorang. Setelah itu ia kembali memandangi jalanan luar dari dalam tempat duduk nya. Apa ia membuat kesalahan pada kekasih nya ?.
Hingga beberapa saat Jinna tersadar dari lamunannya karena kehadiran seseorang yang saat ini duduk tepat di hadapannya dengan senyum nya.
"Apa yang ingin ayah katakan pada ku ?". Tanya Jinna dengan raut wajah yang sangat datar dan tetap memandang ke arah luar.
"Maaf ayah harus melakukan ini".
Pandangan Jinna teralih pada pria paruh baya itu dan tersenyum meskipun kini air mata nya mulai turun.
"Bahkan ayah melakukan hal ini lagi pada ku ?"
Tiba-tiba saja pria itu beranjak dan meninggalkan gadis itu sendiri dalam tangis nya. Ia menangis tak bersuara. Hati nya begitu terasa sakit mengingat kejadian beberapa tahun lalu dimana ayah nya menyebabkan beberapa kejadian yang membuat ku terpisah dengan Mark. Kini pria paruh baya itu melakukannya lagi.
"Jinna". Jinna mendongakkan kepala dan menemukan sosok di depannya sedang menggenggam erat tangan Jinna. Tangis Jinna semakin pecah ketika orang itu hadir di hadapannya.
🍑🍑🍑
To be continue....
Votemment pls 😌😭