14.

299 80 15
                                    

"Kau kenapa ?"

Suara itu sesaat memecah lamunan ku dan memaksa bibir ku untuk mengeluarkan suara. Untuk sejenak aku menyadari mobil yang aku tumpangi telah berhenti.

Ku alihkan pandangan ku ke sekitar dan menemukan kini kami berhenti tepat di tepi jalan dengan pemandangan pantai yang seolah menenangkan ku untuk beberapa saat.

Hingga sebuah tangan menyentuh pundak ku. Aku beralih menatap pemilik tangan itu dan menemukannya yang sedang tersenyum menatap ku.

"Kau memikirkan masalah kemarin ?"

"Tidak, aku baik-baik saja. Aku tidak memikirkan apapun"

"Kau melamun, bahkan perjalanan ini hampir 3 jam dan selama itu pula kau sibuk dengan pikiran mu sendiri"

"Maaf, aku hanya-- "

"Sudahlah, kau ingin kita beristirahat di tepi pantai itu ?"

"Tidak, sebaiknya lanjutkan perjalanan agar cepat sampai"

Pria itu hanya mengangguk dan kembali melanjutkan perjalanan. Sejujurnya, yang ia katakan tentang masalah kemarin memang benar. Aku tengah memikirkan hal itu saat ini.

Situasi tegang kemarin malam kembali teringat di kepala ku. Tatapan tajam Mark pada ku masih terlihat jelas dalam pikiran ku seolah menghantui ku.

Bukan hanya Mark, tatapan licik Hendery saat memandang Mark dapat ku lihat dengan jelas semalam. Entah tatapan apa itu.

"Hendery ..."

"Hm ?"

"Kau marah ?"

"Tidak, kau tidak berbicara apapun. Lalu untuk apa aku marah ?"

"Bukan saat ini. Tapi semalam, saat di rumah orangtua ku"

Pria itu tersenyum miring sebelum melanjutkan kalimat nya. Ia berbicara tanpa menatap ku sedikit pun dan tetap fokus pada jalanan.

"Apa aku harus marah ? Untuk apa ? Bahkan hari ini kau bersama ku"

"Tatapan mu begitu membenci Mark"

"Kau benar"

Nafas ku tercekat saat mendengar jawaban dari nya. Seharusnya aku tidak terkejut mendengar jawaban itu. Bahkan aku sudah tau jawaban apa yang ia berikan dari pertanyaan ku.

"Apa kau serius ?"

"Apa ?"

"Pernikahan..."

"Menurut mu ?"

"Entahlah, kau pria banyak uang. Apapun bisa kau lakukan"

"Tepat sekali, aku tau kau bukan gadis bodoh"

Apa arti nya ia akan mendapatkan seseorang yang ia inginkan hanya dengan uang ? Seperti nya itu memang terjadi pada ku.

"Aku tidak melakukan itu pada mu. Tenang lah. Kau bukan barang untuk ku"

Sial. Ia berhasil menebak isi pikiran ku. Aku hanya menghela nafas berat dan kembali memandang keluar kaca mobil ini.

"Sebentar lagi sampai. Tahan kantuk mu, kau bisa istirahat setelah ini"

"Iya ..."

Sesaat setelah percakapan kami berakhir, mata ku perlahan terpejam. Tidak ada hal yang perlu aku bicarakan lagi pada nya. Aku hanya ingin menenangkan pikiran ku sejenak.

***

Sentuhan lembut pada lengan kanan ku memaksa netra ku terbuka perlahan. Ekspresi dingin yang pertama kali tertangkap oleh pandangan ku.

The Other SideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang