16

278 55 29
                                    

Kenyataan nya gadis itu memilih untuk bertahan. Ia bersedia meninggalkan segala pikiran buruk nya selama ini. Bukan tanpa alasan ia melakukan semua. Entah apa yang ia rencana kan.

Sehari setelah kejadian itu, ia memilih diam dan hanya menurut apa yang menurut nya harus dilakukan. Hanya satu hal yang masih ia ingat dengan baik, pria mesum itu memiliki hubungan dekat dengan kekasih nya.

Dan ia harus mendapat jawaban atas itu.

Gadis itu sedikit terperanjat saat sepasang lengan seorang pria melingkar sempurna pada pinggang nya dari arah belakang. Ia tau betul siapa pemilik tangan itu. Gadis itu memilih diam tak menghiraukan sedikitpun.

Ia tetap diam meskipun kini pundak sisi kiri nya dihujami kecupan-kecupan dari pria itu. Entahlah, ia hanya merasa tak ada gunanya melakukan perlawanan. Ia lelah, tubuh dan hati nya begitu lelah.

"Masuklah, di sini dingin". Perintah pria itu dengan suara lembut nya.

Kini pria itu menarik tubuh gadis itu agar menghadap nya. Kedua nya saling bertatapan tanpa ekspresi sedikitpun. Detik berikut nya, Jinna tersenyum simpul. Ia melepaskan tangan pria itu dari kedua pundak nya dan menarik nya masuk ke dalam ruang tengah.

"Setidak nya pakai baju mu sebelum keluar dari kamar, kau yang akan kedinginan bukan aku". Gadis itu merubah raut wajah nya dalam sekejap senyum itu hilang. Ekspresi dingin nya kembali seolah menyesuaikan hawa dingin di luar villa ini.

Sementara kedua manik pria itu tak henti nya menelusuri setiap gerak gerik gadis nya yang kini berjalan menuju ke arah nya setelah keluar dari kamar tidur nya.

"Pakai ini, aku belum terbiasa".

Hendery meraih kaos putih dari tangan gadis itu. Siapa sangka sebenarnya ia ingin tersenyum mendengar penuturan gadis nya. Ia yakin ada semburat merah dia wajah gadis nya saat ini. Hendery tidak ingin kehilangan kesempatan ini.

"Kau akan terbiasa jika kau terus melihat nya".

"Diamlah. Antarkan aku ke supermarket atau kita kelaparan pagi ini".

Sekali lagi gadis itu berhasil membuat Hendery menahan senyum nya. Kali ini bukan senyum licik khas nya, melainkan senyum yang akan muncul saat gadis itu terlihat menggemaskan.

**

"Tunggu di sini, biar aku yang masuk".

Sebelah alis pria itu terangkat sebagai tanda ia tidak mengerti yang ku katakan. Aku berusaha mengalihkan pandangan ku saat ia menarik lengan kanan ku.

"Biarkan aku ikut ke dalam".

"Untuk apa ? Kau akan bosan menunggu ku berbelanja".

"Untuk—", kalimat nya seolah tertahan dan kembali menatap ku. Aku tidak mengerti, sejak kapan ia begitu sering menatap ku seperti ini.

Kaki ku hendak melangkah pergi meninggalkan nya jika ia tak melanjutkan kalimat nya dan membuat ku seolah salah tingkah. "—berlatih menjadi suami yang menemani istri nya berbelanja".

Mungkin pria ini sudah gila. Apa yang ia katakan berhasil membuat kedua mata ku kehilangan keberaniannya untuk menatap sosok pria di depan ku.

Hingga beberapa detik kemudian semua nya teralihkan pada seseorang yang datang. Seorang wanita. Sangat cantik.

"Hendery ?".

Namun sang pemilik nama itu hanya diam tidak memberikan respon apapun setelah wanita itu memanggil nama nya. Sedangkan aku hanya mematung memperhatikan wanita itu.

"Kau ... di sini ?".

"Maaf, aku harus membeli beberapa bahan makanan. Aku permisi". Sela ku saat suasana tegang tergambar jelas di raut wajah pria ini.

The Other SideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang