18

165 37 7
                                    

"mau kemana ?".

"Bersiaplah, kita akan pulang siang ini".

Kalimat terakhir yang ku dengar jelas dari mulut pria yang kini terlihat sibuk berbicara dengan seseorang di ponsel nya. Samar terdengar ia sedang membicarakan pertemuan penting dengan seseorang yang tak ingin ku ketahui.

Hampir satu jam aku duduk menunggu nya mengakhiri panggilan yang sejak tadi membuat nya terlihat serius. Bahkan rasa bosan ku mulai berganti dengan rasa kantuk yang memaksa ku menutup mata perlahan.

"Hey, bangun".

Tubuh ku sedikit terperanjat saat sebuah tangan mengusap lembut surai ku. Wajah nya tepat berada di depan wajah ku hingga dengan mudah ku rasakan hembusan nafas nya.

"Maaf, aku bosan tadi".

"Maaf membuat mu menunggu, kita jalan sekarang". Sahut nya dengan senyum manis nya yang tetap menatap ku.

"Tunggu, kita tidak akan kembali ?".

"Katakan jika kau ingin kembali". Entah apa yang mengganggu pikiran ku, aku terhanyut hanya dengan senyum manis yang ia berikan.

Dengan lembut, tangan itu meraih tangan ku dan menarik ku untuk beranjak dari tempat duduk. Kami berjalan bersama menuju tempat mobil hendery yang sudah menunggu di halaman depan.

Sungguh aku merasa ada sesuatu yang aneh saat aku melangkahkan kaki keluar dari tempat ini. Sesuatu yang sangat mengganjal dan mengusik pikiran ku. Aku masih berusaha tenang menepis segala kegelisahan yang menyerang ku.

"Supir ? Bukan kah kemarin kita hanya berdua ?". Tanya ku kebingungan melihat seorang supir tengah duduk di kursi pengemudi.

"Akan ku jelaskan nanti, masuk lah".

Aku hanya mengangguk dan memilih segera mendudukan diri di kursi penumpang bersama dengan hendery di samping ku. Satu keanehan lain yang ku rasakan, hendery tidak pernah melepaskan genggaman tanganya sejak tadi.

***

"Jinna". Panggilnya dengan tatapan hangat yang fokus pada gadis di samping nya. Hendery tak pernah sedikit pun melepaskan genggaman tangannya. Ia rasa ini memang harus dilakukan.

Gadis itu membalas tatapan nya. Terlihat jelas kegelisahan yang tergambar pada manik gadis cantik itu. Meskipun jinna tak mengatakan apapun, hendery sangat mudah mengetahui apa yang gadis nya rasakan.

Sebelum hendery melanjutkan, ia semakin erat menggenggam tangan mungil gadis nya. Berusaha menyalurkan ketenangan pada gadis nya yang terlihat semakin resah. Entah apa yang hendery rasakan saat ini. Ia seperti akan kehilangan seseorang yang sangat berarti dalam hidup nya.

"Berjanji lah apapun yang terjadi, kau harus bisa menjaga diri mu sendiri dengan baik. Apapun yang terjadi setelah ini, aku akan membenci diri ku sendiri jika melihat mu menangis".

Belum selesai hendery mengatakan semua nya, raut wajah gadis itu berubah. Hendery mengerti, perlahan ekspresi wajah jinna berubah murung. Hendery bersumpah ia akan membenci diri nya sendiri jika gadis nya menangis di depan mata nya.

"Dengarkan aku, berjanji lah dengan ku dan diri mu sendiri. Jangan pernah menangis, jangan pernah menyalahkan diri mu sendiri, dan —".

Nafas pria itu tertahan. Ia menahan sesuatu yang tidak seharus nya keluar dari kedua mata nya. Siapa sangka seorang pria yang terkenal dengan sikap kaku dan angkuh, nyata nya ia seorang pria yang mudah mengeluarkan air mata.

"Ingat aku, pria yang pernah hadir dalam hidup mu". Kalimat nya berakhir dengan senyum manis dan pelukan hangat untuk gadis nya.

Sangat jelas bahwa gadis itu menangis saat ini. Tubuh mungil nya bergetar hebat dalam pelukan hendery. Entah apa yang membuat nya menangis. Jinna tak peduli apapun saat ini, ia hanya ingin menangis.

The Other SideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang