8.

298 91 31
                                    

Entah sebesar apa kelopak mata ku pagi ini setelah menangis hampir semalam penuh. Meskipun cukup lama menangis, detik ini saat tersadar dari tidur tetap ku rasakan sesak di dada yang bahkan makin menyeruak. Ingatan ku kembali saat ayah ku datang di hadapan ku malam tadi. Apa aku harus kembali membenci pria tua itu ?

Bukan hanya mata ku yang terasa berat, tubuh ku pun terasa berat ketika berusaha meregangkan otot pada kaki. Hingga mata terbuka perlahan dan tersadar yang ku peluk saat ini bukanlah guling ku. Aku mencoba menyadarkan diri ku sepenuh nya ketika sebuah tangan besar semakin mengeratkan pelukannya pada pinggang ku.

Darah ku berdesir hebat ketika mata ku menangkap wajah seseorang dengan mata yang masih terpejam tepat di depan mata ku.

"Kau akan mencintai ku jika terus memandang ku, nona Huang". Aku sedikit terkejut ketika ia menyadari apa yang ku lakukan.

"Berani nya kau memeluk ku seperti ini".

"Untuk apa aku takut jika kau saja tak menolak ku". Ia membuka mata nya dan memandang ku sebelum melanjutkan kata-kata nya.

"See ? Bahkan tangan mu semakin erat di pinggang ku". Lanjut pria itu. Ku dorong pelan tubuh nya namun gagal saat tangannya kembali menarik ku semakin memeluk nya.

"Jangan menangis, aku tak akan diam jika melihat mu menangis seperi ini. I'm here for you, Jinna".

Aku terdiam mendengar kalimat itu keluar begitu saja dari bibir nya. Suara nya begitu tenang. Tapi entah mengapa hati dan pikiran tetap gelisah. Ku beranikan diri untuk mengatakan apa yang ingin ku katakan saat ini.

"Siapa yang semalam mengantar ku kemari ?". Selidik ku menatap nya menanti jawaban. Aku sadar ini bukan kamar ku.

"Bisakah aku menjawabnya nanti ? Aku masih ingin seperti ini dengan mu". Ia kembali memejamkan mata nya dan semakin memeluk ku erat.

Ku dorong kuat tubuh nya hingga aku berhasil melepas diri dari pelukannya. Aku beranjak dari tidur ku dan memposisikan tubuh ku duduk di atas tempat tidur dengan kaki terlipat. Ku lihat ia terbangun dan menyamakan posisi nya dengan ku.

"Pembohong". Hanya itu yang mampu ku katakan. Jujur saja saat ini susah payah ku tahan air mata ku. Bahkan untuk menatap nya saja begitu sulit.

Ia menghela nafas nya dan kembali menatap ku. "Biar ku jelaskan, diam dan dengarkan aku".

"Aku tidak menyembunyikan apapun dari mu, aku hanya mencari waktu yang tepat untuk menceritakan semua nya".

"Aku tak butuh penjelasan panjang lebar jika tak berbobot. Katakan, mengapa semua orang di kantor memberi ku pertanyaan yang sama pada ku tentang mu sedangkan aku tak satupun dapat menjawab. Mereka jauh lebih mengerti dari pada aku. Aku seperti orang bodoh ketika menerima pertanyaan hanya mampu tersenyum. Apa maksut mereka kau tak akan kembali ? Apa maksut mu kau akan kembali ke Canada untuk dua hari bahkan hari ini tiba-tiba kau ada di sini ?".

Aku masih berusaha agar air mata ku tak jatuh. Tubuh ku sedikit bergetar setelah meluapkan semua yang membuat ku gelisah. Ia meraih tangan ku, menggenggam nya dengan lembut.

"Kau ingat apa yang selalu ku katakan pada mu ? Aku tak akan meninggalkan mu sendiri, aku tak akan mengijinkan siapapun menyakiti mu. Apapun yang terjadi setelah ini, aku akan tetap di sini bersama mu. Tak ada sedikit pun niat ku meninggalkan mu. Dan --- ".

"Jadi benar kau akan pergi ? Apa kau bertemu ayah ku ?". Ia menghela nafas nya untuk kesekian kali ketika aku memotong cepat penjelasannya.

"Ku mohon, be good with ur dad. Jangan lakukan hal bodoh yang pernah kau lakukan beberapa tahun lalu. Semakin kau melakukan hal bodoh, keluarga mu akan semakin membenci ku". Tiba-tiba saja air mata ku terjatuh. Aku tak sanggup menjawab apa yang baru saja ia katakan.

Kini ia memeluk ku erat. Tak henti-henti nya ia mengecup puncak kepala ku hingga tangis ku reda. Ada satu pertanyaan yang masih belum terjawab.

"Bukan Mark yang menjemput ku malam tadi. Bagaimana bisa aku terbangun di kamar Mark ?". Batin ku dalam diam.

***

Hingga hari ini Jinna terlihat seolah tak memiliki semangat hidup. Bahkan setelah kejadian tempo hari di kamar kekasih nya, ia lebih banyak terdiam sendiri di ruangannya. Panggilan dari kedua orangtua nya pun tak ia pedulikan lagi. Ia hanya menerima pesan dari kekasih nya.

Jangan lupakan satu pria yang tiba-tiba saja menghilang tanpa kabar. Jinna tak ingin memikirkan kemana pria itu pergi. Yang ada dalam pikirannya saat ini hanya Mark dan Ayah nya. Ia berpikir sampai kapan ayah nya akan terus mengusik kehidupan pribadi nya. Entah apa yang ayah nya ingin kan dari diri nya.

Jinna tak mengerti dengan segala situasi yang terjadi saat ini. Tak satupun kejadian yang ia mengerti penyebabnya. Yang Jinna tau, ayah nya pasti ikut andil dalam masalah ini. Tapi kemana pria dingin itu pergi setelah ia mengantar Jinna malam itu ke rumah Mark. Pikiran gadis itu semakin rumit memikirkan semua ini.

Drrrtttt ...

"Bersiaplah, ikut aku setelah ini. Aku ada di ruang pertemuan kantor mu saat ini. 30 menit lagi aku selesai"

"Ikut kemana ? Kau kemana saja ?"

"Tahan semua pertanyaan mu, akan ku selesaikan nanti"

Pip!

Jinna menarik nafas panjang dan membuang nya perlahan setelah menerima panggilan dari pria yang entah kemana beberapa hari ini. Jinna tak mungkin salah, Hendery lah yang menjemputnya malam itu.

***

"Kita pergi ke mana ?". Tanya ku pada pria yang saat ini terfokus pada kemudi dan memperhatikan jalan di depannya.

Seperti biasa, ia tak menjawab ku. Jangankan menjawab, tak sedikit pun ia mengalihkan pandangannya pada ku. Aku masih sangat mengingat beberapa hari yang lalu ketika ia menginap di rumah ku. Apa pria ini memiliki dua kepribadian. Aku hanya membuang nafas dan mengalihkan pandangan ku menatap ke jendela mobil.

Setelah kejadian dengan Mark beberapa hari lalu, Mark berjanji pada ku akan menghubungi ku sesering mungkin. Sebenarnya semua situasi yang terjadi saat ini sangat di luar nalar ku. Semua nya terjadi begitu saja bahkan tanpa ku ketahui awal nya.

Sebuah tangan yang menyentuh lengan ku menyadarkan ku dari lamunan. Ku alihkan pandangan ku pada pemilik tangan itu.

"Bagaimana jika setelah ini seseorang meminta mu untuk tinggal bersama ?". Aku mengerutkan kedua alis ku setelah mendengar pertanyaan pria ini.

"Apa maksut mu ? Siapa ?"

"Bagaimana jika aku bukan orang baik seperti yang kau lihat beberapa minggu lalu di rumah mu ?".

"Apa yang kau katakan ? Berhenti menakuti ku! ". Aku bergidik karena tatapannya yang tiba-tiba saja berubah tajam.

"Bagaimana jika ayah mu menyerahkan hidup mu pada ku ?". Ia melanjutkan kata-kata nya dengan senyum yang saat pertama kali aku bertemu dengannya. Senyum itu. Setelah sekian lama aku tak melihat senyum itu. Malam ini ia menunjukkan senyum itu lagi.

"Bagaimana jika aku akan menghancurkan hubungan mu dengan ....". Kalimat nya terhenti dan menarik kerah pakaian ku sedikit kasar untuk mendekat.

"Dengan Mark Lee ? Bersikaplah dengan baik pada ku mulai saat ini".

"The game is just begin". Bisik nya yang berakhir dengan mengecup bibir ku.

🍑🍑🍑




Kalo sepi, aku stop aja deh. Maaf kalo dari awal garing bgt ceritanya. Thankyou yg udah vote dan yg belum vote bisa tolong pencet bentar aja hehehehew.

Vote + comment ⚠️👌

The Other SideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang