13.

318 61 5
                                    

Jika aku dihadapkan pada dua pilihan antara surga dan neraka, mungkin neraka yang akan menjadi jawaban ku tanpa berpikir lagi. Bahkan kehidupan ku saat ini akan sama jika disanding kan dengan tempat yang memiliki cerita penuh penyiksaan.

Kedua kaki ku berjalan gontai menuju pintu kamar ini. Tubuh ku terasa lelah karena terlalu lama tidur. Tidak banyak hal yang bisa ku lakukan di sini. Jika saja aku memiliki keberanian untuk sekedar melawan nya, sudah ku pastikan saat ini aku memilih untuk menghilang dari kota ini.

Mata kami bertemu. Dia berdiri tepat di depan pintu kamar yang baru saja berhasil ku buka. Sungguh, aku tidak ingin melarikan diri. Aku hanya merasa bosan di dalam kamar tanpa melakukan apapun. Aku yakin setelah ini dia akan bertanya dengan nada dingin nya.

Aku benci melihat raut wajah nya yang selalu berusaha membuat ku ketakutan dan menuruti semua perintah nya. Bahkan hanya dengan tatapannya yang tajam pun berhasil membuat nyali ku berhamburan.

"Kau ingin pergi ?". Aku berusaha mengabaikan pertanyaan itu. Bahkan jika ku jawab, akan sia-sia karena semua yang berhak menentukan adalah dia.

"Kau tuli sekarang ?"

"Tidak"

"Aku ingin mengajak mu berkencan dengan ku hari ini". Kedua telinga ku seolah enggan mendengar kalimat berkencan dari nya. Permainan apa lagi sekarang yang sedang dia tunjukkan padaku.

"Kemana ?"

"Kau ingin pergi ke suatu tempat ?"

"Tidak"

"Bagaimana jika kita menyewa private resort ?". Aku tau jika sejak awal dia selalu berusaha membuat terkejut dengan segala kata-kata yang keluar dari mulut nya. Tapi private resort mungkin sedikit berlebihan untuk ku.

"Pergilah bersama kekasih mu, biar aku di sini. Aku tidak akan kabur kemana pun"

"Kau kekasih ku"

Tangan ku refleks mengepal dengan sempurna setelah mendengar itu. Tidak ada seorang kekasih yang bersikap semena-mena pada pasangannya.

"Aku kekasih Mark. Ku ingatkan kembali jika kau lupa"

"Keluarga besar mu meminta ku untuk segera menikah dengan mu secepat nya". Hati ku mencelos bersamaan dengan kepalan tangan ku yang melemah. Untuk detik ini juga aku akan membenci kata menikah.

"Lalu untuk apa kau mengajak ku berlibur ?"

"Aku ingin kau mengenal ku lebih jauh"

"Apa yang saat ini ku lihat masih belum begitu jauh ?"

"Belum. Aku ingin kau tau siapa Hendery dan bagaimana Hendery sesungguh nya"

Mungkin dia melihat ku saat ini sedang memberikannya tatapan kosong. Tapi dalam kepala ku seolah tak mampu menampung apapun lagi. Hendery yang sesungguh nya.

Aku menatap nya. Mata ku menelusuri setiap lekuk di wajah tampan nya pria ini. Seolah sulit dipercaya jika pria setampan ini harus memiliki sifat sejahat itu.

"Apa kau yakin aku akan menikah dengan mu nanti ?". Mungkin ini salah satu pertanyaan yang sedikit menyinggung nya. Bahkan aku tidak peduli jika setelah ini dia akan kembali menjadi Hendery yang kejam dan licik hanya karena pertanyaan itu.

"Apa kau masih berpikir akan memiliki kesempatan untuk menolak ?"

Bibir ku tertutup sempurna. Dia selalu berhasil membuat terkejut lagi dan lagi. Entah ilmu apa yang dia pelajari untuk mengalahkan semua orang agar tunduk pada nya. Dia tersenyum miring dan meraih tangan kanan ku lembut.

The Other SideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang