17

217 39 3
                                    

Gadis itu terbangun dan melihat sekeliling nya. Ia masih berada di ruang tengah bersama dengan Hendery yang tertidur pulas di samping nya. Mereka berdua tidak sengaja tertidur di sofa setelah perbincangan yang cukup serius tadi.

Jam dinding menunjukkan pukul 10 malam. Seketika rasa pegal menyerang punggung Jinna karena tertidur dalam posisi duduk. Ia terdiam memperhatikan wajah pria di samping nya yang sama sekali belum bergerak.

Pria yang selama ini selalu menunjukkan sifat angkuh dan kejam. Siapa sangka saat wajah nya begitu menenangkan saat tidur dengan rahang yang begitu sempurna. Jinna akui pria itu memiliki ketampanan yang nyaris sempurna.

Kedua mata Jinna seperti menemukan keindahan hingga tak sedikit pun niat untuk mengalihkan ke objek lain nya.

"Berhenti memandang ku seperti itu". Tukas Hendery tiba-tiba dengan keadaan mata terpejam.

Tentu saja Jinna terkejut mendengar nya. Jinna tidak menyadari jika dari tadi kedua kaki pria itu sudah bergerak menandakan ia sudah terbangun. Hendery menyadari jika ia sedang ditatap saat ini.

"Bangun, badan mu bisa sakit jika tidur di sofa". Jawab Jinna mengalihkan pembicaraan.

"Kemana ?".

Jinna memutar mata malas, "Kamar mu, atau kau mau tidur di taman ?".

"Kau juga".

Baru saja Jinna berdiri, ia kembali duduk karena tangan nya ditarik oleh Hendery. Jinna menatap nya tak mengerti. Sedangkan Pria itu masih memegang tangan kiri Jinna sambil menatap gadis itu penuh arti.

"Aku ingin tidur, tolong lepaskan".

"Di kamar ku saja". Jawab Hendery cepat dengan raut wajah yang mengerikan, namun Jinna tidak menyadari itu.

"Yang benar saja, aku ingin tidur sendiri !".

Tanpa babibu Hendery menggendong Jinna ala bridal style menuju kamar Hendery. Jinna ingin berontak, namun bukan Hendery jika tidak memiliki cara khusus membungkam gadis itu.

Hendery terus mencium bibir gadis yang saat ini sudah ia tidurkan di atas kasur. Posisi yang menguntungkan untuk seorang pria ketika ia berhasil mengunci pergerakan gadia itu di bawah nya.

Entah apa yang Hendery rasakan, malam ini yang begitu menginginkan gadis itu. Sedangkan gadis nya masih tidak memberikan balasan sedikit pun. Jinna tidak mengerti mengapa Hendery tiba-tiba saja seperti ini.

Jinna segera memalingkan wajah nya ke samping ketika Hendery melepaskan bibir nya. Ia menghirup oksigen dalam seolah ciuman tadi telah menguras banyak pasokan oksigen dalam tubuh nya.

"Mau apa kau ?". Was-was Jinna saat pria di atas nya tiba-tiba melepas kemeja yang pria itu kenakan.

"Melakukan sesuatu".

Seringai Hendery membuat Jinna tak bergerak sama sekali. Tubuh nya kaku, begitu juga dengan bibir nya yang tak mampu mengatakan apapun.

"I have to admit, u are so fuckin beautiful and thats make me crazy"

Sungguh kejadian yang tak pernah terjadi pada Jinna. Jantung nya berdegup tak beraturan mendengar penuturan pria di atas nya. Hendery sengaja tak menyalakan penerangan dalam kamar nya, ia hanya mengandalkan penerangan dari luar jendela.

Memang benar Hendery tidak sedikitpun merasa bosan memandang gadis itu dalam keadaan apapun. Gadis itu begitu cantik di mata Hendery.

***

Aku masih berusaha mengatur detak jantung ku yang entah mengapa tiba-tiba berdegup tidak beraturan. Pria ini sungguh, apa ia tidak sadar jika di bawah nya ada tubuh manusia yang lebih kecil dari nya.

The Other SideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang