24. PENGORBANAN?

1.9K 151 5
                                    

Kisahnya author lanjutkan lagi ya😍😍
Baikan author nya😁
Jadi kamu mesti baik juga dong dengan sedekah vote nya💃💃💃

=========================================

Biean sedang mondar-mandir seperti kilatan cahaya mesin fotocopy. Setelah Silo mematikan ponsel Erila, Biean menjadi semakin geram pada Silo.

"Kau benar tidak tau dimana Lab Profesor Gila itu?" Tanya Biean untuk kesekian kalinya pada Pak Alwi.

Pak Alwi kembali menghela napas panjang karena sejak tadi menyaksikan kepanikan Tuannya. Jika sepuluh tahun lalu Pak Alwi mengenal Biean sebagai sosok pria yang begitu kharismatik dan berwibawa. Maka sekarang ini Pak Alwi hanya melihat sosok pria yang kekanak-kanakan, grasak-grusuk penuh dengan kepanikan. "Tuan pasti telah membaca isi pikiran saya, dan tuan pasti tau bahwa saya tidak berbohong bahwa saya memang tidak tau dimana Laboratorium Silo. Saya cuma tau kalau tempat itu dia gunakan untuk mengobati Erila..."

"Bukan mengobati, tapi menculik." Potong Biean mengkoreksi kata-kata Pak Alwi.

"Iya. Menculik istri Tuan. Saya benar-benar tidak tau." Timpal Pak Alwi.

Biean terus mondar-mandir memikirkan cara menemukan keberadaan Erila. Kekuatan malaikatnya tudak bisa mendeteksi keberadaan Laboratorium milik Silo karena Silo memang sudah memasang teknologi mutakhir agar laboratoriumnya tidak bisa dilacak oleh siapa pun. Terkhususnya kekuatan gaib seorang malaikat.

"Kenapa Tuan tidak menggunakan kesaktian Tuan untuk melihat keberadaan Erila?" tanya Pak Alwi sembari memberi usul agar masalah Biean cepat selesai dan dia bisa tertidur nyenyak di ranjangnya yang hangat.

"Bayi ku melindungi Eril. Aku tidak bisa menggunakan kekuatan ku pada Eril."

"Lalu kenapa Tuan tidak mencoba mencari keberadaan Silo?, mereka berdua pasti di tempat yang sama." Usul Pak Alwi yang masih bisa berpikir jernih.

"Kau benar. Sebaiknya aku menemukan profesor Gila itu." Biean langsung menutup matanya, menggunakan kesaktiannya untuk mencari keberadaan Silo.

Beberapa saat kemudian Biean membuka matanya. "Sial. Aku tidak bisa melihat jelas keberadaan Si Gila itu."

Pak Alwi terkejut mendengar kata-kata kasar yang keluar dari mulut Biean. "Kau berubah Tuan."

Mendengar kalimat protes dari Pak Alwi, Biean terdiam sejenak. "Kau benar Alwi. Kedekatan Eril dengan Silo membuat ku tak tenang dan menggila. Sejak sembilan tahun lalu aku berusaha menyusun takdir langit agar aku dan Eril bisa bersatu. Tapi karena ulah Silo semua yang ku rencanakan berantakan. Hingga Eril harus menjadi korban. Sudah sejak sepuluh tahun lalu aku ingin sekali memusnahkan Mahluk Gila itu. Tapi, jika aku memusnahkan Silo itu akan membawa takdir buruk pada Eril. Jadi aku terpaksa berbaik hati untuk nyawa Mahluk Itu."

"Saya yakin suatu saat Erila pasti menjadi milik Tuan." Jujur Pak Alwi yang merasa prihatin pada kisah cinta Tuan dan putri angkatnya itu.

"Pasti" Yakin Biean yang memang sejak seribu tahun lebih telah berusaha mengorbankan segalanya untuk bisa bersama bidadari yang dicintai nya. "Kau boleh kembali ke kamar mu!" perintah Biean pada Pak Alwi.

Pak Alwi berdiri untuk menuruti perintah Biean yang memang sejak tadi dia tunggu-tunggu. "Tuan boleh saya memberi nasehat?" tanya Pak Alwi sebelum pergi.

"Hemm"

"Erila sekarang bukan lagi bidadari seperti dulu. Dia hanyalah seorang wanita hamil yang butuh perhatian. Selain karena dia tidak mengingat Tuan, mungkin dia menolak tuan karena tuan terlalu bersifat arogan di hadapannya. Pada dasarnya Erila ramah pada siapa pun. Cobalah tuan untuk menjadi temannya!, beri dia perhatian!, buatlah dia kembali mencintai Tuan dengan cara perlahan."

BIDADARI TERSUNGKUR (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang