26. HEMPAS DATANG LAGI

1.5K 127 5
                                    

Part ini terspecial buat kamu yang lagi rindu, karena aku juga rindu kamu.😘 #Eaaaaaa.

======================================
Tiga hari kemudian...

Pak Alwi sedang sarapan pagi berdua dengan saja dengan istrinya, tanpa Erila. Suasana di meja makan terlihat lebih sepi dari hari biasanya, karena tidak ada keributan Erila yang rusuh ketika sedang sarapan.

"Hari ini Erila tidak ikut sarapan bersama kita lagi" keluh pak Alwi pada Bu Asna.

"Ibu juga bingung apa yang terjadi pada Erila. Setelah kembali dari toko bunganya tiga hari yang lalu, Erila menjadi murung dan jarang keluar kamar. Ketika ibu tanya apa masalah nya dia hanya tersenyum dan bilang tidak ada apa-apa."

"Dia juga tidak pergi ke tokonya?" tanya pak Alwi.

Bu Asna menggeleng. "Pak apa mungkin ini ada hubungannya dengan Tuan Biean?"

"Bapak juga tidak tau Bu." pak Alwi tanpa semangat melanjutkan sarapannya.

"Pak!," Suara Bu Asna sedikit berbisik. Matanya  sambil memindai area di sekitar ruang makan.

Pak Alwi melihat istrinya dengan tatapan bingung.

Bu Asna mencondongkan tubuhnya agar lebih dekat dengan pak Alwi. "Apa mungkin Malaikat itu telah mencelakai Silo lalu dia dihukum dan dimasukan ke neraka?" tebak Bu Asna berbisik pada Pak Alwi.

"Hus... Jangan berbicara asal Bu." tegur Pak Alwi sontak melepas sendok dan garpu dari tangannya.

Bu Asna menghela nafas kecewa. "Pak, sudah tiga hari Erila murung dan mengurung diri di rumah. Sudah tiga hari juga Silo dan Malaikat itu tidak kelihatan menemui Erila. Padahal, bapak tau sendiri bagai mana persaingan mereka merebutkan perhatian Erila."

"Mungkin mereka sibuk dengan urusan pribadi mereka yang lebih penting."

"Atau mungkin Erila menyaksikan sendiri Malaikat kasar itu menghabisi Silo. Makanya dia terlihat sedih."

"Sekarang menjadi tugas Ibu untuk menghibur Erila." Tatapan Pak Alwi kini berubah serius pada istrinya. "Ingat Bu, kita ditugaskan Tuan Biean untuk menjaga istrinya. Jika Tuan Biean bisa membunuh Silo karena Erila, maka tidak menutup kemungkinan dia juga bisa membunuh kita karena tidak menjaga Erila dengan benar. Selama Bapak mengabdi pada Tuan Biean, bapak sudah pernah beberapa kali melihat dia murka kepada manusia. Dan itu sangat menakutkan." Pak Alwi sejenak menelan ludah, lalu mengusap tengkuknya yang seolah terasa merinding. "Bu jika kita mengecewakan Tuan Biean, bukan hanya harta kita yang akan lenyap, tapi mungkin nyawa kita pun juga ikutan lenyap."

Bu Asna ikutan merinding mendengar penjelasan suaminya. Tanpa menyelesaikan sarapannya Bu Asna langsung bangkit dari kursinya.

"Ibu mau kemana?" tanya Pak Alwi heran.

"Bapak sarapan sendiri saja ya!, Ibu mau menghibur Erila. Ibu tidak mau Malaikat itu murka pada kita kalau tau istrinya bersedih di rumah kita."

Pak Alwi mengangguk-anggukan kepalanya. "Owh... Iya Bu. Ibu harus berusaha membuat Erila kembali ceria. Dengan begitu kita bisa mendapat simpati Tuan Biean."

Bu Asna mengangguk setuju dengan pendapat Pak Alwi. Bu Asna pun dengan penuh semangat pergi menemui Erila.

Setelah Bu Asna pergi, Pak Alwi melanjutkan makanya sambil tersenyum geli karena tingkah istrinya. "Si Ibu mah, mana mungkin sih Malaikat sang Raja Langit seperti Tuan Biean mau menyakiti manusia sembarangan." Gumam Pak Alwi diiringi tawa gelinya karena berhasil menipu istrinya. Pak Alwi hanya ingin istrinya lebih berpihak pada Tuannya yang menurut Pak Alwi lebih baik dibandingkan dengan Silo.

BIDADARI TERSUNGKUR (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang