“May, lo tadi ke sekolah jalan kaki ya?”
“Ya gak lah, Qim. Ya kali gue jalan kaki yang pakai mobil aja perlu 30 menit baru nyampe. Yang ada lepas lutut gue,” ucap Mayra dengan menggelengkan kepala.
“Hehehe, iya juga ya. Jadi, lo naik apa ke sekolah?" tanya Aqim yang masih saja penasaran dengan Mayra
“Gue tadi pagi pake angkot dan sialnya tuh angkot pake mogok segala. Ya jadi gue lari ke sekolah, tapi udah keburu masuk. Kesel deh gue.” Mayra bercerita dengan kekesalannya yang di akhiri kecemberutan di wajahnya.
“Jadi lo beneran naik angkot, May?” tanya Tara pada akhirnya.
“Ya iya lah Tara sayang. Lo gak percayaan banget sih sama calon sendiri,” geram Mayra kepada Tara.
“Memangnya mobil lo kemana?” tanya Tara lagi. Arka sampai mengaga lebar karena melihat sahabatnya yang satu ini. Tidak biasanya ia melihat Tara peduli dengan Mayra hingga membuatnya secerewet sekarang. Lain halnya dengan Aqim yag sudah tahu jika Tara itu orang yang cerewet.
“Kemarin ada orang yang teror Mayra. Dia ngerusakin mobil Mayra, lalu ada tulisan MATI di kaca depannya," potong Aqim.
“Eh serius? Siapa yang sampai segitunya sama Mayra? Gue gak heran sih ya kalo banyak yang benci sama Mayra, tapi itu juga udah kelewatan,” Arka mulai tertarik dengan topik ini.
“Gue juga gak tau deh siapa yang nyari masalah sama gue.”
“Lo harus hati-hati, May. Sekarang dia ngerusak mobil lo, gue takutnya besok-besok dia malah ngelukai lo. Besok lo pergi pulang sekolah sama gue aja.” Aqim memang khawatir kepada Mayra. Sekalian modus pikirnya.
“Eh gue—”
“Gak. Mayra gue yang antar jemput.”
Hening. Tiga orang yang mendengar penuturan Tara bungkam, masih memproses ucapan gila itu di kepala masing-masing.
“APAAAAA?” teriak mereka bertiga serempak.
Pulang sekolah …
“Lo mau balik apa nggak? Pake melamun segala.” Mayra tersadar dari lamunannya dan langsung mengikuti Tara.
Semilir angin menerpa dua insan muda di jalanan yang lebih senggang dari biasanya. Mayra tersenyum melihat lelaki yang sekarang sedang memboncengnya.
'Apa akhirnya lo mau ngasih gue kesempatan, Ra? Bahkan, dengan lo yang sekarang memberikan sedikit perhatian lo ke gue, udah buat gue bahagia banget.'
“Rumah lo ke arah mana nih, May?” tanya Tara dengan sedikit berteriak.
“E-eh ... turunin gue di simpang tiga kota baru aja, Ra.”
“Loh kenapa di situ? Gak mau gue antar ke rumah sekalian?”
“Gue mau pergi ke suatu tempat. Jadi cukup turunin gue di situ aja,” jawab Mayra dengan ragu-ragu.
Tara hanya mengangguk. Entah kenapa ia merasa Mayra menyembunyikan sesuatu darinya. Ia penasaran, tapi juga gengsi untuk menanyakan segala suatu yang mengganggu pikirannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tak Pernah Berpaling (SUDAH TERBIT)
Teen FictionSUDAH TERBIT Kita memang mudah untuk jatuh cinta, tapi untuk menyatukan dua perasaan bukanlah hal yang mudah dan sederhana. Begitu pula pada Mayra Cassandra yang terlanjur jatuh cinta pada lelaki bernama Mahendra Regantara. Nahasnya, selama tiga tah...