Chapter 31 Sesuatu yang Penting✔

290 54 27
                                    

Dengan cepat Mayra melangkah menuju ke kelasnya, padahal waktu masih sangat awal. Sengaja ia pergi pagi sekali untuk mencari tasnya yang tertinggal kemarin, semoga saja tidak ada yang mengusik tasnya. Sesampainya di kelas, matanya tak melihat tas bewarna pink kesayangannya itu. Ia terlihat panik mencari tasnya di seluruh sudut kelas, berharap dapat menemukannya.

“Lo liat tas gue gak?” tanya Mayra dengan menepuk pundak  salah satu teman sekelasnya yang sudah sampai sebelumnya.

“Mana gue tahu. Dasar cewek gak tau diri.” Tentu membuat Mayra tertegun, selama ini tidak ada yang berani melawannya, apalagi dengan mengatainya seperti itu.

Jika tidak dalam keadaan genting seperti ini, mungkin Mayra sudah menjambak, menampar, atau sudah melakukan hal kasar lainnya pada teman sekelasnya itu. Tapi, sekarang yang terpenting ia harus mencari keberadaan tasnya. Mayra bolak-balik melihat laci meja kelas satu persatu, tapi nihil. Hingga hampir semua temannya sudah datang memenuhi kelas.

“Lo liat tas gue gak?” tanya Mayra baik-baik pada salah satu temannya yang duduk paling depan.

Belum sempat anak itu menjawab, seseorang sudah menyahutinya.

“Lo nyari ini?” Tara berdiri di depan pintu kelas dengan menenteng sebuah tas.

Dengan cepat Mayra menghampiri dan meraih tasnya, namun gerakannya kalah cepat dengan Tara yang melepaskan tas itu hingga terjatuh di lantai.

Mayra tertegun, tak tahu apa maksud Tara. Ia pun berjongkok dan mengambil tasnya. “Lo kenapa, Ra?”

“Jangan ngomong sama gue lagi. Dasar perempuan kotor!” Suasana kelas sangat mencekam, semua atensi tertuju pada Tara dan Mayra yang berada di depan kelas.

Mayra terlonjak kaget dengan kalimat yang sangat menusuk itu. Apa yang ia lakukan sampai-sampai menerima kata-kata hina seperti itu? Sungguh, sangat menyakitkan baginya, hingga ia dengan sekuat tenaga menahan air mata yang menggenang di pelupuk matanya.

Mayra tak ingin menangis di hadapan semuanya, apalagi di hadapan Tara. Ia pun berlari dengan memeluk tasnya. Rooftop menjadi tujuannya saat ini. Di sanalah ia meteskan air matanya dengan kesendirian.
“Gue salah apa lagi?” lirihnya dengan menghapus air matanya.

Terasa getaran terus-menerus yang berasal dari dalam tasnya. Ia merogoh mencari keberadaan ponselnya. Mayra mengernyit setelah melihat notifikasi yang terbilang sangat banyak. Dengan segera ia melihat isi dari notifikasi tersebut.

Caci maki, foto yang diedit, hingga sumpah serapah memenuhi akun sosial medianya. Ia men-scroll mencari tahu apa yang terjadi saat ini. Dan pada akhirnya ia melihat foto dirinya bersama Om Surya di depan ruang guru.

Ia menarik napas dalam dan berpikir mencari cara untuk menyelesaikan semua masalah baru ini. Pasti itu yang membuat sikap Tara berubah padanya. Bahkan kesalahpahaman tentang dirinya dan Kak Tara saja belum selesai, dan kini sudah ada kesalahpahaman yang lainnya. Dia harus menjelaskannya pada Tara dan semoga saja lelaki itu mau mempercayainya. Pertama-tama ia harus mencari tahu siapa orang yang sudah menyebar foto yang membuat semua orang salah paham terhadap dirinya.

Sepulang sekolah, Mayra berdiri di samping tangga lantai satu. Menunggu seseorang bernama Beni yang diketahuinya sebagai penyebar foto dirinya. Dia sudah men-stalk akun Beni dan tentu ia sangat ingat muka yang menjadi lawannya kali ini.

Beni bersama teman-teman gengnya berjalan melewati Mayra. “Lo! Berhenti!” tegas Mayra dengan menarik kasar jaket yang dikenakan Beni.

“Wah wah wah ... liat nih siapa yang narik gue. Kenapa Kakak kelasku yang cantik jelita? Ngajak gue main? Ayo!” Semua teman-temannya tertawa meremehkan Mayra.

Tak Pernah Berpaling (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang