Matahari bersinar cerah namun memberikan susana yang hangat, tidak panas. Suasana baru untuk Mayra dan tentunya ia harus beradaptasi dengan cepat. Gadis itu menyeret satu kopernya dengan santai sambil memerhatikan halaman depan keluarga Surya yang lumayan luas.
“Lo nanti langsung istirahat aja ya.” Kak Tara lalu menggenggam tangan mungil itu.
“Mayra ... selamat datang di rumah Om.” Surya dan juga istrinya menyambut hangat kedatangan anaknya dan Mayra.
Gadis itu hanya tersenyum sekilas. Surya pun mengerti dengan keadaan Mayra sekarang ini. Pasti ia sangat terpukul karena kehilangan orang tercintanya.
“Ayo masuk. Kalian pasti lapar, ‘kan? Mama udah siapin makanan buat kalian," ujar mama Kak Tara, Sera.
Kini, Mayra sedang beristirahat di kamar barunya. Kamar dengan nuansa pink putih dengan perlengkapan yang lengkap. Dia termenung di depan jendela, melihat rintik-rintik hujan yang mulai membasahi kaca jendela.
“Pa, Ma ... Mayra kangen.” Mayra memeluk bingkai foto keluarganya sembari menangis mengingat kedua orang tuanya yang telah pergi jauh tanpa dirinya.
Seseorang masuk ke dalam kamarnya dengan pelan. Ia membawa dua buah koper kepunyaan Mayra. “May ...” Kak Tara terkejut melihat Mayra yang sedang menangis sesenggukan. Ia pun duduk di samping Mayra, meminjamkan bahunya sebagai tempat sandaran kepala Mayra. Dan ia berharap semoga dia akan menjadi sandaran untuk Mayra seumur hidupnya. Kak Tara menemaninya hingga sang gadis tertidur dalam tangisnya.
Kak Tara mengelus rambut panjang Mayra. “Hati gue sakit May lihat lo begini.” Kecupan singkat diberikannya pada kening gadis itu, lalu ia pun beranjak meninggalkan Mayra untuk beristirahat.
*♡*
“Hendra ... kamu udah makan belum?” tanya Lily pada anaknya. Ia sangat khawatir pada Tara yang dua hari ini terlihat tidak terurus. Dia pergi sekolah seperti biasa dan sepulang sekolah Tara akan berdiri di depan rumah Mayra hingga malam hari.
Tara hanya mengangguk dan berlalu ke kamarnya. Dia bersandar pada sofa dan kembali memikirkan cara agar dapat mengetahui keberadaan Mayra. Semua media sosial terhapus, bahkan dia sudah menghadap kepala sekolah meminta keterangan Mayra yang tak masuk sekolah, namun sekolah menutup rapat-rapat informasi mengenai gadisnya.
'Lo mau buat gue khawatir, ‘kan May? Gue sekarang sangat khawatir dan gue harap lo ada di samping gue lagi. Karena ... gue benar-benar merasa kehilangan, May.'
Tara mengambil sebuah jam tangan di atas nakasnya. Jam tangan bewarna hitam dan tampak sederhana. Ia membalik jam tangan itu, melihat kata yang terukir indah di sana.
Cintanya Mayra C.
Tangannya memegang ukiran itu, air matanya kembali jatuh disaat ia melihat jam tangan pemberian Mayra. Teringat akan kebenciannya dulu pada Mayra. Kebencian yang membuat gadis itu dipermalukan dan merasakan sakit hati terdalam.
“Gue janji, May. Sampai kapan pun, gue akan menunggu lo di sini. Sampai kapanpun ...” Tara menggenggam erat jam tangan itu. Pemberian yang sangat berarti baginya dan akan ia simpan sampai kapan pun.
*♡*
“PINDAH!”
“Dra, gue cuma numpang duduk. Lo liat tuh si Andre lagi duduk di tempat gue.”
“GUE BILANG PINDAH, YA PINDAH!”
Sontak semua mata tertuju pada Tara. Akhir-akhir ini tidak ada lagi senyuman manis, tidak ada lagi balas sapa, dan tidak ada lagi seorang Tara yang hangat. Semua berubah hanya karena satu gadis yang hilang tak tahu keberadaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tak Pernah Berpaling (SUDAH TERBIT)
Teen FictionSUDAH TERBIT Kita memang mudah untuk jatuh cinta, tapi untuk menyatukan dua perasaan bukanlah hal yang mudah dan sederhana. Begitu pula pada Mayra Cassandra yang terlanjur jatuh cinta pada lelaki bernama Mahendra Regantara. Nahasnya, selama tiga tah...