Chapter 43 Tamu tak Terduga ✔

269 43 19
                                    

Teriknya sinar mentari pagi berhasil masuk ke celah gorden kamar Mayra. Perlahan kedua matanya terbuka. Mayra berjalan gontai keluar dari kamar tidurnya. Saat itu juga ia melihat Aqim yang memakai celana jeans vintage berpadu dengan polo shirt hitam. Seorang Aqim begitu rapi di jam 8 pagi. Sesuatu yang sangat jarang terjadi tentunya.

“Lo mau kemana?” tanya Mayra sembari memandangi Aqim dari atas hingga bawah.

“Lo udah bangun? Gue mau pergi bentar. Lo jangan kemana-mana,” titah Aqim. Tak lupa ia mengecup sekilas kening Mayra yang dilakukannya hampir disetiap hari. Dan mungkin sebentar lagi Aqim tidak dapat melakukan itu.

“Pergi kemana?” teriak Mayra karena lelaki itu pergi dengan terburu-buru. Tidak ada jawaban oleh Aqim membuat Mayra hanya bisa menghela napas.

Ingin rasanya Mayra kembali tidur mengingat ia baru terlelap di jam 2 dini hari. Perasaan bahagia membuatnya tak bisa tertidur dan bayangan wajah Tara memenuhi benaknya. Akhirnya Mayra memutuskan untuk mengunjungi Tara di kantornya saat ini juga. Ah, wanita itu seakan amnesia untuk mengurus perusahaannya sendiri. Tapi biarlah, saat ini dia hanya ingin menghabiskan waktunya bersama Tara.

Mayra melihat pantulan dirinya di cermin. Sangat puas melihat hasil dandanannya dan dia memutuskan untuk mengenakan dress pendek bernuansa pink-kuning dan strappy heels 12 cm. Sederhana namun tetap terlihat menawan.

Gadis itu berjalan menuju meja resepsionis dengan wajah yang dibingkai dengan senyuman indah, membuat siapa pun tertegun karena pesona yang dipancarkannya.

“Tara ada?” Mayra lalu menggeleng mengingat ucapannya, “Maksud saya Pak Hendra.”

Wanita yang ber-name tag Amanda sedikit kikuk karena berhadapan dengan wanita secantik Mayra. “Apa Ibu sudah ada janji sama Pak Hendra?”

Mayra memegang dagunya, “Tidak. Tapi kamu bisa katakan padanya kalau calon kekasihnya datang.” Mayra lalu terkikik geli mendengar ucapannya sendiri. Si resepsionis sampai linglung karena melihat tingkah Mayra.

Selly sang sekretaris Tara terkejut ketika mendengar suatu hal yang membuat otaknya menjadi panas. 'Calon kekasih? Apa Pak Hendra udah putus sama Pak Aqim? Lalu siapa yang menjadi calon kekasihnya Pak Hendra?' Terlalu banyak pertanyaan di otak Selly. Saat ini yang ia harus lakukan adalah memberitahukan pesan dari resepsionis pada Tara.

Tok tok tok

“Masuk.”

Terlihat Tara yang mengenakan kemeja linen putih dengan lengan baju yang tergulung hingga sikunya. Ia tengah bergulat dengan laptop di depannya. Sungguh pemandangan yang indah bagi Selly.

“A-anu Pak ...”

“Anu siapa?”

Semburat merah muncul di kedua pipi Selly karena malu mendengar jawaban sang bos. 'Maksud Pak Bos apaan sih?'

Begitu juga dengan Tara yang sangat malu dengan perkataannya sendiri. Kenapa ia bisa menjawab seperti itu? Ini pasti karena akhir-akhir ini ia dekat dengan Aqim sehingga otaknya ikutan tercemar.

“A-anu apa, Selly? Ngomong yang jelas!” ujar Tara tegas dengan menyembunyikan rasa malunya.

'Padahal dia yang ngomong gak jelas.'

“Ada wanita yang sedang menunggu di bawah, Pak,” tutur Selly.

“Siapa?” tanya Tara tak memalingkan wajahnya dari laptop.

“Ca-calon kekasih Bapak.”

- - - - - - - - - -
SETENGAH PART INI DIHAPUS KARENA SUDAH TERBIT

Tak Pernah Berpaling (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang