Tidak tahu kenapa seketika Aqim mendapatkan ide di kepalanya. Ingin rasanya ia menjahili sahabat karibnya yang satu ini. Tidak hanya itu, ia juga ingin mengetahui perasaan sebenarnya dari Mahendra Regantara terhadap Mayra Cassandra.
Aqim mengulurkan tangannya tepat di tepi bibir indah Mayra yang terdapat nasi yang menempel manis. Perlakuannya barusan sontak membuat empat orang di sekitarnya melongo tak bergerak, termasuk juga sang empunya bibir.
“Makannya jangan belepotan gitu dong, May. Kayak dedek bayi aja,” ujarnya dengan masih memegang bibir Mayra sekalian modus batinnya.
'Mampus lo Dra. Makan tuh cemburu. Hahahaha. Tawa Aqim dalam hatinya.'
“Hahahaha lo belajar modus darimana, Qim? Mantap bos.” Gelak tawa Arka tak dapat ditahan lagi. Sebenarnya alasan utama yang membuat ia tertawa seperti ini yaitu ekspresi Tara yang tak pernah ditunjukkannya selama ini. Muka merah padam dan tatapan ingin membunuh sahabatnya sendiri.
“Eh kampret. Mau berapa lama lo megang bibir gue? Modus jangan keliatan juga kali.” Mayra menepis tangan Aqim.
Seperti ada yang menggebu-gebu di hati Tara. Dia tidak yakin hal apa yang membuatnya merasakan ketidaknyamanan ini. Ia tahu pasti, pemandangan yang dilihatnya barusanlah yang memunculkan amarahnya. Tapi ia tak tahu pasti, marah karena Aqim yang modus kepada Mayra? Ataukah karena Mayra yang mau-mau saja menerima perlakuan Aqim?
“Gak elit banget sih makannya. Liat nih si Rena. Makannya itu pake etika. Idaman semua cowok. Gimana cowok mau suka sama cewek yang berantakan kayak lo?” Kalimat kasar terucap dari bibir Tara. Ia butuh melampiaskan kemarahannya saat ini.
Mayra merasa sesak yang menghimpit menyisakan perih di hatinya. Ia membisu terdiam tanpa suara. Beginilah cinta Mayra, yang sudah terpatri untuk satu lelaki disampingnya sehingga ia hanya menampilkan senyuman yang penuh dengan luka dibaliknya.
Tara, Aqim, tak ketinggalan juga si Arka, semuanya tertegun. Lagi-lagi Mayra hanya memberikan senyuman. Aqim dan Arka memandang prihatin kepada Mayra, sedangkan Tara sudah kalut dengan pikirannya sendiri. Mengalihkan topik, Aqim menawarkan diri untuk mengantar Mayra ke bengkel untuk mengambil mobilnya. Seperti biasa, Mayra akan menolak tawaran itu.
“Dia maunya balik sama gue,” ujar Tara dengan yakinnya.
Belum Mayra sempat berujar, Rena menyahut ucapan Tara.
“Kak, pulang sekolah aku ke rumah Kakak ya? Mama nyuruh aku anterin undangan langsung ke mama Kakak,” tutur Rena dengan muka memelas.
“Gak bisa dititipin ke gue ya?”
“Gak bisa kak. Itu amanah mama aku. Boleh ya?”
“Iya deh.”
Mayra sangat geram dengan Rena. Sepertinya adik kelasnya yang satu ini benar-benar ingin merebut Tara darinya. Di satu sisi Mayra ingin membantah ide Rena itu, tapi di sisi lain ia takut dimarahi Tara lagi. Jadi, ia memilih untuk diam memendam amarah.
*♡*
Suara deru mobil terdengar oleh papa Mayra -Adi Wijaya. Mayra turun dari mobil itu dan membuka pintu rumah mewah itu. Bukan pelukan hangat yang menyambutnya, melainkan rasa sakit yang mendera. Adi lagi-lagi menarik rambut Mayra dengan kuat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tak Pernah Berpaling (SUDAH TERBIT)
Ficção AdolescenteSUDAH TERBIT Kita memang mudah untuk jatuh cinta, tapi untuk menyatukan dua perasaan bukanlah hal yang mudah dan sederhana. Begitu pula pada Mayra Cassandra yang terlanjur jatuh cinta pada lelaki bernama Mahendra Regantara. Nahasnya, selama tiga tah...