“May ...”
“Kenapa lagi, Ra? Gue lagi sibuk sama pekerjaan gue.” Tangan Mayra terus menari di atas keyboard.
“Dulunya aja lo malas banget ngerjain pr. Sekarang malah sok sibuk sama pekerjaan,” cibir Tara. Mayra memberikan sorot tajam pada Tara.
“Memang lo pikir setelah bertahun-tahun gue gak berubah? Waktu bisa merubah segalanya, Ra.”
Tara menyeret kursinya semakin dekat dengan meja kerja Mayra, sampai-sampai membuat wanita itu sedikit tidak fokus dibuatnya.“Bener juga sih. Waktu bisa merubah benci gue jadi cinta ke lo. Tapi, gue harap waktu gak ngerubah cinta lo ke gue.”
Semburat merah muncul dikedua pipi Mayra. “Apaan sih lo? Sejak kapan seorang Tara suka ngegombal? Lo ketularan Aqim ya?” Mayra menutup laptopnya. Jika ada Tara di ruangannya, dia tidak akan pernah berkonsentrasi dalam bekerja. Lelaki itu selalu memandanginya intens dan berbicara banyak hal yang menurut Mayra tidaklah penting.
“Siapa bilang gue lagi ngegombal? Gue serius May ...”
Mayra mendengus dan berpindah duduk ke sofa hijau panjang. “Gue bingung Ra. Dan ... sepertinya gue gak bisa sama lo,” ucap Mayra pada akhirnya.
Tara tentu kaget mendengarnya. Sudah berminggu-minggu telah berlalu, tapi Mayra selalu membisu jika Tara mengungkit masalah hubungan mereka. Tak disangka olehnya Mayra menolaknya lagi saat ini.
Tara bangkit dari tempat duduknya dan menghampiri Mayra. “Kenapa? Beri gue alasan yang jelas,” ujar Tara dengan suara yang penuh penekanan.
Mata yang mulai berair dan dengan mati-matian Mayra menahan agar cairan itu tidak menetes di depan lelaki yang tengah memberikan sorot kecewa padanya. “Ya gak ada alasan lain selain perasaan gue ke lo udah … gak ada,” ucap Mayra dengan bibir yang sedikit bergetar. Mulutnya berhasil menentang isi hatinya.
“Lo gak bisa bohongin gue, May ...” Tara menatap sendu Mayra. “Apa lo masih gak bisa maafin gue saat gue nyakitin lo di depan banyak orang?” Menurut Tara inilah alasan terbesar Mayra tak bisa menerimanya, yaitu karena kesalahan terbesarnya waktu dulu. Kesalahan yang sangat disesalinya.
“Bu-bukan itu, Ra. Gue udah maafin lo sejak dulu.”
“Maafin gue, May. Maaf karena dulu udah nyakitin lo ... dan sekarang dengan gak tau malunya gue malah mau lo terima cinta gue,” kata Tara dengan getir.
Mayra menyentuh pipi tirus di depannya. “Ra, Gue bakalan kasi tau rahasia terbesar gue ke lo.” Tara mengerutkan keningnya.
Mayra kemudian memeluk lelaki yang tampak terkejut dengan perlakuannya barusan. “Dari dulu hingga sekarang ... gue gak pernah berpaling dari lo. Gue berusaha sekeras mungkin … tapi hati gue tetap memilih lo sebagai pemiliknya.”
- - - - - - - - - -
SETENGAH PART INI DIHAPUS KARENA SUDAH TERBIT
KAMU SEDANG MEMBACA
Tak Pernah Berpaling (SUDAH TERBIT)
Teen FictionSUDAH TERBIT Kita memang mudah untuk jatuh cinta, tapi untuk menyatukan dua perasaan bukanlah hal yang mudah dan sederhana. Begitu pula pada Mayra Cassandra yang terlanjur jatuh cinta pada lelaki bernama Mahendra Regantara. Nahasnya, selama tiga tah...