Pagar hitam bermodel laser cut yang menjulang tinggi terbuka lebar setelah sebuah mobil porsche macan merah mengklakson beberapa kali.
Gadis dengan balutan baju putih rok abu-abu keluar dan melangkahkan kakinya menuju rumah besar bergaya klasik dengan nuansa brilliant white.
"Non, udah pulang? Mbok udah siapin makanan buat Non," ujar seseorang yang bekerja sebagai pembantu di rumah itu.
Mayra melihat wajah pembantu yang lebih dianggapnya sebagai orang tuanya sendiri. "Iya Mbok. Tapi Mayra ke atas dulu ya," seru Mayra dengan suara terdengar lemah. Ia beranjak menaiki anak tangga hingga sampai di depan sebuah pintu bercat light steel blue yang merupakan pintu kamarnya. Gerakannya berhenti sebentar dan setengah berteriak pada pembantunya untuk meminta tolong.
"Mbok ... tolong bawain kotak P3K ke kamarku ya."
"Iya Non," balas Mbok Asri yang merupakan nama pembantu itu.
Kasian Non Mayra. Pembantu itu menatap iba anak dari majikannya.
*♡*
Hari ini, Pak Reno kembali kesal. Mayra dengan santainya masuk ke kelas lewat 35 menit dari jam masuk. Tidak hanya itu, ia juga mengenakan jaket berwarna hitam. Bukan warna yang menjadi masalahnya, tetapi peraturan sekolah yang tidak boleh mengenakan jaket atau sejenisnya di area sekolah.
Seperti biasa Pak Reno akan memarahinya dan menghukum Mayra. Tapi kali ini, hukuman yang diberikan oleh Pak Reno berhasil membuat Mayra melototkan matanya. Bagaimana tidak, ia disuruh untuk mengerjakan 30 soal fisika yang nantinya dikumpul seminggu kedepan. Sebenarnya Mayra bisa melepaskan jaketnya, jadi ia tidak harus dihukum. Namun, Mayra memilih untuk menerima hukuman. Tentu saja Mayra memiliki alasan untuk tidak melepaskan jaketnya.
Sial. Gimana caranya gue bisa nyelesain tuh soal dalam waktu seminggu?! Gerutu Mayra dalam hatinya.
*♡*
Waktu istirahat...
Kedua teman Tara di lain kelas, datang menghampiri.
"Woy Dra ... ayo ke kantin," ajak Arka kepada Tara. Arka mendudukkan dirinya di atas meja yang di tempati Mayra.
"Eh lo! Ngapain ngajak Tara ke kantin? Hari ini Tara makan sama gue," ucap Mayra sembari memegang lengan Tara posesif.
"Cantik~~ kita pinjam akang Tara bentar yeah. Gak diapa-apain kok Tara-nya." Dengan suara yang menggoda. Itu Aqim. Juga merupakan teman sekaligus sahabat Arka dan Tara.
"Gak boleh! Tara itu harus ma-"
"Lo gak berhak buat ngelarang gue, May. Ingat posisi lo itu siapa di mata gue," potong Tara. Ia pun langsung pergi bersama teman-temannya.
Mayra menatap kepergian Tara dengan sendu. Ia tahu perjuangannya tidak akan mudah dan ia berharap berakhir bahagia.
Seharusnya lo ngasi gue kesempatan buat ada di hidup lo, Ra.
*♡*
Di kantin...
"Paaaak ... baksonya tiga ya. Jus mangganya tiga juga," teriak Arka dari meja kantin yang terletak di pojok kanan kantin.
Suana kantin ramai seperti biasa. Para wanita yang berbisik-bisik mengenai anak Most Wanted di sekolah mereka. Siapa lagi kalau bukan Tara. Tak juga ketinggalan dua temannya, yaitu Arka dan Aqim yang wajahnya juga terbilang tampan. Mereka yang tak sengaja ataupun dengan sengaja melewati meja Tara, langsung saja menyapa Tara. Tersenyum manis. Ya, lelaki selalu membalas sapaan mereka. Itulah yang mereka sukai dari Tara yang selalu bersikap sopan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tak Pernah Berpaling (SUDAH TERBIT)
Fiksi RemajaSUDAH TERBIT Kita memang mudah untuk jatuh cinta, tapi untuk menyatukan dua perasaan bukanlah hal yang mudah dan sederhana. Begitu pula pada Mayra Cassandra yang terlanjur jatuh cinta pada lelaki bernama Mahendra Regantara. Nahasnya, selama tiga tah...