“May ...”
Sosok lelaki di depannya terkejut melihat warna merah yang ada di punggung tangan Mayra.
“Lo luka May. Ayo kita ke UKS.” Tapi Mayra tak bergeming dari tempatnya. Ia bahkan masih menunduk. Namun dari suara itu, ia tahu siapa yang tepat di depannya.
“Gue mau bolos. Gue gak mau ketemu Tara untuk sementara.”
“Hm. Ya udah, ayo kita bolos. Tapi obatin dulu tangan lo.”
Claudion Haqim. Iya, Aqim yang datang menghampiri Mayra. Dia tahu, pasti terjadi sesuatu diantara Mayra dan Tara setelah melihat raut wajah yang ditunjukkan Tara di lapangan tadi.
Aqim memutuskan untuk bolos bersama Mayra. Persetan dengan urusan sekolah, sekarang Mayra yang terpenting baginya. Ia tak habis pikir bagaimana bisa Tara sekasar itu pada Mayra. Seburuk-buruknya tingkah Mayra, tapi dia tak lebih dari sesosok wanita yang lemah.
Kini Aqim tengah bersama Mayra dengan motor besarnya untuk pergi kemana pun asalkan tempat itu dapat membuat Mayra melupakan masalahnya sejenak dan dapat bersenang-senang. Saking bersemangatnya Aqim karena dapat bersama pujaan hatinya, ia sampai tidak sadar bensin motornya habis.
“Eh … kita berhenti di sini, Qim? Gue kira lo mau bawa gue ke mall atau kemana gitu, ternyata minum cendol ya.”
“Bu-bukan mau minum cendol, May. Tapi habis bensin,” jawab Aqim dengan cengirannya.
“Hahaha ... huasem lo. Buyar deh bayangan gue buat jalan-jalan ke mall kayak di film-film. Ada masalah, bolos sama cowok, nge-mall.”
“Kita bakal pergi ke mall kok, May. Lo tunggu di sini ya, pesan aja cendolnya. Gue mau nyari SPBU dulu." Aqim sudah siap-siap untuk mendorong motor kesayangannya itu.
“Eh Qim. Gue ikut lo aja.”
“Ja—”
“Gak ada penolakan.”
Akhirnya mereka berdua mencari bensin sambil bercanda tawa.
Sementara di sekolah, Tara tidak dapat berkonsentrasi dengan apa yang dijelaskan oleh Ibu Jubai sang guru Bahasa Indonesia. Tara memandang kosong papan tulis yang penuh dengan bait-bait puisi. Ia tengah melamun memikirkan apa yang ia lakukan pada Mayra tadi.
'Apa gue terlalu kasar ya sama dia? Tapi ‘kan memang dia udah kelewat batas, itu wajar aja supaya dia sadar sama kelakuannya.'
Menoleh ke arah kanan. Kosong. Kini tidak ada Mayra di sampingnya. Kemana perginya gadis itu?
'Kok gue jadi mikirin dia sih ?!'
“Hendra, kenapa kamu geleng-geleng kepala?” tegur Bu Jubai.
“E-eh ... Nggak Bu,” jawab Tara sembari memberi senyum.
Pulang sekolah ...
“Hendraaaaa ... Tungguin gue.”
“Eh Arka. Tumben sendiri. Mana si monyet?"
“Lah gue malah mau nanya lo. Setelah istirahat, dia nggak masuk ke kelas. Gue kira dia ada ngasih kabar ke elo. Emangnya lo tadi gak ada ketemu dia?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Tak Pernah Berpaling (SUDAH TERBIT)
Fiksi RemajaSUDAH TERBIT Kita memang mudah untuk jatuh cinta, tapi untuk menyatukan dua perasaan bukanlah hal yang mudah dan sederhana. Begitu pula pada Mayra Cassandra yang terlanjur jatuh cinta pada lelaki bernama Mahendra Regantara. Nahasnya, selama tiga tah...