Chapter 35 Titik Balik ✔

301 56 22
                                    

Air mata itu semakin deras turun di kedua sisi pipinya. Ia berjalan dengan isakan tangisan yang menyayat hati jika mendengarnya. Tidak jauh dari posisinya, tampak Tara sedang berlari mengejarnya.

“MAYRAAAA ...”

Isakan tangisnya berhenti mendengar suara yang sangat dikenalnya. Dulu mungkin saja dia sangat bahagia suara indah itu memanggil namanya. Tapi tidak untuk sekarang, hanya ada kata-kata kasar yang menuju padanya yang terngiang di kepalanya. Mayra berusaha mengabaikan lelaki yang mengikis jarak dengannya. Ia pun mempercepat langkahnya menjauhi Tara yang sudah sangat menyakiti hatinya.

“MAYRAA ...” Tara mempercepat langkahnya dan ia berhasil menggapai lengan Mayra.

“LEPAS!”

Sontak Tara terkejut mendengar suara Mayra yang sarat akan kebencian. Tapi berkebalikan dengan wajah yang penuh dengan air mata itu. Wajah itu menunjukkan betapa hancurnya gadis itu.

“May, gu—”

“CUKUP, RA! Gue gak mau denger hujatan lo lagi!”
Mayra ingin pergi namun bahunya ditahan oleh Tara. Ia sudah memberontak, namun tenaganya tak cukup untuk melarikan diri dari cengkraman Tara di bahunya.

“May, dengerin gue dulu. Gue—”

“Gue nyerah, Ra ... gue nyerah.” Air mata itu mengalir dengan sendirinya. Membuat hati Tara sakit melihatnya.

Jemari Tara tanpa sadar menghapus air mata yang terus saja mengalir. “Dengerin gue dulu ...” lirih Tara.

Setetes cairan bening jatuh dari pelupuk mata Tara, membuat Mayra terkejut. “Gue tahu kalau gue salah. Gue tahu sekarang kalau semua ini rencana Rena ... gu-gue salah, May,” ujar Tara dengan tatapan serat akan penyesalan.

Mayra terenyuh mendengar ucapan Tara yang sangat tulus. “Gue ...” Mayra bingung harus berkata apa. Dia tak bisa berpikir untuk saat ini. Haruskah ia memaafkannya? Tapi hatinya tak bisa memaafkannya semudah itu. Jadi apakah Mayra harus menolak dan menjauh dari Tara? Namun Mayra tak bisa mengatakan itu. Ia pun  berbalik meninggalkan Tara sendirian. Untuk saat ini itulah yang terbaik.

“MAY ...” teriak Tara pada Mayra yang semakin menjauh dari dirinya.

“GUE CINTA SAMA LO.”

Deg

Deg

Deg

“GUE MAU LO JADI PENDAMPING HIDUP GUE. Gue mau … mau lo jadi pacar gue.”

Mayra membalikkan tubuhnya dan tak bergeming di tempatnya. Ia terlalu shock mendengar pengakuan secara tiba-tiba itu.

“Datang ke gue kalau lo nerima gue.” Tara terus memandangi Mayra, berharap gadis itu melangkah ke arahnya.

Gue tahu semua rasa sakit gue itu karena lo. Gue juga tahu kalau gue bahagia juga karena lo, Tara. Tapi hati gue terlanjur sakit …

Deringan ponsel menghentikan langkah pertama Mayra untuk melangkah mundur menjauhi Tara. Ia menjawab telepon itu dengan terus memandang lelaki yang berdiri tak jauh darinya.

“Maaf, apa Anda anak dari pak Adi ...?”

“Iya,” jawab Mayra dengan tak megalihkan pandangannya dari Tara yang terlihat cemas.

Tak Pernah Berpaling (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang