Stranger

495 57 1
                                    

Kyungsoo menatap kosong sup didepannya. Sesekali ia melirik meja di ujung kiri restoran. Gadis itu masih disana bersama seorang laki-laki yang tidak dikenalnya. Kadang ia tertawa menimpali lelucon, lalu semburat merah muncul di pipinya saat laki-laki itu mengacak pelan rambutnya. Kyungsoo mendengus sambil menggenggam kuat sendoknya hingga kuku jarinya memutih. Jongin hanya menggeleng pelan memaklumi dan Sehun fokus menghabiskan supnya.

"Hyung, kenapa tidak di makan?" Sehun sudah mengelap bibirnya dengan tisu saat Kyungsoo masih mengaduk-aduk supnya.
"Entahlah, rasanya aku sudah kenyang" Kyungsoo menjawab dengan tidak semangat. Sehun pun heran, tidak biasanya seorang Kyungsoo akan melewatkan makanan apalagi tidak dihabiskan.
"Apa hyung sakit?" tanya nya khawatir. Kyungsoo diam tidak menanggapi. Sehun mengikuti pandangan Kyungsoo yang tertumbuk pada gadis di sudut restoran. Sehun merasa tidak asing. Keningnya berkerut mengingat-ingat dimana ia pernah bertemu gadis itu.

"Ah, itu trainee yang kemarin bertengkar ya? Siapa namanya... Wendy? Ah iya benar, dia Wen-" Sehun berkata heboh hingga Jongin harus membekap mulutnya. Kyungsoo hanya mendesah pelan, kini ia tertunduk, mengambil dompet yang berada di sakunya.
"Kalian sudah selesai makan kan? Ayo pulang"

Kyungsoo menundukkan kepalanya sepanjang perjalanan. Jongin dan Sehun mengikutinya di belakang.
"Kyungsoo hyung kenapa sih?" Sehun berbisik pelan pada Jongin. Jongin hanya tersenyum sekilas.
"Yah ada lah. Anak kecil tidak perlu tau"
"Yak! Kau dan aku hanya beda beberapa bulan!" Sehun memukuli Jongin yang hanya tertawa.
"Tapi, apakah ada hubungannya dengan Wendy?" tanya Sehun dengan nada serius.
"Yah, mungkin saja"

Kyungsoo menghempaskan dirinya di sofa ruang tengah diikuti oleh Jongin dan Sehun. Tidak ada percakapan di antara ketiganya. Jongin dan Sehun hanya saling melirik.
"Hyung, mau ku bantu?" Jongin merangkul Kyungsoo yang masih tertunduk.
"Bantu... apa?"
"Akan ku cari tahu soal laki-laki tadi" Kyungsoo menoleh sebentar, tapi kembali tertunduk.
"Tidak usah" katanya singkat. Sebenarnya Kyungsoo sangat penasaran siapa laki-laki itu dan apa hubungannya dengan Wendy. Tapi ia terlalu takut, bahkan belum yakin dengan perasaannya sendiri. Ia tidak ingin kejadian yang dulu terulang kembali.

Hari telah menjelang sore saat Wendy dan Mark sedang berada disekitar Sungai Han

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.
Hari telah menjelang sore saat Wendy dan Mark sedang berada disekitar Sungai Han. Mereka duduk di bangku yang ada disana, memandang langit puas-puas tanpa ada percakapan. Wendy memperhatikan orang-orang yang lewat di depannya. Ada anak kecil yang sedang berlatih sepeda dengan ayahnya, ada pula sepasang kakek dan nenek berjalan bersama sambil mengaitkan lengan mereka. Wendy tersenyum tipis. Ada berjuta kasih sayang dari pemandangan sederhana di depannya.

"Wen" Mark memanggil Wendy pelan.
"Hm, kenapa? sudah mau cerita?" kata Wendy yang kini sudah menatap Mark. Mark tertawa kecil menyadari bahwa Wendy sudah tahu ia sedang memiliki masalah.
"Aku sudah putus" Mark berkata sangat pelan tapi Wendy dapat mendengarnya.
"Kenapa?" Sebenarnya Wendy bingung ingin menanggapi seperti apa. Entah ia harus senang atau sedih. Tapi sepertinya sangat tidak bijak kalau ia bahagia mendengar kesedihan Mark.
"Dia tidak tahan hubungan jarak jauh dan sepertinya kalau kami bertahan hanya semakin menyakiti satu sama lain" Mark mendesah pelan.

Wendy sudah menduganya, meskipun hubungan Mark dan pacarnya yang ada di LA sudah lama tapi melihat jarak yang membentang terlalu jauh tentu saja menyulitkan mereka. Apalagi Mark  juga seorang trainee, waktu nya habis untuk berlatih setiap hari.

Wendy pun masih diam tidak menanggapi. Ia takut kalau berkomentar malahan semakin membuat Mark terpuruk. Dan satu-satunya cara yang ia bisa lakukan adalah, membentangkan tangannnya dan merengkuh tubuh Mark ke dalam pelukannya.

 Dan satu-satunya cara yang ia bisa lakukan adalah, membentangkan tangannnya dan merengkuh tubuh Mark ke dalam pelukannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tentu bukan hal mudah bagi Wendy untuk menahan perasaannya selama bertahun-tahun. Ia tidak cukup berani untuk mengungkapkannya karena pertemanan mereka jauh lebih berarti dan Wendy tahu, Mark tidak pernah menganggapnya lebih. Sebenarnya Wendy pernah mencoba untuk mengungkapkan perasaannya. Kala itu  mereka sedang makan bersama di restoran sup favorit Mark. Niatnya pupus saat Mark berkata ia akan segera pindah ke LA mengikuti orang tuanya. Wendy sedih menyadari waktunya bersama Mark akan semakin sedikit. Ia tidak mau menjadi orang egois yang merusak pertemanannya hanya dengan kata "suka". Dan akhirnya niatnya semakin hilang saat Wendy tahu Mark memiliki pacar di LA. Meskipun harus Wendy akui, perasaannya belum hilang bahkan sampai sekarang.

*

Kini mereka sudah di depan dorm Wendy. Mark memang berjanji akan mengantar Wendy dan berkata siapa tahu dia bisa menjumpai gadis cantik disana. Wendy memukulnya pelan dan Mark hanya tertawa. Tawa yang menunjukkan bahwa ia sudah menyelesaikan masalahnya. Dan semua itu berkat Wendy, tanpa ia sadari. Wendy masih memperhatikan Mark yang mulai menjauh dari dormnya. Setelah Mark tidak terlihat lagi, Wendy pun masuk ke dorm. Ponselnya bergetar tanda pesan masuk. Ia membukanya, semburat merah kembali muncul di pipinya setelah ia membaca pesan itu.

Dari Mark :
Thanks. Hope to see u soon.

Kyungsoo menatap bergantian ponsel dan secarik kertas di tangannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.
Kyungsoo menatap bergantian ponsel dan secarik kertas di tangannya. Ia bimbang, haruskah ia menghubungi nomor di kertas itu? Tapi, kalau pun ia menghubungi bukannya aneh? Berbagai pikiran berkecamuk di kepala Kyungsoo. Ia hampir berteriak kalau ia tidak ingat sedang berada di dorm. Tak berapa lama Jongin memasuki kamarnya. Buru-buru Kyungsoo memasukkan ponsel dan kertas tadi ke bawah bantalnya.

"Pasti belum kau hubungi kan?" Jongin menebak lagi tepat sasaran. Kyungsoo berdeham pelan sebelum menjawab.
"Yah, bukannya aneh kalau tiba-tiba aku menghubungi? Nanti dia mengira aku stalker" Jongin tertawa kecil melihat sosok Kyungsoo yang jarang dilihatnya. Mungkin benar, cinta bisa membuat orang bodoh.
"Baiklah, mungkin cara ini yang lebih mendekati style mu hyung. Bagaimana kalau kau ajak dia makan di restoran bagus? Kau tahu banyak soal restoran kan." Kyungsoo mengernyit, bagaimana bisa seorang yang terkenal playboy memberinya saran yang tidak masuk akal.

"Bagaimana aku mengajaknya? Bahkan mengobrol saja tidak pernah"
"Ckck, kalau kau terang-terangan tentu saja terlihat aneh. Aku punya cara." Jongin tersenyum penuh arti dan Kyungsoo tidak bisa membaca arti senyuman itu. Jongin bangkit dari kasur lalu menepuk pelan bahu Kyungsoo.

"Percayakan saja padaku hyung"

Our Story ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang