Reality

308 36 2
                                    

Malam itu Kyungsoo memilih untuk pergi meninggalkan Wendy tanpa penjelasan apapun. Sejujurnya ia sendiri tidak tahan dan merasa marah. Ia tidak tahan melihat Wendy menangis dan merasa marah karena ia adalah alasan kenapa gadis itu menangis.

Tapi Kyungsoo sudah bertekat. Tidak apa Wendy menganggapnya sebagai pria brengsek, asal Wendy tidak terluka. Ya, itu semua Kyungsoo lakukan untuk melindungi Wendy. Melindungi diri dan mimpi Wendy yang sedikit lagi dapat tercapai.

Hari itu, setelah gladi bersih acara penghargaan selesai, Kyungsoo di panggil oleh manajernya.

"Yak, sudah ku bilang jika kau ingin berkencan ya silahkan, tapi jangan sampai ketahuan!" kata manajer Kang. Kyungsoo bingung, apa maksudnya? Ketahuan bagaimana?

"Ini lihatlah" lanjut manajer Kang menyodorkan ponselnya, menunjukkan sebuah video Kyungsoo dan Wendy yang sedang berjalan bersama.

"Ini lihatlah" lanjut manajer Kang menyodorkan ponselnya, menunjukkan sebuah video Kyungsoo dan Wendy yang sedang berjalan bersama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"I-ini.." seketika wajah Kyungsoo memucat.

"Itu dari di*patch, bersyukurlah agensi masih bisa melobby mereka, tapi sekarang kau harus putus dengan Wendy" Kyungsoo mendongak, rahangnya mengeras. Tentu saja ia tidak mau memutuskan hubungannya dengan Wendy.

"Hyung terimakasih, aku juga merasa menyesal dan meminta maaf karena keteledoranku. Tapi maaf, aku tidak bisa putus dengannya"

Manajer Kang mengacak rambutnya frustasi. Wajahnya merah padam menunjukkan bahwa ia benar-benar marah.

"Yak! Kau ini sedang berada di puncak popularitas. Dan Wendy sebentar lagi akan debut. Jika mereka menyebarkan ini, kalian berdua akan terkena dampaknya"

"Tapi hyung, aku tidak bisa..." kali ini suara Kyungsoo terdengar bergetar. Laki-laki yang biasanya menunjukkan tatapan tajam itu saat ini berubah menjadi sendu. Manajer Kang menghela nafasnya, lalu duduk disamping Kyungsoo.

"Kyungsoo-yah dengarkan aku. Jika kau keras kepala mempertahankan hubungan kalian dan ketahuan, Wendy yang akan lebih banyak terluka. Karena apa? Penggemar mu pasti akan menyerangnya atau lebih buruk bisa sampai mencelakainya"

Kyungsoo terdiam mendengarkan ucapan manajernya. Benar. Kalau mereka sampai ketahuan lagi pasti Wendy yang lebih banyak terluka.

"Sekarang pilihan ada ditanganmu. Aku percaya kau bisa memilih mana yang terbaik. Aku tinggal dulu" manajer Kang menepuk pundak Kyungsoo pelan sebelum meninggalkan laki-laki itu dalam kebingungan.

"Hahhh" Kyungsoo menyenderkan kepalanya pada sandaran sofa, matanya terpejam. Ia memijit pelipisnya yang terasa berdenyut akibat pusing yang tiba-tiba menyerang.

"Wan-ah.. apa yang harus aku lakukan?" gumamnya pelan. Tidak sadar, setetes air mata jatuh ketika ia sudah memantapkan hati untuk keputusan yang ia pilih.

"Wan-ah maafkan aku, aku mencintaimu"

🥀🥀🥀

Kabar Kyungsoo dan Wendy putus cepat menyebar dikalangan member EXO dan Red Velvet. Para member merasa kasihan karena keduanya terlihat begitu murung pasca putusnya hubungan mereka. Kyungsoo yang awalnya ekspresif kini menjadi pendiam. Berbeda dengan Wendy yang terlihat sangat bersemangat saat latihan ataupun di depan orang lain tapi ketika gadis itu sampai di dorm ia akan mengurung diri di kamar.

Saat keduanya berpapasan di studio pun seakan tidak saling mengenal. Mereka saling menghindari kontak mata. Walau tidak dapat dipungkiri ketika jaraknya sudah jauh mereka akan saling mencari.

Wendy cukup kecewa, Kyungsoo tidak memberinya penjelasan sama sekali. Malam itu, Wendy terlampau bingung hingga tidak mampu bertanya alasannya. Semuanya terjadi begitu cepat. Pelukan itu, ciuman itu, dan permintaan putus oleh Kyungsoo. Wendy sakit hati tentu saja. Pikiran buruk terus memenuhi kepalanya.

Apa ia membuat kesalahan? Apa ia tidak cukup baik? Atau Kyungsoo sudah menyukai orang lain?

Semakin Wendy memikirkannya, denyutan di kepalanya semakin hebat. Tangisnya tidak bersuara pun tidak mau berhenti. Yang bisa ia lakukan adalah mengurung diri di kamar, di balik selimutnya sembari melihat fotonya bersama Kyungsoo. Walau ia tau hal itu semakin membuat hatinya sakit, tapi tidak ada hal lain yang bisa ia lakukan. Sebenarnya ia ingin bertanya tentang semuanya, tapi sepertinya sudah terlambat. Biar Kyungsoo yang menjelaskannya sendiri, begitu pikirnya.

"Eonni, ayo setelah latihan kita main ke Hongdae" ajak Joy saat Wendy masih sibuk menghapus peluhnya setelah latihan dance hari itu.

"Hm? Kenapa tiba-tiba sekali?"

"Yah hanya ingin saja. Mau ya Eonni, kita sudah lama tidak jalan-jalan"

Wendy terlihat ragu pasalnya ia berencana akan mengurung dirinya kembali seharian. Rutinitas yang ia jalani pasca putus dari Kyungsoo.

"Tapi apa manajer memperbolehkan?"

"Tentu saja boleh. Aku sudah bilang kok" sahut Seulgi.

"Hmm..." Wendy masih terlihat ragu membuat member RV gemas sendiri.

"Ayo Wen, anggap saja refreshing. Nanti kita pergi ke karaoke juga" kali ini Irene menambahi.

"Baiklah" jawab Wendy kemudian.

"Yes! Eonni terbaik!" Joy memeluk Wendy yang kini tersenyum. Rasanya memang sudah lama mereka tidak pergi main bersama setelah resmi memiliki grup debut. Lagipula Wendy ingin mencoba melupakan kesedihannya juga ingatan tentang Kyungsoo. Setidaknya untuk kali ini saja.

Malamnya mereka pergi ke Hongdae menikmati jalanan malam yang ramai. Sesekali mereka berhenti untuk melihat orang yang sedang busking. Lalu mampir ke beberapa toko untuk sekadar membeli pernak-pernik lucu dan tentu saja mereka tidak akan melewatkan jajaran kuliner disana. Hingga puncaknya mereka pergi ke karaoke dan menghabiskan malam untuk bernyanyi hingga suara mereka hampir habis. Malam itu dipenuhi oleh canda dan tawa. Dan malam itu akhirnya tidak ada ingatan tentang Kyungsoo yang memenuhi pikiran Wendy. Setidaknya untuk malam itu.

🥀🥀🥀

"Oppa, tunggu"
Kyungsoo semakin mempercepat jalannya setelah tau yang memanggilnya adalah Shin Minji. Ia hampir mencapai pintu studio ketika akhirnya Minji memegangi lengannya namun Kyungsoo langsung menepisnya.

"Kau mau apalagi?" Minji tidak langsung menjawab. Malahan kini ia melipat tangannya didepan dada lalu menunjukkan smirknya.

"Wah, kau sangat menyukainya ya Oppa? Lihat sekarang..." Minji memandangi Kyungsoo dari atas sampai ke bawah.

"...you look like a mess"

Kyungsoo menghela nafasnya. Entah kenapa perkataan Minji barusan tidak menyinggungnya sama sekali. Ya he look like a mess, totally.

"Yes i am, so mind your own business" tak ingin berlama-lama Kyungsoo membalikkan badan dan berniat masuk ke studio. Tapi perkataan Minji selanjutnya membuatnya terpaku.

"Yah, jika urusanku ada hubungannya dengan putusnya kau dan Wendy, bagaimana?"

"Apa maksudmu?"

"Kau tidak penasaran darimana mereka dapat video itu?"
Kyungsoo membalikkan badannya dan menatap tajam tepat pada mata Minji. Tapi gadis licik itu tidak goyah sama sekali, malahan ia maju selangkah mendekati Kyungsoo.

"Jadi kau yang mengirimkannya pada mereka?"

"Iya, bagaimana? aku hebat bukan?"

Kali ini Kyungsoo mengeraskan rahangnya. Tangannya mengepal kuat hingga memutih, jika saja Minji bukan wanita bisa dipastikan Kyungsoo sudah melayangkan pukulan sejak tadi.

"Apa maksudmu melakukan itu? Hah?"

"Harusnya kau tidak perlu bertanya oppa, kau sudah tau jawabannya bukan?"

Minji semakin melebarkan senyumnya yang lebih terlihat seperti seringaian. Sebenarnya Kyungsoo tau apa maksudnya. Gadis itu ingin kembali bersama Kyungsoo, tapi tentu saja Kyungsoo tidak sudi.

"Jangan harap aku mau kembali denganmu" setelah mengatakan itu Kyungsoo langsung berbalik memasuki studio dan membanting pintunya. Ia sudah tidak peduli lagi dengan gadis gila macam Shin Minji.

"Ck, masih saja keras kepala, tunggu saja tanggal mainnya Oppa"

Our Story ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang