"Apa kau siap semisal nanti hubungan kita diketahui publik dan kemungkinan kau kehilangan fans mu?" - 🐿
"Tentu saja aku siap. Sejak aku menyatakan perasaanku padamu, aku sudah siap menerima apapun" - 🐧
Tapi kenyataan tidak selalu indah bukan?
"Hei sialan!" tubuh Wendy ikut tertarik ke belakang saat seseorang menarik rambutnya. Ia mengaduh kesakitan tapi sepertinya seseorang itu tidak memiliki rasa kasihan sama sekali.
Bugh!
Tubuhnya menghantam dinding. Wendy terduduk di lantai yang sudah membeku, sembari memegang kepalanya yang masih terasa sakit. Ia menyipitkan matanya, beberapa gadis sudah mengerubunginya di antara lorong sempit rumah kosong yang sepertinya tidak jauh dari gedung agensinya.
"Kalian... siapa?" tanya Wendy gemetaran karena dingin. Gadis di depannya tertawa sumbang lalu kembali menarik rambut Wendy, kali ini lebih kencang.
"Kau tanya kami siapa? Yak! Harusnya kami yang bertanya, kau itu siapa hingga berani mendekati Kyungsoo Oppa?!"
Wendy membelalakkan matanya. Bagaimana mereka bisa tau? Wendy mencoba melepaskan tangan gadis itu dari rambutnya, namun gagal karena kini 2 gadis lainnya memegangi tangannya. Membuat Wendy tidak bisa berkutik bahkan saat tangan yang lain sudah menamparnya, menimbulkan bekas merah pada pipi seputih salju yang turun malam itu.
"Hei Son Wendy, dengarkan aku. Jauhi Kyungsoo Oppa atau kau akan menerima yang lebih parah dari ini"
setelah berkata seperti itu, mereka pergi meninggalkan Wendy disana. Di tengah malam bersalju Wendy berjalan terseok menuju dormnya. Padahal ia juga sedang dalam keadaan lelah sehabis latihan seharian di studio. Sakit dikepalanya dan di pipinya pun masih terasa walaupun tidak sebanding dengan sakit di hatinya.
Saat ia sampai, ruang tengah masih terang, ia pun menutupi wajahnya dengan syal yang kebetulan ia bawa. Dan menutupi kepalanya dengan tudung jaket yang ia kenakan.
"Kau baru pulang?"
Irene yang duduk di sofa melirik sekilas pada jam dinding di atas televisi, pukul 1 dini hari. Wendy hanya mengangguk sekilas lalu masuk ke kamarnya. Menangkap gelagat aneh tersebut, Irene mengikuti Wendy. Ia masih memperhatikan Wendy yang langsung menyelubungi diri dengan selimut.
"Wan-ah, kau tidak enak badan?" tanya Irene pelan mendekati ranjang Wendy karena Seulgi sudah terlelap di ranjang sebelahnya.
"Tidak eonni, aku hanya mengantuk" jawab Wendy samar di balik selimut, tapi tidak bisa menutupi suaranya yang serak khas orang menangis. Irene menyibak selimut Wendy dan mendapati mata sembab, hidung memerah, dan bekas telapak tangan di pipi kanan gadis itu. Tidak lupa rambutnya yang acak-acakan.
"Ya... kau.. siapa yang melakukan ini?" suara Irene bergetar menahan marah. Ia memeluk Wendy yang kini tangisnya sudah pecah. Irene mengelus punggung Wendy, mencoba menenangkan gadis itu. Kegiatan mereka rupanya membangunkan Seulgi yang kini ikut memeluk Wendy walaupun rautnya terlihat bingung.
"Ada apa dengan Wendy?"
tanya Seulgi tanpa suara pada Irene tapi hanya di balas gelengan. Dini hari itu, setelah Wendy cukup tenang, ia menceritakan semuanya. Irene dan Seulgi tentu saja merasa marah, tapi tidak bisa melakukan apa-apa.
Wendy melarang mereka bercerita pada orang lain, termasuk Kyungsoo. Wendy yakin, kejadian ini adalah yang pertama dan terakhir karena hubungan mereka sudah berakhir, bahkan sudah berlalu hampir 1 bulan. Tapi anehnya, kenapa gadis-gadis itu tau hubungan mereka? bahkan mengganggu Wendy sekarang?
⚘⚘⚘
Drtt drrt
Kyungsoo membuka ponselnya, satu notifikasi pesan muncul dengan nomor tidak dikenal. Kyungsoo memutar video yang dikirim, betapa terkejut dan marahnya saat ia melihat Wendy di jambak, di tampar, serta di ancam dalam video berdurasi tak lebih dari 1 menit itu.
Tak pikir lama Kyungsoo langsung menghubungi nomor si pengirim video. Suara tawa seorang perempuan langsung menyambut telinganya saat telepon tersambung. Emosi Kyungsoo tidak terbendung lagi setelah mengenali suara perempuan itu.
"Yak! Shin Minji! Apa mau mu hah? Jangan ganggu Wendy!"
"Haha tenang lah oppa. Ini baru permulaan"
"Apa maksudmu sialan?! Kau masih tidak puas membuat hubungan kami berakhir?!"
"Tentu saja tidak, karena kau tidak mau kembali dengan gadis yang kau sebut sialan ini"
"Gila... kau sudah gila"
"Iya, aku gila karena kau Do Kyungsoo. Jadi kembalilah padaku maka si Wendy sialan itu akan hidup tenang"
Kyungsoo langsung mematikan sambungan teleponnya. Ia tidak habis pikir, bagaimana bisa ada orang gila seperti Minji. Pikirannya kini hanya satu, ia harus menemui Wendy. Kyungsoo pun langsung bergegas keluar dari dormnya dan berlari menuju dorm Wendy, tidak peduli tubuhnya kedinginan karena ia bahkan lupa untuk sekadar mengenakan jaket.
Beruntung hari masih subuh, setidaknya tak banyak orang di jalanan. Jadi tak ada yang mengenali Kyungsoo walaupun laki-laki itu tanpa masker ataupun topi untuk menyamarkan wajahnya. Disepanjang jalan ia tak lepas dari ponselnya, mencoba menghubungi Wendy walaupun sepertinya gadis itu sama sekali tidak berniat mengangkat teleponnya.
"Tolong angkatlah..."
ucap Kyungsoo sembari menggigit bibir bawahnya. Tapi sampai ia tiba di depan dorm pun Wendy tetap tidak mengangkat teleponnya. Kyungsoo menekan bel di dorm RV berulang kali. Setengah putus asa ia berniat menggedor pintu ketika tiba-tiba seseorang keluar dari sana.
"Apa yang kau lakukan disini, sunbae?" ucap Irene dingin.
"Maaf noona, aku ingin bertemu dengan Wendy"
"Tidak, pulanglah" larang Irene yang kini berdiri di tengah-tengah pintu.
"Noona, aku mohon. Aku harus tau keadaannya sekarang. Aku tau semuanya" Kyungsoo berusaha menerobos tapi Irene mendorongnya kuat-kuat.
"Kyungsoo-ya tolong pergi! kalau kau seperti ini malah semakin membuat Wendy dalam bahaya. Kau tau maksudku kan?"
"Tolong.. tolong pergi dan jauhi Wendy"
Irene menutup keras pintu dormnya meninggalkan Kyungsoo yang masih diam berdiri disana. Berbagai perdebatan batin singgah dalam bisunya.
Mungkin dari awal seharusnya ia tidak egois. Melindungi Wendy dari fansnya? Cih, bahkan melindungi dari kegilaan mantannya saja tidak bisa.
Kau hanya seorang pecundang Do Kyungsoo. Kau bahkan tidak bisa melindungi orang yang kau cintai.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
-Pada akhirnya kau harus memilih, bertahan dalam keegoisan atau berpisah demi melindungi-