Begin

587 61 0
                                        

Suatu kebodohan bagi Kyungsoo bertingkah konyol di depan Wendy. Bagaimana tidak? Saking kagetnya ia bertatapan dengan Wendy, secara spontan juga dunia nya terasa berhenti berputar. Termasuk kegiatan mengunyahnya, tidak sadar masih ada sehelai ramyeon yang menjuntai di ujung bibirnya.

"Hahh, pasti muka ku terlihat sangat bodoh." gerutunya bahkan setelah latihannya selesai di keesokan harinya.
"Ada apa hyung? sepertinya kau punya masalah" Jongin duduk disamping Kyungsoo. Badannya berkeringat setelah berlatih dance.
"Hhh, molla" jawab Kyungsoo asal dan menyenderkan punggungnya ke sofa di pojok ruang dance. Jongin mengernyit sambil mengelap keringatnya dengan handuk kering. Sedetik kemudian ia tersenyum miring.
"Apakah masalah wanita?" Kyungsoo terbelalak mendengar tebakan Jongin yang tepat sasaran. Kyungsoo terdiam, tidak menyanggah maupun mengiyakan.

Bicara soal wanita memang bukan hal baru bagi Jongin. Ia terkenal playboy kelas kakap dari sebelum trainee. Bahkan kabarnya ia sekarang tengah dekat dengan member girlgroup asuhan agensi mereka juga. Berbanding terbalik dengan Kyungsoo. Yah meskipun dulunya ia sempat memiliki pacar namun tidak berakhir dengan baik. Tetap saja, urusan wanita adalah hal yang rumit.

Kyungsoo sering dijadikan tempat curhat Jongin, baik masalah wanita maupun masalah lainnya. Meskipun Kyungsoo hanya diam mendengarkan, tidak memberi nasihat ataupun mengomentari cerita Jongin, tapi toh Jongin lebih nyaman seperti itu. Terkadang orang hanya ingin mencari tempat cerita bukan pemecah masalah. Dan Kyungsoo adalah sosok yang tepat.

Kyungsoo pun demikian. Ia juga sering bercerita dengan Jongin. Tapi entah kenapa ia kesulitan untuk menceritakan tentang hatinya yang tiba-tiba berdebar ketika memikirkan kembali kejadian kemarin di Cafetaria. Dan mengingat hal itu membuatnya kembali mengutuki dirinya sendiri. Jongin hanya menggeleng pelan melihat kelakuan hyungnya itu.
.
.
.
"Yak berhenti kalian berdua!" seru Wendy di susul Seulgi dari belakang berusaha menghentikannya. 2 orang gadis yang merasa terpanggil pun menoleh ke arah Wendy dan Seulgi.

"Oh, mencari tameng rupanya?" salah satu gadis yang jangkung mendekati mereka. Ia melirik Seulgi lalu menatap Wendy dan menyapukan pandangannya dari ujung kepala sampai kaki. Ia tersenyum sinis dengan pandangan merendahkan. Satunya lagi hanya terdiam. Wajahnya terlihat polos hingga rasanya tak mungkin gadis itu ikut mengganggu Seulgi.

"Kenapa kau menampar Seulgi?"
"Hmm kenapa? Tentu saja karena ia pantas di tampar" gadis itu melipat tangannya di depan dada dan menyenderkan badannya di dinding.
"Memangnya Seulgi punya salah apa?" Wendy masih mencoba mengontrol emosinya.
"Punya salah apa katamu? Yak, Seulgi si sialan itu selalu mencari perhatian para pelatih. Padahal... cih, skill dance dan vocalnya biasa saja. Kau juga sama saja buruknya."
"Jadi karena itu? Bukankah kau hanya iri?"
"Hah? Iri? Kenapa juga aku iri dengan gadis rendahan seperti kalian."
"Ahhh, gadis rendahan ya. Bukannya kau yang lebih rendah karena sering menjilat? Kau tahu maksudku kan. Eh kecuali kalau kau bodoh, akan aku maklumi" Wendy tersenyum puas melihat perubahan raut wajah gadis jangkung di depannya.
"Mwo?! Dasar jalang, kemari kau, akan ku beri pelajaran pada mulut kurang ajarmu itu." gadis jangkung itupun menyerang Wendy. Wendy yang tidak mau kalah pun balas menyerang hingga terjadilah aksi jambak-menjambak. Seulgi dan si gadis polos itupun berusaha melerai.

"Yak yak! Ada apa ini?"
.
.
.
Kyungsoo dan Jongin berjalan pelan untuk kembali ke dorm mereka. Kyungsoo memperhatikan keluar jendela yang ia lewati.
"Ah, hujannya deras sekali."
"Yah dan kita tidak membawa payung" Jongin mendesah pelan. Ia tidak suka kehujanan. Begitu pun Kyungsoo.
"Yah tidak ada pilihan lain. Kita harus menunggu hujan reda. Ayo ke lobby." Mereka dalam perjalanan ke lobby ketika dari kejauhan mereka melihat Chanyeol dan Sehun bersama beberapa gadis.

"Chanyeol hyung, Sehun-ie!" Jongin berteriak memanggil mereka. Semuanya menoleh termasuk gadis-gadis itu.
Tu-tunggu. Bukankah itu.. Wendy? Kyungsoo membenarkan kacamatanya. Ia sedikit terkejut melihat keadaan Wendy yang rambutnya telah acak-acakan. Sebenarnya bukan cuma Wendy, tapi Lee Jin Ah -si gadis jangkung- juga sama kacaunya dengan Wendy.

"Kalian.. kenapa?" Jongin memperhatikan gadis itu satu persatu. Tak kalah terkejutnya dengan Kyungsoo.
"Entahlah, mereka bertengkar saat aku dan Chanyeol hyung lewat disini." Sehun menanggapi pelan.
"Ah oppa, mereka mengganggu kami duluan. Iya kan, Minji?" Jin Ah -si gadis jangkung- menyenggol pelan lengan Minji. Minji melihat Kyungsoo yang menatapnya dengan pandangan dingin.
"Yak! Siapa yang menganggumu hah? Kau yang menyakiti Seulgi duluan" Wendy menanggapi dengan tidak sabar. Tentu saja. Karena gadis di depannya ini berlagak seperti korban.

"Aish, sudah cukup. Aku tidak tahu masalah kalian, tapi jangan bertengkar lagi. Kalau kalian ketahuan oleh staff disini, kalian tidak akan boleh latihan lagi atau bisa jadi kehilangan kesempatan untuk debut." Chanyeol menengahi mereka sebelum aksi jambak-jambakan itu terjadi lagi.
"Dan kalian berdua sudah lebih lama disini. Jadi jangan meributkan hal tidak penting." Kyungsoo berkata cepat. Jin Ah pun mendengus keras lalu menarik tangan Minji untuk pergi. Minji masih memperhatikan Kyungsoo, namun perhatian Kyungsoo terpusat pada Wendy.

Kyungsoo masih belum mengalihkan tatapannya pada Wendy. Awalnya ia khawatir dengan keadaan gadis itu, tapi semakin lama kekhawatirannya menghilang. Wendy merapikan rambutnya yang mencuat ke berbagai arah. Sedikit ada memar di wajahnya namun sepertinya ia lebih sibuk memperhatikan temannya hingga tidak terlihat merasakan sakit sedikitpun. Kyungsoo pun diam-diam mengulum senyumnya.

"Kalian Wendy dan Seulgi kan? Kami pulang duluan ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kalian Wendy dan Seulgi kan? Kami pulang duluan ya. Jaga diri kalian dan jangan terlibat pertengkaran lagi" Chanyeol menepuk pelan pundak Wendy dan Seulgi.
"Ne, sunbae" Chanyeol dan Sehun telah berjalan lebih dulu. Kyungsoo masih menatap Wendy ketika Jongin menepuk pundaknya.
"Hyung, ayo pulang. Hujannya sudah reda"
"E eoh, kajja" Kyungsoo membungkuk singkat kepada Wendy dan Seulgi. Wendy membalasnya dengan tersenyum tipis.

"Ah sunbae, tunggu sebentar" Wendy menyodorkan totebag nya kepada Kyungsoo dan Jongin.
"Ini apa?"
"Itu cookies buatanku. Masih ada beberapa. Untuk sunbae dan teman-teman sunbae saja"
"Ah terima kasih" Kyungsoo tersenyum. Senyum yang tidak pernah ia perlihatkan pada siapapun. Wendy mengangguk pelan. Sedangkan Jongin sedari tadi hanya memperhatikan dan tersenyum singkat.

Jadi.. gadis ini ya?
.
.
.
Malamnya Seulgi terkena demam karena tidak berhenti menangis semenjak pulang dari agensi. Seulgi merasa bersalah karena Wendy ikut terkena masalahnya. Wendy menyiapkan handuk basah untuk mengompres Seulgi setelah sebelumnya sudah makan dan minum obat. Syukurlah bekas tamparan di pipinya sudah menghilang. Wendy keluar sebentar untuk membeli cokelat. Setelah kembali, ia menulis di beberapa sticky notes berbentuk hati dan menempelkannya pada cokelat-cokelat tadi, lalu dimasukkan ke tas Seulgi. Wendy duduk di ranjangnya. Membuka ponselnya dan menekan icon gallery. Ia melihat satu persatu potret yang di ambilnya saat ia masih di Canada. Foto bersama orang tua nya, foto dengan eonni nya, foto dengan teman-temannya, lalu berhenti di satu foto. Foto Wendy dengan laki-laki sebayanya. Ia termenung lama dan kembali tersadar ketika sebuah pesan masuk.

Wendy, aku merindukanmu. Ayo bertemu.

 Ayo bertemu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Our Story ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang