June menyandarkan dirinya pada bangku kemudi, menatap keadaan sekitar yang mana sangat sepi. Mungkin hanya dirinya yang berada di lingkungan itu sekarang.
Entah june harus melangkah keluar dari mobilnya atau tidak, ia takut hatinya akan sangat sakit seperti ketika waktu itu ia pertama kali menginjakkan kakinya di tempat ini.
Perlahan tapi pasti, june meraih knop mobilnya, tak lupa juga ia menggenggam sebuah bunga. Bunga yang seakan menjadi media alat penyampai kerinduan pada seseorang.
Langkah kakinya perlahan terhenti di depan sebuah nisan. Dimana di nisan itu tertulis nama orang yang dikasihinya, serta tanggal lahir dan juga tanggal orang itu meninggalkan dirinya.
Roseanne
Hanya nama itu yang sekarang mampu membuat setitik air mata turun dari dari pelupuk matanya tanpa ada izin terlebih dahulu.
June bersimpuh dan menyangga kekuatan badan dengan lututnya. Ia meletakkan sebucket bunga pada gundukan rumput hijau tersebut, kini jemarinya mengusap pelan nisan tersebut berusaha menghapus tetesan air disana. Tetesan yang berasal dari hujan sebelum dirinya datang kesini, hidung june bahkan masih bisa dengan jelas mencium bau tanah akibat hujan tersebut.
Tak ada kata yang terucap dari bibirnya saat itu. Namun hatinya masih merasakan perih yang amat sangat. Hatinya ingin berteriak bahwa ia merindukan rose, bahwa ia ingin meminta maaf atas apa yang telah terjadi pada perempuan itu.
June terlonjak kaget, ia mendudukkan dirinya sambil sesekali berusaha menetralkan detak jantungnya yang tak karuan, dan juga ia berusaha menghapus peluh keringat yang berada di dahinya.
Lagi lagi mimpi itu. Sebuah mimpi yang mungkin saja bisa menjadi sebuah kenyataan dan jika hal itu terjadi june harus siap kapanpun dengan kejadian itu. Namun disatu sisi june masih berharap kalau mimpi itu tidak akan pernah terjadi di hidupnya untuk saat ini.
June menoleh pada jam dinding kamarnya, sudah hampir siang hari dan june harus bergegas membenahkan dirinya sebelum bertemu dengan rose.
※※※※※
June melangkah memasuki rumah sakit dan langsung menuju ke ruangan dimana rose berada disana.
Ketika sampai di depan pintu, june hanya bergeming, memperhatikan dua orang di dalam sana melalui kaca kecil di pintu. June seketika muak, untuk apa kedua orang itu berada disini? Mungkin ia harus berpikir ulang, yang satu sangat wajar karena rose merupakan putrinya. Tapi yang lain? Haaah, june tidak mengerti jalan pikirannya.
Hingga kedua orang itu menyadari eksistensi june di depan pintu, mereka beranjak dari dalam sana dan seakan memberikan kesempatan bagi june untuk bertemu dengan rose.
June kini berdiri berhadapan dengan kedua orang itu, lebih tepatnya dirinya berhadapan dengan sang papa. June sebenarnya enggan untuk bertatapan dengan sang papa seperti saat ini.
"Jun ----" ucap sang papa yang belum benar benar selesai karena kini june langsung masuk ke ruangan itu dan menutup pintunya dengan keras sehingga menghasilkan suara dentuman keras.
Lelaki itu, papa june, kini dapat merasakan usapan di punggungnya dari perempuan yang ada di sebelahnya. Perempuan itu seakan memberikan semangat untuk dirinya supaya lebih sabar. Dalam lubuk hati terdalamnya, ia sangat menyesali perbuatannya. Ia sungguh tidak memprediksi kejadian seperti ini akan terjadi.
"Selamat siang, rose" ucap june dengan senyum yang dipaksakan sambil berusaha mendudukkan dirinya di kursi yang berada di sebelah tempat rose sekarang berbaring lemah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kiss Me or Slap Me ✔
Fanfiction"wanna play rock, scissor, paper with me? if won, you can slap me anywhere you want and if you lose.... ... ... ... Give me a quick kiss" ⚠⚠⚠⚠ 17+ harsh word Ff dengan rasa lokal Some chapters will privated Start : 28-06-2018 End : 23-02-2019