18: June

2.7K 279 13
                                    

Kepulan asap kini hampir memenuhi sebuah ruangan yang lumayan luas. Semakin lama hembusan keluar dari mulut seorang june, semakin banyak juga asap yang akan terkumpul disana.

Sejauh ini tidak ada asisten rumah tangga yang berhasil menghentikan aksinya. Begitu mereka mencobanya, hanya tatapan tajam yang akan mereka dapat.

Sebenarnya cukup memusingkan untuk june, dirinya bagaikan anak rantau di keluarganya sendiri. Kadang ia harus ke rumah papanya, mamanya atau bahkan ke apartemen miliknya sendiri. Biarkan urusannya yang membawa langkahnya kemana hendak pergi. Otaknya cukup sakit mengingat perceraian kedua orangtuanya beberapa tahun lalu.

Hembusan nafas panjang dan asap keluar lagi memenuhi ruangan. Seorang wanita paruh baya berjalan menghampiri june dengan satu tangannya yang mengipasi udara dan yang lainnya menutup hidungnya sendiri.

"Kamu masih waras engga sih june? Kamu mau satu rumah ini penuh sama asap rokok kamu itu hah?" tanya mama june setengah emosi. Hanya setengah, karena sekali ia mengeluarkan emosinya maka anaknya akan lebih emosi.

June menatap sekilas mamanya tersebut dan kini memelintir rokoknya di asbak.

"Jangan terlalu banyak ngerokok sama minum minum" ucap mama june.

Namun june hanya tersenyum miris. "Sejak kapan mama peduli? Perasaan semenjak keluarga kita pisah, mama engga pernah sepeduli ini. Bukannya yang mama peduliin cuma warisan yang nantinya bakal papa kasih buat anak satu satunya ini?"

June mengambil jeda sejenak sebelum melanjutkan perkataannya. "Lagian ya ma, kata orang itu rokok itu sepaket sama alkohol"

Mama june hanya bisa memijat kepalanya sejenak. Anaknya ini harus dikategorikan sebagai apa? Anak durhaka? Tapi june masih mau menjalankan segala perintahnya walaupun omongannya terkadang menyakitkan.

"Kalau mama sekarang cuma pengen nanya apa yang nanti bakal aku lakuin, jawabannya adalah tenang aja. Aku tau apa yang harus aku lakuin" jelas june.

"Kamu yakin semua bakal baik baik aja?" tanya perempuan itu memastikan.

June mengangguk.

"Gimana kalau kamu yang jadi korban permainan kamu sendiri?"

June menatap mamanya. "Resiko diri sendiri ma. Kalaupun aku yang jadi korban permainan ini sendiri, setidaknya kita ikutin gimana alurnya nanti"

"Mama engga mau kamu terjebak sama perempuan yang salah"

"Engga ada ceritanya seorang june pernah terjebak sama perempuan yang bener dan baik ma" ucap june jujur.

"Jun---"

"Kalau aku terjebak sama perempuan yang salah kali ini. Mama tau kan apa yang harus mama lakuin?" tanya june.

Mamanya mengangguk. Sejujurnya ia sendiri merasa berat untuk mengiyakan omongan anaknya itu.

"June harus siap siap" kata june dan kini ia melangkah ke lantai atas untuk mempersiapkan dirinya.












※※※※※

Rose berdiam diri menatap pantulan dirinya di cermin. Sesekali ia mengeratkan genggaman tangannya pada gaun selutut yang ia kenakan.

Ia bertanya pada dirinya, haruskah ia tampil seperti ini di acara yang mengesalkan? Kenapa ia harus tampil mengesankan untuk orang yang salah atau bahkan tidak berhak?

Akhirnya ia melangkahkan kakinya menuju ke ruang tamu, menghadapi chanyeol dan mamanya yang kini tengah tersenyum kala dirinya tiba.

Kiss Me or Slap Me ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang