Ada kalanya
Ketika penebang pohon memiliki pasangan, dan memutuskan hidup berpasangan, lalu hampir melepaskan satu per satu jalinan pertemananPergi ke sana kemari , bersosialita dengan kawan tapi membuat kubu seolah dunia milik berdua tanpa batas jelas
Seolah makhluk lainya seperti semut berlalu lalangWaktu luang untuk diri sendiri dari hal kecil hingga misteri kesenagan sejati dikorbankan
Tanpa kabar lalu berlalu
Masih manis tapi dibuang
Mengubah keadaan menjadi terbuang karna sudah asamTanpa hatur penyesalan karna dilanda tandus
Tidak mungkin kembali untuk memperbaiki ketidak-utuhan hutan belantara yang batangnya mulai berhamburan karna memang takdir membuatnya tersisih helai demi helai
Manalah ada takdir yang bisa membantah datangnya angin dan badai, dalam keadaan gentingpun, penebang memilih pergiLalu kembali merangkul satu per satu dahan pohon yang dulu dihanyutkan di sungai
Beberapa pohon memang hanya berkutik di arus itu saja, dan ada sungai yang mempunyai hilir dan berkahir di lautan lepas...Dimanakah aku?
Badai yang berpanjangan membawaku ke lautan luas
Aku terlanjur diolah menjadi bagian dari sebuah kapal
Dan melihat dari jauh hal hal menggelikan di genangan sungai ituKenapa kalian tetap menjadi kayu milik penebang pohon, meski sudah ia hanyutkan???
Apakah kayu yang sudah terendam air begitu lama, mampu untuk menjadi tunas baru ??Yaaaa si Penebang pohon hanya pernah tersesat sekali hingga memutuskan menghanyutkan semua kayu miliknya
Kayu kayu yang Naif
Disitu dan begitulah alur kehidupan kalian
Datang karna butuh, berkumpul karna saling membutuhkan
Murah hati meski ditelantarkan
Rendah hati atau bodoh itu seperti sehelai kain organdi perak yang samarTapi kalian menggelikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kerinduan Akan Masa
PoetryMimpi hari ini ku lanjutkan esok Bersama Sang Lucid Dream, aku memulai setiap cerita Bersama dengan Sang Fana, aku merangkum setiap kata Inilah Sajak Kerinduan Akan Masa Sebuah masa yang akan hilang dan terganti menjadi sebuah kenangan. Kenangan d...