"Maneken lama. Sebelum butik ini dibeli bos kita, dia sudah ada. Diletakkan di gudang karena pemilik pertama melarang membuangnya," jelas Seungkwan, sambil merapikan pakaian yang tergantung. Beralih ke rak di sebelah, "memangnya ada apa? Kenapa sampai pada maneken pun kamu kepo sekali?"
Seokmin menggeleng kuat. Ikut membereskan pakaian yang ada di rak. Ia harus menggali informasi tanpa menimbulkan kecurigaan. "Aku hanya penasaran. Kenapa maneken itu tidak pernah dibiarkan berdiri di etalase?"
"Kamu tidak lihat? Patung itu cacat. Jarinya pecah. Sebenarnya hendak dibuang oleh bos kita, tapi ya kataku tadi. Dilarang oleh pemilik lama butik ini."
"Apa kamu tahu kenapa?"
Seungkwan menghentikan aktivitasnya. Memfokuskan diri pada Seokmin dengan tatapan mata penuh intimidasi. Sepertinya ia mulai curiga. Pasti ada sesuatu yang secara diam-diam Seokmin lakukan terhadap maneken tersebut. "Ayo katakan padaku! Mau kamu apakan patung itu?"
"Eh?" Seokmin terkesiap. Mundur selangkah dari posisi berdirinya.
"Apa patung itu mau kamu jadikan sebagai boneka seks? Seperti yang ada di Jepang itu? Aku mohon sadar, Seokmin-ah... Itu benda mati!"
"Ya! Untuk apa aku melakukan hal yang tidak manusiawi seperti itu? Aku bisa menyewa gadis, daripada menyetubuhi patung!" Seokmin menyahut dengan suara yang tak kalah nyaringnya.
Tanpa disangka, si pemilik butik telah berdiri di belakang mereka berdua sedari tadi. Menguping pembicaraan karyawannya. Junhui merinding. Tak menyangka bahwa salah satu diantaranya telah mengalami kelainan seksual. "Aku menggaji kalian untuk bicara pada pelanggan, bukan membicarakan patung dan dijadikan objek seks!"
Seokmin dan Seungkwan menunjukkan kekompakkan. Langsung berbalik badan, menemukan keberadaan atasan mereka tepat di belakang. Wajah Junhui merah legam. Sama persis saat pertama kalinya Seokmin mendatangi butik MingMing ini. Ketahuan melakukan hal terlarang sebelum waktunya tiba. Ah, tapi tidak bisa sepenuhnya disalahkan juga. Tinggal menghitung minggu, keduanya akan melangsungkan pernikahan.
"M-maaf," Seokmin menjerit di dalam hati. Ini kesempatan yang bagus untuk menanyakan banyak hal tentang maneken Jisoo. Namun jika melihat ekspresi Junhui sekarang, nampaknya kurang tepat. Ada apa ini? Apakah Minghao sedang berada dalam masa bulanan sehingga Junhui tidak mendapat jatah dan melampiaskannya ke karyawan? Tidak biasanya Junhui marah. Seokmin melanjutkan kalimatnya. "Bukan itu maksudku. Aku hanya penasaran kenapa maneken itu tidak pernah dipajang di etalase padahal masih sangat bagus."
Kening Junhui mengerut. Kepala meneleng. Nampak jelas tak mengerti dengan apa yang Seokmin maksudkan. Babon ubanan! Tidak mengerti tapi malah marah-marah. "Maneken yang mana?"
"Maneken lama, Bos. Maneken peninggalan pemilik lama butik. Yang kata pemiliknya tidak boleh dibuang," Seungkwan coba menjelaskan.
Junhui mengangguk-anggukkan kepalanya. Mulai meninggalkan kedua karyawannya, tidak menjawab pertanyaan yang Seokmin lontarkan. Serta tak menanggapi penjelasan dari Seungkwan tadi. Ajaib. Atasan Seokmin yang satu ini memang sangat ajaib!
Seokmin berbisik pada Seungkwan. "Bos kenapa?"
Mengangkat bahunya, Seungkwan kembali merapikan pakaian di atas rak. "Paling masalah biasa. Bersitegang dengan Minghao dalam menentukan konsep pernikahan."
"Oh... Aku kira gara-gara sudah lama tidak mendapat jatah," Seokmin menyahut dengan santainya. Tidak memperdulikan raut wajah Seungkwan yang malah hendak memukul kepalanya.
"Jaga ucapanmu! Kalo mereka dengar, kamu bisa dibuang ke Tembok Raksasa Cina!"
Seokmin beberapa kali berusaha mencari celah untuk menggali informasi tentang maneken Jisoo. Namun, selalu saja gagal. Seungkwan tak terlalu banyak tahu, meskipun ia adalah karyawan yang paling lama bekerja di butik MingMing.
KAMU SEDANG MEMBACA
MANNEQUIN (✓)
Fanfiction[Seoksoo GS Fanfiction] Mannequin (Maneken) adalah boneka manusia yang seluruh tubuh atau setengah badannya dipakai sebagai model untuk memperagakan busana di toko. Boneka ini sering dipamerkan di etalase toko atau butik sehingga juga disebut boneka...