26. Pernyataan Cinta Diiringin Janji

1K 209 77
                                    

"Kenapa dia lama sekali?" tanya Jisoo. Merapat, gadis maneken itu merengut. Bosan berdiam diri di dalam mobil terlalu lama. Tak melakukan apa-apa. Bersender di bahu Seokmin, lalu menggoyangkan kepalanya sedikit. Mencari posisi ternyaman. "Kenapa dia harus menyembunyikan identitas? Kalau aku sudah menjadi manusia, bagaimana caranya aku mengenali dia, jika wajahnya terus disembunyikan seperti itu?"

Seokmin terkekeh kecil mendengar omelan Jisoo. Turut merapat, agar gadis itu semakin nyaman bersender di bahunya. Seokmin juga menyenderkan kepala di puncak kepala Jisoo yang menyentuh pipinya. "Kamu tidak perlu mengenali dia untuk berteman. Berbuat baiklah pada semua orang, akan secara otomatis kamu juga akan menjalin hubungan yang baik dengan dia. Mudah, kan?"

Pemuda Lee itu dapat merasakan dengan amat jelas bagaimana kepala Jisoo bergerak. Mengangguk. Menyetujui permintaan Seokmin. "Aku sudah tidak sabar. Aku ingin menjadi manusia normal sepertimu. Setelah itu, kita jalan-jalan berdua. Janji?"

Kembali membahas manusia, rasanya hati Seokmin bercampur aduk. Laki-laki Lee itu bahkan tidak tahu bagaimana nasibnya nanti setelah Jisoo sadar dan melupakan semua kenangan mereka. Sungguh mengerikan. Setiap kali membayangkan bahwa suatu saat nanti Jisoo tidak lagi mengenalinya, hati Seokmin rasanya teriris. Jika boleh egois, ia hendak menahan Jisoo selamanya. Biarlah bukan manusia, yang penting gadis itu terus bersikap manja hanya pada Seokmin.

Merasa tak mendapat jawaban, Jisoo mendongak. Mengajukan protes. "Kenapa tidak dijawab?"

Seokmin terkekeh lagi. Menarik kepala Jisoo agar kembali bersandar. Seokmin tidak mau berbohong. Tapi, bukankah percuma? Apa pun yang Seokmin ucapkan, tidak akan diingat oleh Jisoo lagi. "Iya, kita akan keliling dunia nanti."

"Di luar hujan deras," suara Jisoo memelan. Nampak seperti berbisik, namun masih bisa di dengar oleh Seokmin dengan sangat baik. Syukurnya tubuh laki-laki yang ada di sampingnya itu begitu hangat. Setiap kalimat yang keluar dari mulut Seokmin juga begitu menenangkan.

"Apa kamu kedinginan?" Seokmin segera melepas jaketnya. Jisoo menghentikan. Menolak. Gadis itu menggeleng pelan. Tersenyum, mengatakan bahwa ia tidak apa-apa. Cukup peluk saja.

Jisoo kembali ke posisi awal. Bersandar nyaman di bahu Seokmin. Senyuman tak pernah pudar dari wajah cantiknya. Sungguh kontras dengan perasaan Seokmin sekarang. Ia mengerang dalam diam. Sungguh keajaiban dunia, jika suatu saat nanti Jisoo bisa ingat dengan keberadaannya. Tapi, juga mustahil. Seokmin tak boleh terlalu banyak berharap.

Hanya beberapa saat setelah Jisoo tak lagi meracaukan banyak hal, laki-laki Lee itu menegakkan badan secara tiba-tiba. Ia melihat seseorang yang tak asing menuju mobil Jihoon. Mata Seokmin membulat sempurna, panik.

"Jisoo, dengarkan aku," Seokmin berujar tegas. Menghalau penglihatan Jisoo dari arah yang sama. Seperti menyembunyikan sesuatu. Kedua pundak Jisoo dipegangnya kuat-kuat. "Tutup matamu, lalu ubah dirimu menjadi patung. Sekarang juga. Jangan pernah membuka mata atau kembali menjadi manusia, sebelum aku yang memanggilmu. Mengerti?"

"Tapi..."

"Jangan ada bantahan, oke?" ujar Seokmin, mutlak. Melirik ke belakang lagi, ternyata Seungcheol sudah begitu dekat. Seokmin berucap dengan tergesa-gesa. "Kamu ingin menjadi manusia sepertiku, kan? Kamu ingin kita seperti Minghao dan Junhui, kan?"

Jisoo memgangguk antusias. Tentu saja. Memang itulah yang ia mau. Sudah tak terhitung berapa kali Jisoo mengucapkannya.

"Ini adalah salah satu syarat untuk menjadi manusia. Menjadi patung sekarang, dan tutup matamu. Jangan pernah berubah dan membuka mata sebelum aku yang memanggilmu. Seberapa lama pun, jangan pernah melakukannya. Mengerti?"

Segalanya terasa makin berat. Seokmin tidak tahu apa yang akan terjadi meski beberapa detik ke depan. Satu-satunya cara mengamankan Jisoo adalah dengan menutup mata. Mobil yang menyembunyikan keberadaan Seokmin dan Jisoo sudah dikepung oleh Seungcheol. Ia harus bertindak cepat sebelum Jisoo melihat keberadaan laki-laki Choi itu dan malah membuat Jisoo kehilangan kesempatan untuk kembali menjadi manusia seutuhnya.

MANNEQUIN (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang