Kafe Wish
Bahkan, suasana nyaman dan ceria yang Seokmin dapati dalam kafe tersebut, gagal membuatnya tenang. Malah semakin semerawut, memikirkan bagaimana nasibnya beberapa hari ke depan.
Sebagai pengangguran profesional, Seokmin harus pintar-pintar memutar otak. Dua hari adalah waktu yang diberikan oleh pemilik kontrakan lusuh, tempat tinggalnya. Ditambah bunga utang yang harus dibayar bersamaan, karena telah menunggak selama tiga bulan. Kepala Seokmin mau pecah rasanya.
Bola mata Seokmin terus menerawang. Memperhatikan sekitar. Banyak atribut cartoon dalam kafe tersebut. Sebenarnya Seokmin begitu menyukai kartun, sampai lupa umur berapa sekarang. Tapi tetap saja tak berpengaruh banyak. Pikirannya masih saja kusut.
"Maaf, apa Anda ingin memesan sesuatu?"
Kepala Seokmin mendongak. Segera disambut oleh tatapan setenang air di danau. Seorang gadis manis berdiri di sana. Rasanya hati Seokmin menghangat. Membuatnya sejenak melupakan utang yang bertumpuk. Seokmin sungguh tidak menyangka kalau pelayan di kafe ini ada yang serupa dengan seorang bidadari.
Seokmin tidak bisa berhenti memandangi wajahnya. Matanya sungguh teduh, mirip sepasang mata seekor kucing Angora. Oh! Bibirnya juga amat tipis dan nampak kenyal. Seokmin jadi penasaran, bagaimana rasanya? Apakah semanis permen karet? Atau gula kapas? Ditambah lagi kulit halus yang menyelimuti seluruh permukaan tubuhnya. Astaga... Seokmin hampir gila dibuatnya!
Gadis itu sedikit menunduk, mengibaskan tangan kanannya beberapa kali tepat di depan mata Seokmin. Name tag yang sedari tadi tertutup oleh rambutnya yang panjang dan lebat, mencuat ke permukaan. Shua.
"Tuan, apa Anda baik-baik saja?" Tegur pelayan itu.
Bisakah seseorang meneriaki Seokmin tepat di telinganya? Suara gadis bernama Shua itu terlalu lembut. Bukannya menyadarkan Seokmin, malah membuatnya semakin melayang tinggi menuju galaksi.
"Sayang, apa yang kau lakukan?"
Tubuh pelayan itu menegak. Menoleh ke sampingnya, mendapati seorang pemuda lainnya yang memakai jas hitam pekat. Seokmin pun turut sadar dibuatnya. Ia mengerjap beberapa kali.
Apa katanya tadi? Sayang?
"Sayang, sepertinya orang ini sedang banyak masalah. Dia terus melamun. Ditanyai tidak menyahut. Aku jadi takut."
Sekarang Seokmin tidak hanya diam. Kening mengerut, memperhatikan dua orang yang tengah berdiri di hadapannya secara bergantian. Sekali lagi, Seokmin bertanya dalam hatinya. Sayang? Berarti mereka ini bukan sekadar atasan dengan bawahan. Tetapi sepasang kekasih. Ah, baru tahu nama gadis itu beberapa detik, Seokmin sudah merasakan patah hati.
Pria berjas itu mengangguk, menenangkan kekasihnya. Ia segera mengambil posisi duduk tepat di hadapan Seokmin, senyum dengan sangat ramah. "Perkenalkan, saya Dokyeom, pemilik kafe ini. Dan ini kekasih saya, Shua. Dia mengambil peran sebagai kasir di sini. Tapi karena kafe sedang ramai, dia berinisiatif sendiri membantu pelayan lainnya. Padahal sudah dilarang puluhan kali. Jadi, boleh saya tahu kenapa Anda terus melamun? Mungkin saya bisa bantu."
Gaya bicaranya terlalu formal. Seokmin jadi tidak enak hati. Tidak, Seokmin tidak mungkin bercerita kalau dia sedang terlilit hutang, di hadapan seorang gadis semanis Shua. Walaupun gadis itu sudah memiliki kekasih, justru karena itulah gengsi Seokmin harus semakin ditingkatkan lagi.
Alis pemilik kafe itu tertaut. Seokmin belum juga menyahut. Sedikit mengerti, laki-laki yang nampak masih amat muda itu meminta kekasihnya agar kembali ke meja kasir saja. "Nah, sekarang Anda aman. Mau bercerita sekarang?"
Apa pria ini bisa membaca pikiran Seokmin? Tapi, jika memang ia bisa membaca pikiran, pasti ia juga sudah tahu masalah apa yang tengah Seokmin hadapi.
KAMU SEDANG MEMBACA
MANNEQUIN (✓)
Fiksi Penggemar[Seoksoo GS Fanfiction] Mannequin (Maneken) adalah boneka manusia yang seluruh tubuh atau setengah badannya dipakai sebagai model untuk memperagakan busana di toko. Boneka ini sering dipamerkan di etalase toko atau butik sehingga juga disebut boneka...