"Tidak, aku tidak mau!" ujar Seokmin, tegas. "Bisa kamu bayangkan bagaimana reaksi orangtua Jisoo nanti? Kalau aku dicap sebagai orang tidak waras, bagaimana?"
"Itu cara satu-satunya, Lee Seokmin! Kita tidak punya cara lain untuk merebut patung Jisoo dari Seungcheol. Mereka hanya tunduk pada orangtua Jisoo!"
"Jadi, sia-sia saja aku menanyai setiap orang yang lewat seperti tadi?"
"Itu salah kamu sendiri, sialan!" umpat Jihoon lagi. "Siapa suruh kamu berteriak di depan pintu apartemen Seungcheol? Apa kamu mencari tahu nomor kamarnya hanya untuk berteriak di depan pintu seperti tadi? Dasar aneh!"
Seokmin tertunduk dalam. Menggeleng pelan. Ia pun tak menyangka telah melakukan kesalahan. Membuat semua rencana hancur berantakan. Gara-gara Seokmin sendiri yang tak dapat menahan amarah. "Iya, maaf... Aku terlanjur emosi, tadi."
Jihoon berdecak sebal. Pujian yang tadi ia lontarkan di dalam hati, menyatakan bahwa Jisoo sungguh beruntung dipertemukan dengan Seokmin, kalau bisa ditarik kembali saja. Ternyata Seokmin adalah si penghancur rencana. "Aku sendiri pun tidak akan pernah bisa percaya dengan dongeng konyol ini, kalau tidak melihat bagaimana patung itu bisa berubah menjadi Hong Jisoo, Lee Seokmin! Tapi, aku yakin akan berbeda hasilnya kalau orangtua Jisoo tahu. Sekarang tugas kita, mengatur kata-kata bagaimana caranya supaya kita dapat meyakinkan kedua orangtua Jisoo kalau putri kesayangan mereka sudah menjelma menjadi patung pajangan butik."
Seokmin mengangguk amat pelan. Mulai pasrah. Ucapan Jihoon memang ada benarnya. "Kalau tidak dicoba, kita tidak akan pernah tahu bagaimana hasilnya. Apa pun akan aku lakukan untuk menyelamatkan Jisoo. Waktu kita tidak banyak. Ini sudah sore. Besok hujan pasti sudah reda. Mereka akan membunuh Jisoo."
Sejenak Jihoon terdiam. Dalam posisi terdesak seperti ini, hanya ada dua pilihan. Datangi apartemen Seungcheol lagi, lalu berusaha keras merebut patung Jisoo. Kemungkinan berhasilnya adalah fifty:fifty. Atau pilihan kedua, datangi kedua orangtua Jisoo lalu menceritakan semuanya. Juga memiliki kemungkinan fifty:fifty.
"Oke, begini saja. Aku tidak mau kedatangan kita ke sini hanya menghasilkan jawaban menggantung. Tidak mendapatkan hasil yang pasti. Sia-sia. Kita coba datangi kamar Seungcheol lagi, lalu berusaha merampas maneken sahabatku itu. Kalau memang gagal, baru kita datangi orangtua Jisoo," ujar Jihoon, final.
Setidaknya, usulan Jihoon jauh lebih masuk akal. Daripada mencoba salah satunya saja, lebih baik mereka coba kedua alternatif. Karena masih berada di basement apartemen Seungcheol, ini kesempatan bagus untuk melakukan pembalasan pencurian. Percobaan kedua. Berdiskusi sebentar untuk menyusun taktik yang lebih matang, dengan langkah pasti Seokmin dan Jihoon mendatangi kamar Seungcheol.
Laporan hasil akhir, keduanya kembali mengalami kegagalan. Sebelumnya, Seokmin dan Jihoon memang sudah mendatangi kamar apartemen Seungcheol. Saking emosinya, Seokmin tak tahan hendak memaki. Ia melafalkan sumpah serapah di depan pintu. Pasti karena itulah Seungcheol enggan untuk membukakan pintu.
Saat mendatangi yang kedua kalinya, Seokmin tak mengeluarkan suara sama sekali. Namun, Seungcheol masih enggan untuk melirik siapa yang telah bertamu. Pintu kamar Seungcheol terkunci rapat, bak tak ada penghuninya. Padahal Seokmin dan Jihoon yakin, Seungcheol dan Eunki masih berada di dalam sana.
"Sudah... Kita datangi orangtua Jisoo saja, tapi jangan memakai skenario yang aneh..." Seokmin mencebik.
Seokmin sungguh malu kalau harus memakai skenario untuk menemui kedua orangtua Jisoo. Sudah cukup drama aneh itu dipakai untuk menipu banyak orang. Jangan libatkan orangtua si gadis. Ia tidak tega. Juga malu. Di mana Seokmin akan menyembunyikan wajahnya nanti, kalau mereka tak sengaja bertemu? Mengingat bahwa Ibu Seokmin juga tinggal di Anyang, tidak menutup kemungkinan mereka akan bertemu lagi nantinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MANNEQUIN (✓)
Fanfiction[Seoksoo GS Fanfiction] Mannequin (Maneken) adalah boneka manusia yang seluruh tubuh atau setengah badannya dipakai sebagai model untuk memperagakan busana di toko. Boneka ini sering dipamerkan di etalase toko atau butik sehingga juga disebut boneka...