21. Malaikat Penyelamat

1K 217 111
                                    

Seokmin dan Jihoon kompak terdiam. Saling memandangi, enggan menjawab pertanyaan Eunki. Seokmin berusaha mengirim sinyal. Jangan, jangan beri tahu. Melalui tatapan mata. Syukurnya, Jihoon bisa mengerti dengan baik. Gadis mungil itu mengangguk, lalu kembali bicara. Seakan Eunki tak ada di sana.

"Aku akan membantumu. Apa pun akan kulakukan, demi Jisoo."

Senyuman cerah Seokmin keluar begitu saja saat mendengarnya. Ia sungguh bahagia. Sedikit lagi, Jisoo akan kembali ke tubuh aslinya. Itu artinya, Jisoo selamat. Jisoo akan hidup normal. Tak lagi setengah patung seperti yang selama ini ia kenal. "Bisa kita bicara di luar? Kita diskusikan ini sekarang. Kondisi Jisoo saat ini begitu mengkhawatirkan. Aku takut dia akan..."

"Tentu saja," sela Jihoon. Gadis mungil yang juga bermarga Lee itu memandangi Jisoo sejenak. Tersenyum amat tipis, lalu mengelus punggung tangannya. Mempersilakan Seokmin agar keluar dari ruangan terlebih dulu.

"Eonnie, kamu belum menjawab pertanyaanku!" raung Eunki lagi. Kesal karena merasa diabaikaan. "Siapa orang asing itu? Untuk apa dia datang ke sini?"

"Dia malaikat penyelamat Jisoo," ujar Jihoon.

Eunki terbelalak dibuangnya. "Malaikat? Apa maksudnya ini? Kekasih, kah? Mana mungkin! Jisoo eonnie tidak bercerita sedikit pun kalau dia sudah memiliki kekasih sebelum koma."

Dari ketegasan bicaranya saja, sudah nampak jelas Eunki tak menyukai keberadaan Seokmin di sana. Seketika, ia teringat dengan firasat Seungcheol. Apakah kehadiran lelaki ini, yang kekasihnya itu maksud?

Memperhatikan penampilan Seokmin dari ujung kaki hingga puncak kepala, putri kedua keluarga Hong itu terkekeh kecil. Jika benar, ia sungguh tak menyangka kalau selera Kakaknya akan seaneh ini. "Lagipula mana mungkin keluarga kami memiliki anggota baru seperti dia. Lihat pakaiannya, lusuh! Apa Jisoo eonnie mengencani seorang pengemis?"

Wajar saja jika Eunki berpikir demikian. Seokmin memaklumi. Sekarang, ia hanya mengenakan celana kain berwarna hitam dan kaus abu polos yang longgar di tubuh besarnya. Bahkan hanya mengenakan sendal. Laki-laki bangir itu segera mencegat, begitu melihat Jihoon hendak melempar makian. Menunduk beberapa saat, Seokmin berpamitan. Berkata bahwa ia akan menunggu Jihoon di luar.

Saat keluar dari ruang rawat Jisoo, Seokmin berpapasan dengan seorang pria. Nampak berumur tidak jauh darinya. Seokmin yakin mereka seumuran. Namun bedanya, gaya berpakaian pria itu begitu rapi. Dengan jas hitam pekat, juga dasi melingkar rapat di lehernya. Seokmin jadi terkekeh geli. Lucu rasanya. Ucapan gadis yang memanggil Jisoo dengan sebutan eonnie tadi benar adanya. Ia sungguh tak pantas berada di samping Jisoo.

Mengingat-ingat makian tadi, Seokmin baru sadar. Ia mengatakan 'keluarga kami'. Itu artinya, gadis itu masih memiliki hubungan darah dengan Jisoo. Adik kandung Jisoo, mungkin? Jika adik Jisoo saja sudah menentang kehadiran Seokmin, apalagi kedua orangtua gadis itu. Seokmin jadi menyesal sendiri telah membuat skenario yang berhubungan dengan restu orangtua. Hubungan mereka jadi benar-benar ditentang.

Keputusannya untuk menghilang usai Jisoo sadar, nampaknya benar akan terlaksana. Jisoo pun belum tentu begitu sadar dan ingat dengan Seokmin akan menerima pernyataan cintanya. Paling cukup dengan berterima kasih, lalu mengirim uang yang banyak. Tidak, Seokmin tak perlu dibayar dengan uang, meski dirinya benar-benar membutuhkannya. Kesadaran Jisoo sudah cukup dijadikan sebagai bayaran perjuangannya. Seokmin berjanji tidak akan muncul di hadapan gadis itu lagi. Dan, kebersamaan mereka selama ini sudah lebih dari cukup.

"Siapa orang tadi?" tanya Seungcheol, begitu mendapati kekasihnya di dalam sana. Sedikit melonggarkan dasi. Merasa gerah.

"Sayang, apa kamu percaya, orang tadi mengaku sebagai malaikat penyelamat Jisoo eonnie!" ujar Eunki, sambil berusaha menahan tawa. "Kurasa dia adalah pengagum Jisoo eonnie. Mengaku sebagai malaikat seperti itu, supaya bisa masuk ke dalam kamar ini."

MANNEQUIN (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang