Sana mengambil pesanannya lalu memilih untuk duduk di meja andalannya. Sudah cukup lama ia tidak datang ke woodcafe karna menghindari sosok Daniel. Hingga hari ini, akhirnya ia berani kembali ke tempat andalannya ini.
"Sendirian aja."
Sana membeku dan mendongak perlahan. Benar. Daniel datang dengan senyuman mautnya. Mood Sana langsung berubah drastis.
Sana hanya bergumam menanggapi lalu langsung mengalihkan pandangannya dari Daniel. Daniel tersenyum lalu menarik kursi di hadapan Sana dan duduk di depannya.
"Kenapa lo selalu ngehindarin gue sih?"tanya Daniel seraya menatap Sana lekat.
Sana meliriknya,"enggak ah."
"Ada yang salah ya dari gue? Gue bikin lo risih ya?"
Sana menarik nafasnya dalam dalam.
"Daniel, tapi aku kurang suka karna kamu terlalu agresif."
Daniel terdiam sejenak. Alisnya menaik sebelah saat menatap mata Sana lekat.
"Tapi kan gak harus ngehindarin, bisa ngomong baik baik. Sampe minta nomor lo aja gue harus bayar kasir disini dulu."
Sana membelalak,"kamu bayar kasir disini buat minta nomor aku?"
Daniel mengangguk polos. Sana mendecak.
"Kamu gak berhak dengan lancang kayak gitu ya!"ujar Sana, intonasinya menaik. Sana tidak pernah bersikap kasar seperrti ini, tapi Daniel yang membuatnya geram.
Daniel membeku,"lo...marah?"
Sana menatap Daniel dengan geram.
"Please, aku ke sini itu mau refreshing, pusing abis kerja. Jangan bikin aku tambah pusing."ujar Sana dengan nada yang mulai tenang, menuju ke malas.
Daniel terdiam, menutup bibirnya rapat rapat. Ia merasa tidak enak melihat Sana yang begitu kesal.
"Iya, gue minta maaf."ujar Daniel.
Sana mendecak lalu hendak pergi namun Daniel menahan tangannya. Sana menatap tajam Daniel yang menatapnya lembut seraya berdiri.
"Lo cewek yang berhasil buka hati gue lagi setelah gue trauma karna gagal dalam mencintai seseorang. Gue harap lo gak bikin gue trauma lagi."ujar Daniel lembut lalu perlahan melepas genggamannya dari tangan Sana.
Sana hanya diam lalu pergi. Sana terdiam sejenak saat melihat Deva yang berdiri di depan pintu woodcafe. Deva sedari tadi menyimak?
Deva menatap Sana bingung, sedangkan Sana langsung mengalihkan pandangannya dan pergi begitu saja. Deva kemudian menghampiri Daniel yang terlihat menundukkan wajahnya di meja bekas Sana tadi.
"Niel?"ujar Deva seraya menyentuh bahu Daniel.
Daniel mendongak, alisnya menaik sebelah,"oy."
Deva duduk di kursi bekas Sana lalu memperhatikan Daniel yang lesu.
"Itu.. tadi cewek Jepang yang lo suka abis dari sini juga."ujar Deva.
Daniel hanya mendengus seraya tersenyum terpaksa.
"Emang."ujar Daniel.
"Kenapa? Kok lesu amat lo? Harusnya seneng kan abis ketemu cewek idaman lo."
Daniel tertawa miris.
"Kayaknya gagal lagi gue dalam urusan percintaan. Terakhir, gue ngalamin itu pas gue cinta sama bini lo,Dev, si Lisa. Setelah itu gue trauma, terus sekarang Sana bikin trauma gue ilang, dan kayaknya gue bakal trauma lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
STAY (SEKUEL HURT)
RomanceKelanjutan kisah cinta Deva dan Lisa yang akhirnya memutuskan untuk menikah rupanya membuat kisah mereka menjadi lebih rumit dengan masalah. Hingga pada akhirnya mereka menyerah. Tidak, hanya Deva yang menyerah dan memilih untuk pergi kepada sosok b...