BRAK!
"ANJING!"pekik Jennie saat Rose menggebrak meja di hadapannya begitu saja. Rose menatap Jennie tajam.
Sedangkan Jennie hanya bisa meringis lalu tersenyum malu kepada orang orang di sekitarnya seraya minta maaf karna sudah membuat kegaduhan.
"Woy, bego! Kita ini lagi di tempat umum, jangan kampungan. Bikin gue malu aja."ujar Jennie setengah berbisik menatap Rose tajam.
"Yang teriak siapa? Lo,norak!"ujar Rose
"Heh tapi-"
"Diem! Denger ya,Jen. Cuman lo doang harepan gue yang bisa percaya sama apa yang gue omongin."ujar Rose.
Jennie mendecak malas,"duh apaan lagi sih,Ros? Deva selingkuh? Udah gila kali lo."
"Please,Jen! Udah gak ada lagi yang percaya sama gue."
"Ya karna lo gak masuk akal,Ros!"
"Gue kenal cewek itu, Minatozaki Sana, dipanggilnya Sana, dia keturunan Jepang, pengacara, umurnya masih muda, 22 tahun."ujar Rose seraya menyenderkan kembali punggungnya di kursi.
"Oke, terus?"ujar Jennie dengan alis menaik sebelah.
"Ya dia itu yang kerjaannya dianter jemput Deva! Dia alesan kenapa Deva gak pernah ada waktu lagi buat Lisa, pongo."ujar Rose malas.
Jennie melipat kedua tangannya di meja lalu menatap Rose dengan lekat.
"Gini ya, Rose, sekarang lo ada bukti apa? Lo gak bisa seenaknya nuduh orang."ujar Jennie.
"Kalo gue bisa kasih bukti, gimana?"
Jennie mengulurkan tangannya sekilas pertanda mempersilahkan.
"Oke, gue bakal terus cari buktinya sampe lo semua yakin. Deva itu selingkuh! Gue tau itu cowok emang bejat dari dulu. Sok sokan cari alesan dia bejat sama Lisa, padahal emang sifatnya kayak gitu."ujar Rose emosi.
"Rose, udah deh, lo itu dendam sama Deva. Makanya kayak gini."
"Jen, gue gak peduli kalo mereka masih pacaran. Masalahnya ini mereka udah nikah! Lisa lagi berusaha sembuh supaya bisa bahagiain Deva dengan ngasih keturunan, tapi Deva malah seneng seneng sama si Jepang."ujar Rose.
Jennie hanya menghela nafasnya, menyenderkan kembali punggungnya di kursi lalu menyimak sahabatnya yang sangat emosi.
"Gue bakal terus cari tau sampe ketemu, gue bakal terus yakinin lo semua kalo gue itu bener."ujar Rose yakin.
Sedangkan Jennie hanya bergumam malas.
-
Sana melangkahkan kakinya lesu di taman kota itu, ia bahkan menundukkan wajahnya. Ini bukan Sana yang sebenarnya, ia tidak pernah lesu seperti ini, Sana selalu ceria.
Deva benar benar berpengaruh besar baginya.
"Kamu itu beda banget,ya."
"Aku minta nomor kamu,boleh?"
Sana kembali mengingat semua kenangannya dengan Deva yang selalu membuatnya tersenyum. Walaupun ia bersikap biasa saja, tapi Sana tidak bisa urungkan, ia benar benar bahagia tiap bersama Deva. Baginya, Deva itu beda. Sangat beda dengan Daniel.
Tanpa sadar air mata Sana jatuh begitu saja. Ia refleks mendongak untuk menghentikan air matanya yang justru semakin deras mengalir. Sana terisak, bahunya berguncang.
"Kenapa aku harus sayang sama kamu?"lirih Sana seraya terisak. Ia mengusap kasar air matanya.
SREET!
KAMU SEDANG MEMBACA
STAY (SEKUEL HURT)
RomanceKelanjutan kisah cinta Deva dan Lisa yang akhirnya memutuskan untuk menikah rupanya membuat kisah mereka menjadi lebih rumit dengan masalah. Hingga pada akhirnya mereka menyerah. Tidak, hanya Deva yang menyerah dan memilih untuk pergi kepada sosok b...