Daniel langsung mendongak saat pintu rumah itu terbuka dan menampilkan sosok Sana dengan pakaian rumahnya yang begitu sederhana. Daniel tersenyum.
"Hai."sapa Daniel seraya tersenyum.
"Masuk."ujar Sana.
Daniel melangkahkan kakinya masuk, Sana menutup pintu rumah itu lalu duduk bersama Daniel di ruang tamu rumahnya yang cukup megah.
Daniel menaruh bungkus plastik yang ia bawa di meja ruang tamu itu seraya mengubah posisi duduknya menghadap Sana.
"Aku tau kamu kepikiran, tapi kamu butuh makan. Aku bawain kamu cordon bleu. Kesukaann kamu,kan?"ujar Daniel seraya tersenyum lembut.
"Kok...tau?"ujar Sana.
Daniel tersenyum,"aku usaha,kan?"
Sana hanya tersenyum tipis lalu membuka bungkus itu dan menikmati makanannya.
"Sana, aku cinta kamu."
Sana terdiam. Menghentikan kunyahannya lalu menoleh menatap Daniel yang sudah menatapnya dengan sangat lekat, sangat lembut.
Tangan Daniel bergerak menyentuh wajah Sana, mengusap lembut pipi Sana dengan mata yang terus beradu pandang dengan Sana.
"Sana,"panggil Daniel lembut.
Sana menaikkan sebelah alisnya.
"Aku akan tunggu sampe kamu cinta aku juga, tapi kalo kamu gak bisa, tolong kasih tau aku,ya.... aku gak mau maksa kamu."ujar Daniel seraya tersenyum.
Sana membeku seraya terus menatap Daniel.
Daniel terkekeh,"liatin akunya nanti aja. Makan dulu. Kamu makin kurus."
Sana akhirnya mengalihkan pandangannya dan langsung memakan makanannya. Ia gugup, ia dapat merasakan gugup itu.
Beberapa saat kemudian,
Sana menaruh piring itu di wastafel dapurnya. Ia menundukkan wajahnya tiba tiba. Ia berusaha menahan air matanya, itu semua akan bohong bila Sana tidak memikirkan masalah ini. Ia sangat terbebani.
Sana melangkahkan kakinya kembali ke ruang tamu seraya membawakan Daniel secangkir teh hangat. Sana menundukkan tubuhnya di samping Daniel seraya menyodorkan cangkir itu.
Daniel tersenyum, memperhatikan wajah Sana sejenak.
"Mau teh,gak?"tanya Sana pelan.
Daniel terkekeh lalu meraih cangkir itu dan meneguknya dengan mata yang terus memperhatikan Sana.
Daniel meletakkan cangkir itu di meja lalu mengubah posisinya menghadap Sana, menaikkan sebelah alisnya melihat raut wajah Sana yang begitu tegang.
"Kamu kenapa?"tanya Daniel lembut, meraih tangan Sana dan mengusapnya.
Sana menatap Daniel sendu,"aku takut."
Air mata Sana menetes begitu saja saat bertatapan mata dengan Daniel. Daniel membalas tatapannya dengan lembut, ia mengeratkan genggamannya pada tangan Sana dan terus mengusapnya.
"Sana, aku tau kamu lagi ada kasus yang harus dijalani. Kamu lupain masalah pribadi kamu, jadi pengacara yang profesional. Itu yang penting."ujar Daniel lembut.
"Aku yang salah,kan? Aku gak seharusnya dateng ke kehidupan mereka."
Daniel menggeleng kuat, ia menautkan jemarinya dengan Sana seraya terus menatap gadis itu lekat.
"Enggak, kamu gak salah. Ini bukan salah kamu-"
"Daniel, stop bela aku. Kamu tau ini salah aku."lirih Sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
STAY (SEKUEL HURT)
RomanceKelanjutan kisah cinta Deva dan Lisa yang akhirnya memutuskan untuk menikah rupanya membuat kisah mereka menjadi lebih rumit dengan masalah. Hingga pada akhirnya mereka menyerah. Tidak, hanya Deva yang menyerah dan memilih untuk pergi kepada sosok b...