Part 1. Reality.

10.9K 790 28
                                    

Bismillaaah! Sesuai janji, author publish sekuel HURT kalo cerita HURT udah 20k dan here it is....! Semoga ga mengecewakan ya :)

Story begins...

"Lisa, Tante izinin kamu nikah sama Deva, supaya kamu bisa menambah anggota keluarga ini. Kasih kami keturunan."

"Lisa, ingat, yang membumbui pernikahan itu adalah kehadiran sosok anak."

"Lisa, gue selalu inget, Deva dari dulu selalu pengen punya anak cowok. Please, kabulin itu ya?"

"Lis! Cepetan ya punya anak! Gak sabar gue pengen liat hasil lo sama Deva!"

Semua ucapan ucapan nasihat dan pesan usai pesta pernikahan itu masih terus diingat oleh Lisa. Ia bahkan masih terus mengingat ucapan Deva setelah menikah.

"Aku gak sabar pengen liat kamu gendong anak aku."

Lisa menghela nafasnya perlahan, mencoba mengatur degup jantungnya. Ini adalah tahun pertama pernikahannya dengan Deva. Belum ada perbedaan, masih berdua.

Lisa melangkahkan kakinya saat mendengar bunyi bel dibunyi, Deva pulang. Deva tersenyum tipis melihat Lisa yang membuka pintu untuknya, kemudian ia memeluk istrinya itu.

"Hai,"ucap Deva seraya melepas pelukannya.

"Capek ya? Mau langsung aku rebusin air buat mandi?"tanya Lisa seraya membantu melepas jas Deva dan meraih tas kerja Deva.

"Aku kayaknya mau langsung tidur aja. Capek banget rapat tiga kali berurut turut."

Lisa mengangguk paham lalu menyusul Deva ke kamar. Deva melepas pakaiannya, menggantinya dengan pakaian rumah lalu langsung merebahkan tubuhnya di samping Lisa dengan memainkan ponselnya.

"Lis, besok cek dokter lagi kan?"tanya Deva

"Hm? Besok?"

Deva menaruh ponselnya lalu menatap Lisa yang berbaring di sebelahnya.

"Loh? Kan aku udah suruh kamu bikin janji?"

Lisa menggigit bibir bawahnya pelan,"iya."

Deva mengerutkan dahinya,"Lis? Kenapa?"

Lisa mengubah posisinya menjadi berbaring menghadap Deva. Matanya menatap Deva lekat.

"Aku takut."

Deva meraih tangan Lisa lalu mengusapnya, seolah olah menenangkannya.

"Kamu takut sama hasilnya?"tanya Deva

Lisa mengangguk pelan.

Deva tersenyum,"selama ini kita cek kan hasilnya selalu baik baik aja,Lis. Jangan takut, dokter kan selalu kasih kita bantuan."

"Dev tapi aku takut kali ini ketakutan aku beneran terjadi."

"Berdoa, itu kuncinya."

Lisa menatap Deva yang tersenyum menatapnya.

"Kamu besok temenin aku?"tanya Lisa

Deva menggeleng ragu,"aku besok ada rapat lagi. Mungkin Kevin."

Lisa menghembuskan nafasnya kasar.

"Gapapa ya?"tanya Deva

Lisa mengangguk pasrah.

"Yaudah, sekarang tidur, tenangin pikiran. Inget kata dokter, stress itu yang bikin kamu susah untuk hamil. Jangan mikirin hal yang gak terlalu penting. Oke?"

Lisa mengangguk.

Deva tersenyum kemudian merengkuh Lisa dalam pelukannya. Keduanya pun perlahan memejamkan mata mereka dan tidur.

STAY (SEKUEL HURT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang