Part 9. I should stop.

5.6K 546 87
                                    

Lisa menatap dokter di hadapannya itu dengan cemas. Dokter itu sesekali menghela nafasnya melihat hasil terapinya hari ini.

"Nyonya Lisa lagi kepikiran sesuatu,bukan?"tanya dokter itu seraya tersenyum.

Lisa menggigit bibir bawahnya,"mungkin.."

"Nyonya, itu penyebab kenapa Nyonya terapinya sangat tidak lancar."

"Dok, tapi saya kepikiran dengan hasil terapi saya ini."

"Iya, kami tahu. Kami berusaha sebaik mungkin, Nyonya juga harus membantu kami dengan tidak terlalu memikirkan banyak hal."ujar dokter itu ramah.

Lisa kemudian mengangguk,"iya, makasih banyak ya dok."

"Baik, saya tunggu minggu depan,Nyonya."

Lisa mengangguk lalu keluar dari ruangan itu disambut oleh Rose.

"Gimana?"tanya Rose

"Masih belum membaik hasilnya, gue terlalu banyak pikiran."ujar Lisa lesu.

Rose menghela nafasnya,"jangan kebanyakan pikiran, itu demi kesehatan lo juga,Lis."

Lisa mengangguk pelan.

"Jennie gak dateng? Jessica?"tanya Lisa.

"Jennie katanya ada ulang tahun kakaknya Natan, kalo Jessica biasa, rapat sama Aldo."ujar Rose.

"Oh."ujar Lisa.

Rose dan Lisa refleks menoleh mendengar sebuah langkah kaki mendekat. Rose membeku melihat Raka di hadapan mereka saat ini, dengan memakai pakaian kemeja rapihnya.

Raka melirik Rose sekilas lalu menatap Lisa.

"Lis, gimana hasilnya? Deva susah dihubungin, jadi gue aja yang temenin lo."ujar Raka.

Lisa mengangguk,"makasih ya,Ka. Hasilnya masih sama aja, belum membaik."

Raka mengangguk paham,"sabar ya,Lis. Percaya aja, semua bakal baik baik aja."

Lisa tersenyum seraya mengangguk. Lisa kemudian mengerutkan dahinya bingung melihat tidak ada interaksi diantara Raka dan Rose. Bahkan Rose tidak menatap Raka sekalipun.

"Kalian kok-"

"Udah ada dia kan? Kalo gitu gue balik dulu ya,Lis. Ada kerjaan."ujar Raka seraya menepuk bahu Lisa sekali.

"Oh iya...makasih.."ujar Lisa kaku.

Setelah Raka pergi, Rose menghela nafasnya lega.

"Kenapa sih?"tanya Lisa

"Gue putus,Lis."ujar Rose lesu.

Lisa membelalak,"loh? Kenapa?"

"Ada deh, gue ribut, terus dia emosi akhirnya mutusin gue."ujar Rose.

"Loh.. kan gak semuanya harus-"

"Lis, gue males bahasnya. Kita balik aja lah yuk? Makan aja makan."

Lisa membeku saat Rose langsung menarik tangannya pergi. Ada apa dengan sahabatnya ini?

-

"Kok gak bilang bilang mau jemput?"tanya Sana seraya menatap Deva.

Deva menoleh, memasang seatbeltnya lalu tersenyum dengan alis menaik sebelah.

"emang gak boleh?"ujar Deva santai.

"Untung aku gak makan diluar sama temen temen aku."ujar Sana.

"Emang mau makan siang dimana sih? Biasanya juga sama aku."

STAY (SEKUEL HURT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang