Semburat 1

406 208 430
                                    

"Terkadang, perkataan yang tidak di sengaja justru gambaran dari perasaan yang terlalu lama menunggu untuk diungkapkan."

🌌🌞🌌

Pagi ini awan mendung begitu setia menggelayuti angkasa, membuat udara akan terasa dingin bila menerpa kulit. Walaupun begitu, tidak melunturkan semangat Mega yang sedang berlari kecil menuju kelasnya karena bel masuk sudah berbunyi, membuat Jingga yang sejak tadi memperhatikan Mega hanya bisa tersenyum tipis melihat kepanikan sahabatnya itu.

"Jingga, cepat! Nanti kalau bu Lena udah ada di kelas gimana? Kita bisa dihukum," racau Mega seraya menengok sekilas ke arah Jingga yang berjalan santai tidak terlalu jauh di belakangnya.

Jingga tidak menanggapi, ia justru dengan sengaja semakin melambatkan langkah lebarnya, berharap Mega akan berbalik untuk menarik tangannya. Dan saat harapanya itu terwujud dalam hitungan detik, ia menahan tubuhnya agar tidak bergerak maju. Senyumanya langsung mengembang samar saat melihat Mega mendengus kesal.

"Ayolah Ga ... gue lagi nggak ingin bercanda, kita sudah terlambat," ujar Mega terdengar memelas.

"Ok ok, Gue nggak akan bercanda lagi asal lo mau balapan lari sama gue dari sini sampai ke kelas. Kalau lo menang, nanti gue beliin coklat kesukaan lo. Gimana?" tanya Jingga seraya menyusul Mega yang sudah kembali berjalan.

"Kalau gue kalah?" Mega selalu berminat kalau sudah berkaitan dengan coklat. Tapi kali ini gadis itu terlihat ragu untuk menerima tantangan Jingga.

"Kerjain tugas sekolah gue selama tiga hari." Jingga menjawab sebelum berlalu mendahului Mega yang langsung memberenggut sebal. Meskipun demikian, Mega tetap berlari mengejar cowok yang sudah lama menemani hari-harinya itu. Sesekali Jingga mengalah, dan tak jarang pula menambah laju larinya, hingga Jingga lebih dulu sampai di depan kelas.

Tidak berselang lama, sosok Mega menyusul dengan napas terengah-engah dan berhenti di belakang Jingga yang tampak menegang. "Lo curang!" serunya tak terima.

Mendengar suara Mega yang keras, Jingga langsung membalikkan badan dan mendaratkan telunjuknya pada bibir cewek yang kini ada di hadapannya itu. "Jangan berisik! Mending kita sekarang pergi dari sini. Di dalam sudah ada Bu Lena."

Namun, baru saja Jingga dan Mega akan mengambil langkah, jemari besar Bu Lena lebih dulu menjewer telinga mereka, membuat keduanya hanya bisa pasrah seraya meringis pelan.

"Kalian sudah tahu terlambat, nggak langsung masuk kelas malah pacaran dulu di sini," cibir Bu Lena.

"Yaelah Bu, ngapain saya pacaran di sini. Kayak nggak ada destinasi lain aja." Jingga menyahut tanpa rasa menyesal sedikitpun, membuat Bu Lena semakin mengencangkan jeweranya dan membawa kedua muridnya itu menuju toilet sekolah.

"Karena kalian berdua terlambat ke sekolah, jadi sebagai hukumannya untuk Mega silakan bersihkan toilet wanita dan kamu, Jingga bersihkan toilet pria," titah Bu Lena setelah melepaskan jeweranya di perbatasan toilet pria dan wanita.

Tatapan Bu Lena lebih condong tertuju pada Jingga, "Alat kebersihan sudah ada di dalam. Jangan kabur apalagi berbuat macam-macam."

"Hukuman dari Ibu yang satu macam saja belum saya selesaikan, gimana mau berbuat yang macamnya banyak. Ih, Ibu aneh."

Dalam hatinya Mega merutuki Jingga yang asal bicara. Kalau Bu Lena sampai marah, hukumannya bisa ikut di beratkan, padahal sejak tadi dirinya hanya diam.

Bu Lena membelalakan matanya ke arah Jingga, "Saya aneh juga gara-gara punya murid kayak kamu yang nakalnya minta ampun."

"Tapi tampan 'kan, Bu?"

"Sudahlah kalian cepat mulai membersihkan toilet, saya kembali ke kelas dulu. Di sini saya lama-lama pusing ngadepin kamu, Jingga." Bu Lena berlalu pergi seraya mengurut keningnya dramatis.

Mega menghela napas lega saat Bu Lena tidak lagi nampak di pandangannya, lantas ia menoleh ke arah Jingga yang ternyata tengah melakukan hal sama seperti dirinya.

"Kenapa?" tanya Jingga heran melihat Mega tiba-tiba tertawa dan hanya di balas dengan gelengan pelan oleh cewek itu.

"Tugas sekolah abang selalu menunggu selama tiga hari kedepan ya, cantik ...."

Mendengar perkataan Jingga barusan, bibir Mega seketika tertarik lurus. Dengan kekesalan yang kembali naik, Mega langsung menghentakkan kakinya masuk ke dalam toilet wanita.

🌌🌞🌌

P.s: Mungkin ada yang masih salah paham, jadi aku lurusin; Jingga itu cowok dan Mega cewek. Pelangi juga cowok :)

Sekian, terimakasih sudah membaca dan vomentnya <3

Semburat JinggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang